Showing posts with label Kuliner. Show all posts
Showing posts with label Kuliner. Show all posts

13 Aug 2018

Pisang Ijo, Menu Incaran Saat Ramadan

Berbicara tentang menu incaran saat Ramadan, saya sebenarnya jadi tertarik dengan resep yang dibagikan Mak Lidha Maul pada web KEB yang berjudul Penganan Gurih Incaran Saat Ramadan. *Duh.. orangnya suka ngiler ya? hahah..

Gak gitu juga sih.. Ini mungkin juga didorong oleh rasa penasaran. Soalnya belum pernah ngerasain kacang ijo diolah jadi penganan gurih dan sedikit pedas seperti itu. Kebanyakan sih hasil olahannya manis. Kalau gak bubur kacang ijo, ya jadi kue seperti pia, danggo atau onde-onde. Entah namanya apa di daerah lain. :D


Kembali berbicara soal incar mengincar makanan, seharusnya sih saya punya banyak menu incaran. Mengingat saat itu saya dalam kehamilan trisemester pertama, yang kata orang suka cari-cari makanan a sampai z, dari yang normal sampai yang dianggap aneh atau unik. Jauh berbeda dengan saya yang manut saja pada makan apa, apa yang tersedia di meja ikut saya santap selama tidak pedas. Hehe..

Tapi kalau diingat-ingat lagi, sempat ada keinginan yang tidak terpenuhi lagi saat saya meminta tolong pada adik untuk dibelikan. Bukan menu yang aneh juga, hanya agar kebutuhan saya terhadap pisang terpenuhi, biar keram di tangan berkurang, sedangkan saya memang kurang begitu suka buah pisang. Ketebak gak sih, apa yang saya cari?

Iyap! Pisang Ijo! Hehe..


Ya tapi maaf, saya gak akan bagikan resep membuat pisang ijo seperti Mak Lidha Maul, menu ini gak begitu langka lagi dan pastinya sudah banyak berseliweran resepnya baik di blog, maupun cookpad. Maaf saya cuma mau cerita aja, sekaligus memenuhi kewajiban nulis tanggapan. Sesulit ini sekarang saya mencari ide dan mendorong diri untuk menulis lagi. Jadwal di blog kebanyakan ompongnya. Fiuuhh..

Walaupun Pisang Ijo ini bukan menu yang langka lagi, bukan berarti penikmatnya menjadi bosan terhadap rasanya. Rahasianya, selain pemilihan jenis pisang yang tepat, saos yang gurih, juga adanya rasa manis dari sebuah sirup yang tak tergantikan rasanya, yaitu sirup pisang ambon. Ini sudah seperti menjadi rumus paten untuk menilai rasa sebuah es pisang ijo. Gak komplit kalau gak ada sirup pisang ambonnya. Teman-teman sudah pernah rasa kan?

Sirup ini banyak beredar di Sulawesi. Jadi ingat, dulu waktu acara Dies Natalis kampus dan kami membuat menu Pisang Ijo, sirupnya akan kami datangkan langsung dari Sulawesi, terutama Sulawesi Selatan. Oh ya, sirup pisang ambon yang gak ada rasa-rasa pisangnya ini juga biasa kami sebut sirup DHT, nama produsennya sih. Pokoknya populer banget.

Sumber:google
(gak nemu akun aslinya)

Sirup pisang ambon ini jarang kami konsumsi seperti sirup-sirup lainnya, misalnya: sirup ditambah air putih saja kemudian diminum. Kebanyakan kami menjadikannya sebagai pelengkap kuliner. Misalnya membuat es buah, yang akan kami campurkan adalah susu ditambah dengan sirup pisang ambon. Jadi kalau ada teman-teman yang pernah main ke Sulawesi dan es buahnya berwarna merah jambu, kemungkinan itu menggunakan sirup pisang ambon. Sirup yang sepertinya penjualannnya semakin meningkat di bulan Ramadan, terutama di daerah Sulawesi.

Eh, kemana-mana kan bahasannya.. Hehe.. Tapi gak juga sih, kan bahas pisang ijo sekalian bahas jodohnya juga, si sirup DHT rasa pisang ambon. Bukan promosi yess.. murni karna kami sudah sangat kebiasaan nyebutnya seperti itu. Siapa tau teman-teman berkunjung ke Sulawesi, bisa dicoba buat oleh-oleh.

Gimana teman-teman, yang sudah pernah rasain pisang ijo ataupun sirup pendamping pisang ijonya, boleh share gimana pendapatnya? Suka gak? Saya tetiba penasaran sama selera orang di luar Sulawesi. Hehe..

Read more

14 Feb 2018

Angkringan Mas Blangkon, Siapa Cepat Dia Dapat

Promosi terbaik adalah promosi dari mulut ke mulut.

Sudah sering mendengar kalimat diatas bukan? Promosi ini yang kemudian membuat sebuah tempat makan yang relatif baru di Kendari menjadi "kelabakan" akan hadirnya pengunjung.

Terbukti dengan rencana makan saya yang berujung zonk saat datang sekitar pukul 19.30, belum juga turun dari kendaraan Bapak yang jualan sudah ngasih "kode" bahwa dagangannya sudah habis. *Ah, si bapak, baru kenal udah main kode aja~ *Plaakkk :D


Angkringan Mas Blangkon
Dibuat dengan mengadopsi konsep angkringan yang sederhana, angkringan ini bisa memperoleh julukan "Laris Manis Tanjung Kimpul" haha.. Lama juga gak dengar kalimat itu. Dagangan laris, duit ngumpul, kurang lebih itu artinya, kali aja ada yang belum tahu kan? :D

Tempat makan ini sependek pengetahuan saya --koreksi jika saya salah-- adalah tempat makan dengan konsep angkringan pertama di Kendari. Menyajikan nasi bakar dengan 4 pilihan rasa: Nasi bakar original, nasi bakar tuna, nasi bakar ayam dan nasi bakar teri.

Untuk lauk, tersedia berbagai pilihan lauk yang umumnya sudah ditusuk serupa sate. Terakhir kali saya kunjungi lauknya antara lain: pokea, udang, cumi-cumi, telur puyuh, hati ayam, ampela ayam, nugget, tahu bacem, tempe bacem, ceker, leher/kepala ayam, bakwan, sambal, apa lagi ya.. Lupaaa.. Tapi sambalnya gratis, kok. Hihi..


Menu minumannya jujur kurang saya memperhatikan, sudah terlalu fokus berebut mengambil makanan. Tapi sepertinya minuman hangat gitu, seperti kopi dan teh, es jeruk juga sepertinya ada, asal jangan cari wedang uwuh yess.. Berat.. yang jualan gak bakal sanggup cari bahannya. Eh.. kenapa jadi #terdilan lagi iniii.. LOL

Rasa
Berbicara soal rasa, sebenarnya bumbunya kurang begitu meresap seperti masakan Mama, maklumlah namanya dagangan kan, kalau Mama yang masak sih masakan bakal mandi bawang dan berlimpah rempah.

Tapi jika diselaraskan lagi dengan harganya, makanannya tidak akan mengecewakan lidah penikmat makanan murah kok. Kalau cari makanan murah tapi tetap enak, Angkringan Mas Blangkon jawabannya. Saya suka nasi bakar tunanya, bumbunya lebih terasa dibandingkan varian nasi bakar lainnya.

Untuk porsi nasi bakarnya porsinya imut, saya bangetlah, kenyang dan enak, apalagi sudah ditambah lauk. Kalau laki-laki mungkin butuh 2 atau 3 nasi bakar plus lauk baru bisa kenyang. Sesuai selera aja.. Tapi bagusan mini-mini gitu sih menurut saya, jadi bisa disesuaikan, kalau porsinya langsung gede kan kasihan yang makannya porsi kecil seperti saya :D

Suasana
Dimana-mana selain menawarkan rasa dan harga yang terjangkau, tempat makan juga tentu menawarkan suasana yang nyaman bagi pengunjungnya. Bisa dengan alunan musik, bisa dengan desain yang instagramable, bisa juga dengan kesederhanaan. Inilah yang bisa didapatkan dari angkringan Mas Blangkon. Sederhana tapi ngangenin. *Seperti Abang #Eh.. :p


Bedanya angkringan ini dengan yang sudah sering teman-teman kunjungi mungkin disini gak sepenuhnya "melantai" karena tetap ada bangku juga yang disediakan, tinggal pilih ingin makan di mana. Oh ya, setelah memilih makanan kita bisa memilih untuk langsung disantap atau dibakar agar kembali hangat.

Harga
Nahh.. Mungkin ini yang ditunggu-tunggu.:D

Harga nasi bakarnya adalah Rp.3.000 sampai 5.000 per porsi. Untuk lauk mulai dari seribu rupiah. Ya.. gak jauh-jauh.. itu harga untuk sepotong tahu/tempe bacem/gorengan. Harga minumannya pass lagi ya.. Haha.. Yang jelas harganya relatif terjangkaulah, apalagi mengingat harga makanan di Kendari relatif lebih mahal dibanding daerah Jawa, kecuali ikan yess..

Sampai saat ini saya sudah 2 kali ke Angkringan Mas Blangkon, sekali waktu zonk, kali kedua kami lebih sigap, datang saat kami masih bebas memilih, itupun tempe dan tahu bacemnya sudah mau ludes aja.. Ah.. Mendebarkan taukk berebut makanan gitu. :D

Dan sekarang.. saya masih suka ngiler terbayang-bayang pengen ke sana lagi, sayang harus senggang waktunya kalau mau makan di luar gitu. Jadi sambil nunggu kesempatan ke sana lagi saya menggantungkan doa saja dulu.. Semoga Angkringan Mas Blangkon ini awet, berkembang, tetap menjaga kualitas bahkan lebih baik lagi.

***

Angkringan Mas Blangkon
Alamat: Jl. Abdullah Silondae No. 19 (kalau di Google Map alamatnya Jl. Bunggasi no.1 - entah kenapa beda)
Anduonohu (Pelataran Ruko Remaja Jaya)
Buka setiap hari, pukul 6.00-09.00 (sekarang sih jam 7 lewat dikit sudah gak kebagian).

Note: Untuk saat ini, kalau makanannya mau dibakar lagi baiknya ditengokin, ibunya kebingungan banyak pelanggan.

#PerempuanBPSMenulis
#MenulisAsyikDanBahagia
#15HariBercerita
#HariKe4
Read more

20 Jul 2017

Jajanan Masa Kecil, dari yang Manis Hingga yang Terasa Asam!

Hari Kamis, sesungguhnya adalah jadwal saya menulis Kamis Puitis. Tapi karena bertepatan dengan tanggal 20 yang sudah dikontrak oleh Sultra Blogger Talk untuk posting serempak (juga dengan tema yang sama) maka ditangguhkan saja dulu Kamis Puitisnya ya.. Saya juga belum mood tulis puisi lagi, mau cari stok puisi di note HP juga masih males.. hehe


Jadi tema SBT kali ini adalah Jajanan Masa Kecil. Pasti punya dong ya semua.. Jajanan masa kecil kita kemungkinan sama kalau hanya beda 3-5 tahun, apalagi kalau satu daerah, kadang hanya beda nama saja. Selera anak-anak mah tidak jauh dari yang manis-manis seperti permen atau manis plus dingin seperti es yang diolah menjadi berbagai jenis.

Jajanan Manis
Berbicara tentang jajanan manis, ada satu jajanan yang sangat membekas di ingatan saya. Bukan hanya karena rasanya yang enak. Tapi ada peristiwa yang membuat saya sampai saat sudah dewasa saat ini, saya masih belum mengerti kenapa hal itu bisa terjadi. (Ngomongnya dewasa ya.. diksi halus dari kata tua! Haha)

Jadi ini kisah tentang jajanan Rambut Nenek.. Saya lupa kami dulu menyebutnya apa, manisan saja sepertinya. Saya kurang suka manis sebenarnya, tapi kalau Rambut Nenek, saya suka sekali! Hampir setiap hari uang jajan saya sisihkan untuk beli Rambut Nenek ini. Teksturnya yang renyah lalu kemudian lumer di mulut itu memberi sensasi sendiri di lidah saat memakannya.

Mungkin itu juga yang membuat seorang murid laki-laki di sekolah SD saya waktu itu berani merebut Rambut Nenek dari tangan saya.

Begini ceritanya.. Auuu.. *Ngerti kenapa ada "Auuu" nya? Ehm..  Umurnya ketahuan! :p

Jadi setelah pulang sekolah, seperti biasa saya dijemput bapak. Bapak bisa on time karena kantor bapak berada tepat di depan SD saya. Saat itu saya minta bapak berhenti sebentar, karena saya mau jajan. Saya membeli Rambut Nenek dengan uang jajan saya, tidak menunggu lama Rambut Nenek pesanan saya sudah berada di tangan saya.

Sabar-sabar saya pegangi jajanan itu melewati lorong antara gedung sekolah dan sebuah tembok toko. Diujung lorong seorang murid laki-laki (seingat saya 1 kelas diatas saya) langsung merebut Rambut Nenek dari tangan saya, di depan bapak saya saudara-saudara!! Berani sekali!

Saat itu saya hanya melongo saking kagetnya, kejadiannya cepat sekali! Saat sadar masa lalu dan mantan Rambut Nenek di tangan saya sudah hilang. Saya sontak mendongak melihat bapak, dan bapak hanya tertawa kecil, mungkin bapak juga tidak percaya dengan yang dilihatnya. Bapak hanya berkata, "Tidak apa, nanti besok baru beli lagi." Saya juga manut saja tidak minta ganti rugi. Ahh.. mungkin karena itu makanya saya sabar sekali menghadapi ujian hidup. LOL

Sumber: qudapan.blogspot.co.id

Sorry.. mungkin jadinya gak fokus bahas jajanan, tapi benar-benar gak bisa lupa kejadian itu. Saya ceritakan, agar kita mendidik dan mengingatkan anak sejak dini untuk tidak mengambil hak orang lain. *Tsahh! :D

Beralih ke jajanan manis lainnya..

Saya juga suka membeli manisan buah Kedondong, tapi yang jadi favorit ya Es Lilin, terutama rasa kacang hijau. Dulu di rumah mama suka bikin, dan saya yang menjualnya keliling kompleks dan perumahan BTN. Komisinya ya Es Lilin enak buatan mama.

Bener-bener ya, bahagia di masa kecil memang sederhana sekali.. Item gak masalah, yang penting dapet Es Lilin! Haha..

Selain Es Lilin saya juga suka Es Kado, Es yang berbentuk kotak memanjang dan dibungkus kertas kado. Enaknya Es Kado ini, harganya gak dipatok, panjang es akan menyesuaikan uang kami, beli Rp.100 ya pendek, beli Rp.300 ukurannya akan 3x lebih panjang... nikmatnya udah berasa makan es krim pabrikan! LOL

Jajanan Asin
Beralih ke jajanan asin.. Saya paling suka yang garing, terbawa sampai sekarang. Dulu suka makan Mie-mie, kalau gak ada beli mie instan merk V*tami yang lebih murah dari S*rimi dan Ind*mie lalu kemudian diremas-remas hingga cukup hancur, baru kemudian ditaburi bumbu dan dimakan mentah! Makannya nikmat tanpa perlu mengkhawatirkan isu MSG dan kandungan lilin pada mie instan. Hehe

Tipikal jajanan asin saya sih seperti itu, yang crunchy!

Jajanan Pedas!
Sejak kecil saya suka pedas, nurun dari Mama sih.. dibiasakan makan pedas sejak kecil. Gak heran deh kalau waktu SD saya sukanya nongkrong di kantin Pak Harimin untuk memesan Ubi (singkong) Goreng berikut sambalnya! Sambalnya udah habis, Ubi Gorengnya belum habis..Tambah lagiii! Makanya suka di kantin itu.

Singkong Goreng + Sambal
Jajanan favorit sejak SD hingga sekarang :)

Eits, jangan dikira uang jajan saya dulu banyak ya, dulu 1 potong ubi goreng harganya hanya 25-50 Rupiah saja, kembung-kembung dah tu perut makan ubi! Haha

Jajanan Asam
Sumber: FB Nhyny Azizah Nurahsan

Saya ingat, dulu kami suka sekali membeli Settung (maaf saya gak tahu namanya di Jawa apa). Buah yang kadang dijual setelah diolah menjadi manisan seperti manisan kedondong, tapi kami lebih sering adu nyali dengan memakannya tanpa diolah. Asli asam sekali! Supaya seru kami makannya beramai-ramai dan saling menertawai reaksi masing-masing.

Ahh.. anak-anak ya.. Jajanan saja bisa jadi bahan candaan.. :D

Intermezo..

Jajanan Berhadiah
Nah kali ini ini kategorinya agak sedikit melenceng, bukan soal rasa, tapi iming-iming hadiah. Saya tuliskan karena anak-anak memang doyang dengan iming-iming hadiah... Eh, yang dewasa juga suka hadiah kan? :D Jajanan jenis ini juga jenis jualan yang cukup laris menurut pengamatan saya. *Halah..

Jadi dulu itu ada yang namanya K*rtu AS, atau kalau mau yang lebih tradisional lagi ada permen asam yang dibungkus dengan 1 guntingan wayang kecil (di Jawa sejenis kuartet kayaknya), lalu di dalamnya nanti ada nomor yang akan dicocokkan dengan hadiah yang menanti. Hadiahnya ada levelnya juga, dari hadiah utama (yang bisa berupa mainan yang cukup lumayan harganya) sampai hadiah hiburan sekelas permen rasa durian. Kalau enggak ya zonk seperti rasa permen asam yang sering kami sebut gula-gula berhadiah itu. Hehe..

***

Nah.. itu diatas jajanan masa kecil yang sering sekali saya konsumsi, ketiga teman saya yang juga berasal dari Sulawesi Tenggara ini juga punya ceritanya masing-masing:


Bagaimana dengan teman-teman, suka jajan apa dulu? Apa kita punya kesamaan? ^^
Read more

28 Jan 2017

Beberapa Hal yang Perlu Anda Ketahui Sebelum ke Wakatobi

Minggu ini sebenarnya saya sudah memenuhi seluruh kewajiban menulis saya, sesuai jadwal. Senin Sosial sudah ada tulisan 3 Foto Instagram Paling Berkesan, Rabu Review sudah ada tulisan Aplikasi yang Wajib dimiliki Bloger dan Kamis Puitis sudah saya isi dengan Puisi bebas dengan judul Rasa yang Tertinggal.

Tapi karena awal tahun ini saya ikut mendaftarkan diri dalam komunitas 1 Minggu 1 Cerita, saya pun akhirnya punya utang menulis lagi. Kebetulan saja Minggu ini ada tema yang diberikan oleh admin. Tema tersebut adalah "Kampung Halamanku Juga Seru" Sebuah tema yang mengajak para bloger untuk menulis tentang kampung halamannya. Sekaligus lebih memperkenalkan daerah masing-masing dihadapan para pembacanya. Bagus kan ya?

Tapi saya bingung, apa yang harus saya tuliskan tentang kampung saya? Lahirpun saya di Kendari, saya hanya sesekali pulang berlebaran, menghadiri acara keluarga ataupun tugas kantor. Saya merasa tidak mengetahui banyak hal dari kampung halaman saya. Tapi karena ini wajib dan saya tidak boleh kehabisan ide, maka saya memutuskan menulis apa saja yang terlintas dipikiran saya, yang mungkin akan bermanfaat sebagai info sebelum mengunjungi Wakatobi.


Wakatobi - Sulawesi Tenggara- Indonesia!!
Wakatobi, sebuah Kabupaten yang justru lebih terkenal dari Kendari, Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara. Bukan tanpa alasan saya berkata seperti ini, jika ada yang menanyakan asal saya dari mana, reaksi berbeda akan saya terima. Jika menjawab Wakatobi, jawaban pertama yang akan saya terima adalah "Oohh" sedangkan jika menjawab Kendari biasanya akan dijawab "Kendari? Dimana tuh?." :D

Tidak heran memang, Wakatobi sudah terkenal sebagai salah satu surga bawah laut yang dimiliki Indonesia, juga menjadi salah 1 destinasi wisata yang diberi label sebagai "New Bali". Oh ya.. ada lagi.. Taman nasionalnya juga ada pada cetakan uang Rp.10.000 yang baru. :D

Sedih juga sih ya.. Ibu Kota Provinsi malah belum banyak dikenal, padahal yang mengetahui Wakatobi belum tentu tahu juga bahwa kampung halaman saya itu berada di Sulawesi Tenggara. Yah.. kalau di luar negeri seperti Bali dan Indonesialah perbandingannya, mereka lebih mengetahui Bali dibanding Indonesia. Hehe..

Wakatobi Secara Geografis
Sampai saat ini, saya masih menemukan teman yang belum mengetahui bahwa Wakatobi itu adalah singkatan dari kecamatan-kecamatan yang ada di dalam wilayah administratifnya. Begitupun dengan pemahaman mereka tentang kondisi geografisnya. Kecuali yang mungkin sudah mencari tahu tentang Wakatobi secara mendalam atau pernah berkunjung langsung ke Wakatobi.

Mari saya ceritakan..

Wakatobi adalah singkatan dari:
WA = Wanci
KA = Kaledupa
TO = Tomia
BI = Binongko

Keempatnya adalah nama kecamatan yang terpisah oleh lautan dan harus dijangkau dengan alat transportasi laut. Artinya, jika datang ke Wakatobi tidak berarti pengunjung langsung akan berada dalam 1 daratan. Begitupun dengan lokasi wisata yang tersebar di beberapa titik di kecamatan. Jadi kalau mau berwisata ke Wakatobi, pastikan teman-teman sudah tahu hendak mengunjungi tempat wisata yang mana.


Mau menyelam untuk menikmati keindahan bawah laut? Di sekitaran resort atau pantai bisa di Wanci saja. Kalau ingin ke pulau Hoga, umumnya pengunjung akan mulai menyeberang dari Kaledupa agar lebih efektif dan efisien perjalanannya. Belum lagi jika ingin ke Tomia dan Binongko dengan keunikan wisatanya masing-masing. ;)

Sinyal dan Listrik di Wakatobi
Mungkin pengunjung akan berasal dari kota besar yang bebas memilih ingin menggunakan provider mana saja. Tapi untuk Wakatobi, sampai saat ini sinyal yang bisa dimanfaatkan adalah dari provider Telk*msel dan Ind*sat saja. Saya pernah datang dengan paket data yang siap tempur dari X*, tapi ternyata tidak tersedia di sana. *Gagal Eksis :p. Oh ya, Kekuatan sinyal juga masih mengandalkan jaringan 3G, menurut pengakuan seorang teman, jaringan 4G masih timbul tenggelam di Wanci.

Untuk listrik sendiri terdapat perbedaan waktu ketersediaan antar kecamatan. Di Wanci dan Tomia, sumber daya listrik sudah tersedia selama 24 jam, sedangkan di Kaledupa dan Binongko listrik hanya tersedia hanya selama 11 jam saja yaitu pukul 16.00 - 05.00. Pada hari minggu ada bonus listrik yang akan tersedia pada pukul 9.00 - 12.00 lalu kemudian padam lagi (CMIIW).

Jadi, kalau berencana ke daerah yang tidak dialiri listrik 24 jam, pastikan membawa power bank agar tidak mati gaya ya.. Semoga secepatnya seluruh Wakatobi bisa mendapatkan aliran listrik selam 24 jam. Hal ini tentunya tidak hanya akan menyenangkan para pengunjung, tapi juga penduduk di Wakatobi.

Pastikan Anda Mencicipi Makanan Tradisional Wakatobi
Makanan di kota besar relatif mudah dicari jika ingin dikonsumsi, tapi makanan tradisional umumnya bisa didapatkan di daerah asalnya saja. Jangan lewatkan makanan khas seperti:

1. Kasuami
Kasuami ini terbuat dari singkong (di Sulawesi umunya disebut ubi) yang di parut lalu dikukus dengan cetakan dari daun kelapa yang berbentuk kerucut. Ada juga Kasuami ni Pepe yang berbentuk pipih, sedikit berminyak dengan topping bawang goreng di tengahnya. Ya ampun, saya ngiler sendiri. :D

Kasuami ini umumnya dikonsumsi bersama olahan ikan seperti parende, ikan bakar, perangi, simbuku ataupun makanan laut lainnya. Dimakan hangat-hangat enak sekali!^^

2. Kenta Perangi
Jenis makanan yang satu ini harus teman-teman coba! Bahkan di Kendaripun tidak tersedia di rumah makan manapun. Kenta yang berarti ikan ini sudah menunjukkan bahwa yang digunakan untuk Kenta Perangi ini tidak dari sembarang jenis ikan, harus ikan batu yang segar dan langsung dicincang untuk kemudian diberikan perasan jeruk nipis, garam dan irisan bawang merah. Lalu dimasak? Nope! Sudah siap dimakan! Berani? Haha..

3. Simbuku
Simbuku adalah gurita yang dipotong-potong kecil, lalu dimasak dengan menggunakan rempah dan asam kemudian disajikan dengan kuah kental, rasanya yang asam enak sekali jika dimakan dengan nasi maupun kasuami.

Ah.. menulis makanan-makanan ini bikin saya ikutan ngiler. LOL. Selain 3 jenis makanan di atas, masih ada Ndafu-ndafu, Kukure, Lesi-lesi, Topulu, Kano dan Opa. Untuk cemilan teman-teman bisa mencoba Karasi dan Senga-senga berkunjung ke Wakatobi.

Yang pasti, segala jenis makanan laut akan disajikan segar karena Wakatobi memang daerah laut, bahkan ikan yang dibakar tanpa menggunakan bumbupun akan terasa manis, karena seperti itulah rasa aslinya.

Dan karena saya sudah ngiler berat, sepertinya saya harus menyelesaikan artikel yang sebenarnya tidak hanya untuk memenuhi kewajiban menulis saya di 1 Minggu 1 Cerita saja. Mengetik tema ini juga membuat saya rindu kampung halaman dan ingin tahu lebih banyak lagi tentang kampung halaman yang terakhir saya kunjungi tahun 2015 lalu itu.
Mmm.. Yakin gak mau ke Wakatobi?

Semoga suatu saat bisa menulis lebih banyak lagi tentang kampung halaman dan tentu saja saya berharap semoga tulisan ini bermanfaat. Yuk ke Wakatobi! :)


Read more

14 Dec 2016

Rich-O Donuts and Cafe, Tempat Nongkrong yang Memanjakan Lidah

Beberapa hari ini saya selalu ingin makan Sup Ubi, dan yang terbayang adalah Sup Ubi di Rich-O Donuts and Cafe (selanjutnya akan saya sebut Rich-O). Tidak heran sih, cuaca di Kota Kendari akhir-akhir ini memang sering hujan, dan saat hujan seperti ini tentunya paling enak makan yang berkuah dan hangat. Anak kos pasti langsung ingat mi instan nih.. Hihi.. No, no.. I want to eat Sup Ubi!

Baca juga: Sup Ubi Podo Teko


Ada beberapa tempat menyantap Sup Ubi yang cukup enak di Kendari, tapi Rich-O yang launching bulan Maret 2016 ini punya rasa khas dan kelebihan tersendiri. Yang paling menonjol adalah ubinya, lembut banget. Selain itu, kalau ingin mengudap ubi goreng juga ada di tempat ini. Oh ya, Ubi maksudnya singkong ya.. seperti yang pernah saya jelaskan di sini.


Kalau diingat-ingat, ternyata sudah 2 tulisan saya yang membahas Sup Ubi. Berbeda dengan 2 tempat sebelumnya yang tidak mempunyai banyak pilihan, Rich-O ini malah hadir dengan banyak sekali pilihan menu. Menu makanan berat malah hanya beberapa saja, selebihnya pengunjung bisa memesan berbagai pilihan kudapan atau minuman. Biasanya kalau nongkrong kan gitu ya? Pengennya kudapan saja, jadi ngobrolnya bisa lebih banyak. :D

Sekarang, mari membahas rasa. Di Rich-O ini, makanan berat ataupun kudapan rasanya bersaing. Sama-sama enak! Faktanya, tidak jarang saya dapatkan sebuah tempat makan dengan konsep yang sama tapi ada jenis makanan (makanan berat dan kudapan) yang rasanya jomplang. Makanan beratnya enak, kudapan rasanya so-so. Atau sebaliknya. Jarang yang seimbang.


Kalau membicarakan masalah makanan berarti membahas lidah nih, masalah selera. Terutama untuk nasi gorengnya, di Rich-O akan dibuat pedas, ini kesukaan saya. Yang tidak suka pedas mungkin akan mundur teratur dengan menu nasi gorengnya. Tapi ada opsi nasi goreng merah kok, menu ini tampaknya tidak pedas.
Nonton semi final bulu tangkis sambil nongki :D

Oh ya, tersedia juga donat yang berjajar manis di etalase yang membatasi kasir dengan pengunjung. Tinggal dipilih untuk dinikmati di dalam cafe atau ingin di bawa pulang. Donatnya enak juga sih, tapi kalau urusan mengudap, saya lebih suka yang ada sambalnya. Apa lagi kalau bukan ubi goreng? Hihi.. *Anaknya mah emang doyan singkong :D

Rich-O juga terus berinovasi dengan menu yang akan disajikan untuk para pengunjung. Terbukti dengan adanya tambahan menu berupa Mie Bakso, Mie Pangsit Ayam Jamur (ayam kampung) dan beverage seperti Jus Durian dan Lychee Healthy Drink. Makin banyak dong ya menunya..

Sumber gambar FP Rich-O Donuts and Cafe Kendari

Untuk harga juga relatif terjangkau. Harga makanan mulai Rp. 5.000 - Rp. 35.000, kudapan mulai Rp. 18.000 - Rp. 30.000 sedangkan minuman rata-rata seharga Rp. 20.000-an.

So, kalau mencari tempat nongkrong dengan rasa yang tidak mengecewakan di Kendari, Rich-O Donuts and Cafe bisa jadi pilihan.

Jangan lupa saya diajakin juga ya.. Soalnya saya belum pernah cobain menu barunya *Lho? :D

Rich-O Donuts and Cafe Kendari

Jl. Brigjen M. Yunus Bypass
Buka pukul 09.00 - 00.00
Telp: (0401) 3135555

Read more

7 Dec 2016

Seru dan Puasnya Makan Kepiting Tanpa Piring!

Sulawesi Tenggara sebagai bagian dari pulau Sulawesi yang dikelilingi lautan adalah provinsi yang kaya akan hasil laut. Berbagai jenis ikan tersedia melimpah ruah sebagai hadiah dari alam. Begitu juga kepiting yang beberapa tahun terakhir ini disajikan tidak hanya dengan menjaga kualitas rasa tapi juga dengan uniknya cara penyajian.


Kendari tidak ingin ketinggalan menyajikan hal yang unik bagi warganya. Sudah sering melihat kepiting disajikan di atas meja tanpa wadah kan? Yup! Kepitingnya dibiarkan berkeliaran berjalan ke sana ke mari disajikan tanpa wadah apapun, di atas meja, begitu juga nasinya, tanpa piring. Kecuali air kobokan dan minuman tentu saja. LOL.

Bukannya kami ndeso ya, lihat sih sudah sering, hanya rasa ingin tahu, menjadikannya pengalaman pribadi sungguh sebuah hal yang menantang untuk kami lakukan. Sebenarnya bisa saja kami membeli kepiting, lalu masak lada hitam dan menyajikannya di meja makan sendiri tanpa memakai piring. Tapi sebelum kepitingnya habis, nikmatnya rasa kepiting akan hilang karena kami makan sambil diomeli oleh ibu kami di rumah. LOL

Hahah.. Sudah deh ngebanyolnya, yuk ke tempat makannya.. Makan puas tanpa diomeli ibu di rumah! :D

Dimana?

Kendari Town Square (K-Toz)
All we known about ikut makan kepiting kekinian adalah di K-Toz. Tapi K-Toz sudah tidak seperti dulu lagi kawan, K-Toz sebagai tempat makan dengan konsep Food Court di sebuah lapangan terbuka dengan payung warna-warni sebagai atapnya kini sudah menjadi tempat yang lebih cozy, dengan konsep yang lebih keren. Hanya menyebut K-Toz sebagai petunjuk tempat makan kepiting sebenarnya cukup menyesatkan. Ada banyak tempat makan di tempat ini. That's why you have to mention Boegis Resto.

Boegis Resto 
Beruntungnya saat memasuki area K-Toz kami yang celingak-celinguk kebingungan disapa dengan ramah oleh karyawan yang bertugas di area makan. Dari Mbak ramah itulah kemudian saya diarahkan ke Boegis Resto (BR) setelah bertanya dengan polosnya "Kalau mau makan kepiting , di mana ya?" *Pasang muka tembok

Jadi, jika ingin ikut ndeso mencicipi kepiting seperti saya, saat memasuki area dekat panggung, carilah Boegis Resto di sebelah kanan. Tempatnya terlihat cukup sepi, bukan seperti cafe untuk makan pada umumnya yang menghias diri dengan dekorasi lighting dan wallpaper yang instagram-able. Tempat makan ini tampaknya mengandalkan menu sebagai daya tariknya. Lagipula memang deretan meja dan kursi makan di depan panggung sudah bagian dari semua tempat makan di dalamnya kan? Termasuk untuk BR.

Kamipun memesan tanpa ba bi bu, karena memang kami yang lupa membalik menunya, di bagian belakang itulah ada menu lain yang bisa dipilih. Kami sebelumnya berpikir, Resto tersebut memang spesialis menu kepiting. *Maafkan Baim Ya Allah..

Seru dan Puasnya Makan Kepiting Tanpa Piring
Dengan semboyan Berani Kotor Pasti Kenyang, kami mulai makan dengan beringas excited. Menu kepiting lada hitam yang masih mengepulkan asap dituang ke atas meja yang sudah lebih dulu dilapisi plastik. 1 paket kepiting ini sudah termasuk nasi dan es tehnya.


Lain yang diharapkan, lain yang di dapatkan. Ingin makan kepiting, ternyata kepiting lada hitam ini juga dimasak bersama berbagi jenis makanan laut lainnya seperti udang, cumi-cumi dan kerang, which's good for us.Haha.. Untuk mengimbangi rasa gurih hewan-hewan khas laut ini, ada banyak potongan nanas dan jagung untuk memberi rasa manis dan asam. Kami cukup senang dengan komposisinya, jadi rasanya tidak monoton.

Makan tanpa wadah itu, rasanya.. bebas! Kalau sudah begini, makan di tempat nongkrong sambil menjalankan sunnah Rasul malah paling afdhol, makan menggunakan tangan saja! Ruang gerak tangan untuk memilih jenis makanan mana yang ingin dipilih juga tidak terbatas, kotor ya kotor saja, yang penting kenyang!

Harga, Porsi dan Rasa
Porsi yang ditawarkan BR ini ada tiga; Small untuk dua orang, Medium untuk empat orang dan Large untuk enam orang. Karena kami hanya berdua jadi kami memesan porsi untuk dua orang. Yang ternyata.. Lebih besar porsinya makan akan semakin hemat biaya yang harus dikeluarkan. Jadi, karena kami wanita yang tidak mau rugi, kami.. tetap memilih porsi dua orang.#Plakk

Gimana gak galau, seharusnya kami datang ramai-ramai, jadi harganya bisa lebih hemat. Nah.. penasaran kan berapa harganya? :D
Lebih rame, lebih asik, lebih murah!

Dibalik menunya ternyata masih banyak menu yang lain

Ngomong-ngomong soal porsi, porsi untuk dua orang ini bikin saya dan teman saya cukup terduduk lama karena kekenyangan. Banyak!! Menurut saya sih, untuk perempuan, porsi dua orang ini bisa dimakan berempat. Selama makannya gak kelaparan banget. :p Untuk laki-laki, dua orang cukup, empat orang juga bisa tapi kemungkinan makannya malu-malu. :D


Untuk soal rasa.. sebenarnya lumayan, tapi rasa lada hitamnya tanggung, too much black pepper yet not spicy. Mungkin karena kami memaksa menghabiskan porsi besar tersebut, akhirnya berasa enek. Kembali lagi, masalah selera saja. Tapi overall enak kok. ^^

Oh ya, sebenarnya K-Toz ini masih dalam masa "trial opening". Masih terus berbenah. Masih dalam tahap ini menurut saya sudah lumayan bagus lho. Sepertinya K-Toz ini akan lebih baik lagi nantinya, melihat adanya ancang-ancang untuk membuka  sebuah Trick Eye Museum pada lantai dua nya. Entah kapan. We'll see..

1 lagi nilai tambah dari K-Toz ini, karyawan yang bertugas di area meja makannya super ramah dan cepat tanggap. Kami segera disapa saat melihat kami kebingungan. Disaat kami memutuskan membatalkan pesanan minuman karena ternyata belakangan baru tahu kepiting yang kami pesan sudah 1 paket dengan minumannyapun si Mbak baik hati itu juga tidak menunjukkan reaksi atau raut wajah yang tidak bikin selera makan jadi down. Semoga rejekinya semakin baik ya Mbak.^^

Kendari Town Square (K-Toz)

Jl. Saranani (Depan Singapore Kopitiam)

Jam Operasional :
Senin -Jumat : 09.00 - 23.30
Sabtu- Minggu : 09.00 - 00.30
Read more

16 Nov 2016

Rumah Makan Kemaraya Tetap Berjaya Walau Berganti Nama dan Tempat

Siang hari setelah berpanas-panas melakukan pengawasan Sensus Ekonomi 2016 bulan Mei lalu, kami akhirnya memutuskan untuk istirahat dengan mencari menu yang menyegarkan. Karena daerah pengawasan berada di daerah kota, saya yang ditanyai referensi tempat makanpun bengong karena tidak banyak tahu tempat makan di daerah kota, bukan daerah jajahan saya. Hihi..

Kondisi gak memungkinkan foto dari depan, sesekali dari samping gapapalah :D

Teman-teman yang berjiwa petualang akhirnya menyebutkan sebuah tempat makan pisang ijo yang dikangenin oleh Bos, Pisang Ijo Kota Lama, tapi katanya sudah pindah tempat, sedangkan saya di tempat lamapun belum pernah datang. Pergaulan terbatas, langkah terbatas, taunya sekitaran kelurahan saja. LOL


Tidak menunggu waktu lama, kendaraan akhirnya sampai di tempat yang ditunjukkan oleh teman, sebuah rumah makan yang terbilang sederhana tanpa embel-embel desain interior yang instagram-able. Pengunjung diminta fokus makan saja dan mengurangi kegiatan swafoto. Haha.. Nggak ding, karangan saya saja itu.


Kami akhirnya memesan Pempek dan Pisang Ijo, entah kenapa seragam semua, padahal saya berharap ada menu lain agar bisa icip memotret jenis makanan lain untuk bahan postingan ini. Ah.. sudahlah, saya kemudian lupa dengan harapan itu saat makanan sudah diantarkan, seporsi besar Pempek kapal selam tersaji di hadapan saya lengkap dengan Pisang Ijo. yang melihatnya saja saya sudah mulai kenyang. :D


Pempek kemudian kami lahap lebih dulu, rasanya lumayan untuk lidah saya, saya cukup suka teksturnya, ditambahkan sambal sudah menutupi kekurangannya, apalagi sudah ada Pisang Ijo menanti, gak takut kepedasan lagi. :D


Untuk Pisang Ijo rasanya enak, terutama dengan penyajiannya yang cukup berbeda dari Pisang Ijo yang biasa saya temui di Kendari. Dengan serutan es yang dibuatkan gumpalan tersendiri, konsumen bisa menyesuaikan seberapa banyak es yang ingin dicampurkan dengan saos Pisang Ijonya.

Walaupun rumah makan ini hadir dengan tampilan yang sederhana, tapi bisa banget jadi referensi untuk Anda yang mencari makanan di Kendari. Walaupun lokasinya cukup jauh dari pusat perkantoran tapi teman (dari instansi lain) cukup sering mengunjungi rumah makan ini. There must be something, right? :)

Rumah Makan Kemaraya
Jl. Mayjen Sutoyo
(Dekat SMAN 1 Kendari)

Read more

9 Nov 2016

Onde-onde Mini, Makin Mini Makin Renyah

Di musim penghujan seperti ini, hal yang paling nyaman dilakukan adalah makan, turunannya adalah nyemil atau bahasa bakunya adalah mengudap. Biasalah ya.. hawa dingin membawa rasa lapar bahkan sebelum jam makan. Maka membeli makanan ringan adalah solusi yang biasa ditempuh.

Salah satu jajanan yang mendukung adalah gorengan, kenapa? Karena gorengan bisa disajikan hangat, berbeda dengan kue basah walaupun juga mengenyangkan. Nah, membahas kudapan yang digoreng, ada 1 kudapan yang cukup unik di Kota Kendari.

Onde-onde Mini, sesuai dengan namanya Onde-onde ini tampil dengan wujud yang mungil, 1 bahkan 2 buah bisa sekali hap. Bagi yang pernah melihat/memakan Kacipo, kudapan khas dari Sulawesi Selatan, mungkin bisa terbayang ukuran Onde-onde mini ini, sedikit saja lebih besar dari ukuran Kacipo. Dengan tekstur yang renyah di luar tapi lembut di dalam.


Onde-onde yang berisi kacang hijau lalu dibungkus dengan kulit dari ketan dan dibalur lagi dengan biji wijen umumnya berukuran cukup besar, sekitar 2 sampai 3 kali lipat dari ukuran Onde-onde yang berisi gula merah atau yang juga disebut dengan klepon. Tapi kali ini ukurannya jauh berbeda. Unik juga enak!

Boleh dibilang, pembuat Onde-onde mini ini cukup telaten, karena harus membuat bulatan kacang ijo dengan ukuran yang sangat kecil. Memberikan rasa manis ditengah gurihnya kulit luar Onde-onde. Sejauh yang saya tahu, hanya ada 1 penjual Onde-onde Mini ini dan boleh dikatakan belum banyak juga yang mengetahui.


Ada yang penasaran dengan harganya? Menurut saya cukup mahal sih. Dijual dengan harga Rp. 1.000/3 buah. Beli Rp. 5.000 akan dapat 15 buah saja, masih kurang banyak kalau menurut saya. Tapi saya gak pernah menawar juga sih. Hehe..

Oh ya, jajanan ini dijual di gerobak seperti umumnya pendagang gorengan di Kendari. Ada jajanan lain juga yaitu Pisang Molen mini. Maafkan tidak ada gambar, soalnya saya konsisten jajan Onde-onde Mini. Hehe..

Untuk yang belum merasakan dan ingin mencoba, Onde-onde Mini ini dijual mulai pukul 16 lewat (waktu jualannya gak menentu, ada juga yang bilang pernah beli pukul 14) - habis. Nanti Insya Allah saya pastikan kalau jajan lagi. :D

Onde-onde Mini
Jl. MT. Haryono
Depan Bimbel JILC
Samping Lorong Torada
Kota Kendari

Read more

4 Nov 2016

Kenta Ni Dole Olahan Ikan Laut Kaya Rempah



Anak pulau pasti suka makan ikan! Oh, belum tentu. Kami keluarga berdarah Wakatobi-Buton, tapi salah satu adik saya kurang begitu suka makan ikan.

Kita tentu tahu bahwa tingkat konsumsi ikan di Indonesia masih rendah, sehingga Kementrian Kelautan dan Perikanan mengeluarkan Program GEMARIKAN,  Gerakan Masyarakat Makan Ikan. Hal ini untuk mendorong meningkatnya konsumsi ikan pada masyarakat Indonesia.

Data dari Kementrian Kelautan dan Perikanan menyebutkan bahwa 5 tahun terakhir konsumsi ikan menunjukkan tren yang terus meningkat. Dan Sulawesi Tenggara sebagai tempat kelahiran saya adalah provinsi ke-2 terbanyak pada angka rata-rata konsumsi ikan. Hal tersebut tentu di dukung dengan ketersediaan ikan sebagai sumber daya laut potensial di Sulawesi Tenggara.

mempelajari proses pembuatan hidangan khas tersebut, hingga memahami nilai gizi yang terkandung di dalamnya - See more at: http://www.sarihusada.co.id/Nutrisi-Untuk-Bangsa/Aktivitas/Jelajah-Gizi/Jelajah-Gizi-4-Membedah-Nilai-Gizi-Masakan-Minahasa#sthash.FI8GCQXB.dpuf
mempelajari proses pembuatan hidangan khas tersebut, hingga memahami nilai gizi yang terkandung di dalamnya - See more at: http://www.sarihusada.co.id/Nutrisi-Untuk-Bangsa/Aktivitas/Jelajah-Gizi/Jelajah-Gizi-4-Membedah-Nilai-Gizi-Masakan-Minahasa#sthash.FI8GCQXB.dpuf
Dengan ketersediaan sumber daya laut yang melimpah, tentu cara mengolahnyapun semakin beragam, bukan hanya untuk memenuhi keinginan para penyuka makanan laut, tapi juga memberikan opsi lain kepada orang yang mungkin kurang suka dengan olahan makanan laut.

Untuk resep kali ini, saya akan membagikan kreasi olahan makanan laut, khususnya ikan. Ini adalah resep kesukaan keluarga, Kenta ni dole (bahasa daerah Wakatobi) berarti ikan yang dipadatkan/dicetak dengan cara diguling-gulingkan. Sedangkan di Pulau Buton olahan ini disebut Ikane ni dole. Mirip ya namanya? Karena sebenarnya Wakatobi adalah bagian dari pulau Buton sebelum dipisah secara administratif.

Kembali ke resep..

Pada resep ini saya menggunakan ikan Layang namun tidak menutup kemungkinan jika ingin menggantinya dengan ikan lain seperti Ikan kuwe, Selar, Tuna ataupun Baby Tuna, yang penting jenis ikannya adalah ikan yang berdaging putih dan padat.

Penggunaan ikan Layang sendiri karena saat ini jenis ikan ini sedang melimpah di Sulawesi Tenggara sehingga harganya relatif murah. Tapi walaupun harganya murah kandungan gizinya tidak kalah dengan jenis ikan lain. Untuk itu berikut saya lampirkan kandungan gizi ikan layang:


Kandungan gizinya banyak kan ya? Terlebih lagi 80% bagian ikan ini bisa dikonsumsi, tidak banyak yang terbuang. Apalagi untuk kreasi Kenta ni dole ini.

Bahan-bahan:
1 Kg Ikan Layang
2 buah Jeruk nipis
1 sdm Garam kasar
1/2 sdm Kunyit bubuk
1/4 bungkus Penyedap rasa
Minyak goreng

Bumbu:
1/2 buah Kelapa yang tidak terlalu tua disangrai
5 buah Jeruk nipis
1/2 sdm Jintan halus
1 1/2 sdm Merica halus
1 1/2 sdm Ketumbar halus
1 sdm Garam kasar
1 bungkus Penyedap rasa ayam
1/2 sdm Gula pasir halus
2 buah Telur


Bumbu yang dihaluskan:
2 buah Cabe merah
3 buah Cabe rawit
2 buah Cabe keriting
5 siung Bawang putih
7 siung Bawang Merah
1 batang Serai
1 ruas Jahe
1/2 ruas Lengkuas

Cara Membuat:
1. Bersihkan insang dan sisik ikan, lalu dipotong atau diiris seperti akan digoreng. Lalu campurkan perasan jeruk nipis, garam, kunyit dan penyedap, ratakan bumbu dan biarkan meresap sekitar 5 menit lalu kukus selama 15 menit dengan api sedang dilapisi daun pisang atau plastik bening yang biasa digunakan untuk membungkus makanan. Dinginkan lalu pisahkan daging ikan dari tulangnya. Tumbuk ikan tapi jangan sampai terlalu halus.
2. Tumbuk kelapa yang telah disangrai sampai cukup halus. Campurkan ikan yang juga telah ditumbuk. Pengolahan ikan dan kelapa yang ditumbuk adalah untuk mempertahankan struktur ikan dan kelapa, sehingga tidak menjadi halus seperti bumbu rempahnya.
3. Bumbu yang dihaluskan jika menggunakan blender boleh menambahkan sedikit air, dengan catatan setelah halus perlu sedikit dipanaskan diatas api, tanpa minyak agar kadar airnya berkurang. Setelah itu masukkan ke dalam campuran ikan dan kelapa. Bumbu tadi bisa juga dihaluskan dengan cara ditumbuk saja.
4. Campurkan semua bumbu seperti perasan jeruk nipis, jintan, merica, ketumbar, garam, penyedap, gula dan telur. Pastikan semuanya tercampur rata, Lalu siap dicetak.


Sebelum dicetak Anda bisa mencoba rasanya dan menyesuaikan kembali sesuai selera. Misalnya ingin ikannya terasa lebih pedas, bisa menambahkan cabe lebih banyak, ingin rasanya lebih kecut juga bisa dengan menambahkan jeruk nipis lebih banyak. Simpan ikan terlebih dahulu di dalam kulkas baru kemudian digoreng. Hal ini kan membuat ikan renyah pada bagian luar dan lebih lembut di bagian dalam.

5. Panaskan minyak goreng dengan api sedang, lalu goreng hingga kecoklatan. Sebelum digoreng ikan bisa juga dibalur lagi dengan tambahan putih telur, tergantung selera.

Cetak ikan sesuai bentuk yang diinginkan, tapi perhatikan ketebalannya, idealnya 1-1,5 cm saja agar minyak bisa meresap dengan baik dan ikan tidak terlalu rapuh saat digoreng. Dengan ketebalan dan bentuk seperti di dalam gambar, resep ini bisa menghasilkan 42 potong Kenta ni dole yang siap digoreng. Bagi yang tidak ingin menambahkan kelapa bisa saja dihilangkan, tapi volumenya jelas akan berkurang, kemungkinan hanya akan menghasilkan 30 potong ikan saja.


Kenta ni dole ini akan makin nikmat dihidangkan saat masih hangat.

Kreasi olahan makanan laut seperti tulisan saya di atas adalah tema dari lomba blog/vlog Jelajah Gizi pada tahun 2016 ini. Tujuan jalan-jalan unik pada tahun ini adalah Jelajah Gizi Minahasa, diadakan oleh Sarihusada untuk keempat kalinya, sebuah brand yang membentuk gerakan Nutrisi Untuk Bangsa yaitu gerakan dari masyarakat untuk masyarakat yang peduli akan masalah-masalah gizi di Indonesia.
 photo logo.320x227_zpsdjify30m.jpg

Dengan berbagi resep ini saya berharap bagi yang menyukai ikan akan makin suka, karena rasa rempahnya membuat ikan menjadi lebih terasa nikmat, rasa gurihnya didapatkan dari penambahan kelapa, rasa kecut dan pedasnya bisa menjadi penambah nafsu makan.

Untuk yang tidak menyukai ikan karena bau amis atau repotnya membuka tulang, olahan makanan laut ini bisa menjadi pilihan karena sudah tidak mengandung tulang dan bau amis ikan sudah tertutupi oleh harumnya rempah.

Bagaimana? Tertarik untuk mempraktekkan resep kreasi olahan makanan laut ini? Yuk makan ikan!

Sumber informasi:
Kkp.go.id. 2016. Konsumsi Ikan Naik dalam 5 Tahun Terakhir. http://kkp.go.id/2016/03/23/konsumsi-ikan-naik-dalam-5-tahun-terakhir [diakses tanggal 1 November 2016]

Organisasi.org. 1970. Isi Kandungan Gizi Ikan Layang Komposisi Nutrisi Bahan Makanan. http://www.organisasi.org/1970/01/isi-kandungan-gizi-ikan-layang-komposisi-nutrisi-bahan-makanan.html [diakses tanggal 1 November 2016]
Read more

7 Sept 2016

Wapens Cafe, Wifi Kencang Biaya Mahasiswa

Wapens Cafe berada di jalur yang sering kali saya lewati baik saat datang maupun pulang kantor. Setiap hari melihat tempat itu sayapun penasaran. Sampai akhirnya saya janjian dengan teman untuk sama-sama menjajal tempat nongkrong baru di Kendari tersebut.


Wapens Cafe terdiri dari 2 lantai, di lantai dasar terdapat panggung untuk live music, tempat nongkrong tentunya, dan meja kasir. Karena cafe ini adalah bangunan ruko dan lantai dasarnya kurang dimasuki oleh cahaya matahari, maka cafe ini diberi penerangan, yang tertangkap oleh saya kesan yang ingin diberikan adalah penerangan dengan kesan klasik.



Lantai 2 cafe ini berkebalikan dengan lantai 1, lantai 2 kaya akan cahaya alami, menurut saya tempatnya juga lebih asik dipakai nongkrong daripada di bawah, mungkin kalau ada live music lantai 1 akan lebih menyenangkan.


Di lantai 2 Wapens Cafe terdapat teras yang menguntungkan untuk nongkrong, selain kita bisa mengamati kegiatan di luar cafe yang berhadapan langsung dengan kampus STIKES Mandala Waluya, orang di luar cafe juga cenderung tidak bisa melihat kita. Dilantai 2 ini juga secara mengejutkan terdapat sebuah distro.


Untuk fasilitas, cafe ini dilengkapi dengan fasilitas wifi yang gak bikin memble.. alias kencang! Buffering will not bother you. Menu makanan dan minuman tidak begitu banyak pilihan, akan tetapi dompet mahasiswa -yang terkenal ramping itu- bisa dibawa nongkrong ke cafe ini. Murah meriah.. Ubi goreng dan sambalnya enak. I suggest this one! ;)


Kekurangan cafe ini tentu saja ada, jumlah karyawan sepertinya masih kurang, karena kami dilayani hanya oleh 1 orang saja yang pada saat itu, selain menerima pesanan, memasak, juga mengurus pembayaran. Katanya sih sedang ditinggal keluar oleh 1 orang kawannya. Tapi gak begitu mengganggu kok...

Di bawah ini akan saya berikan nilai plus dan minus, harapannya pihak cafe bisa berbenah menjadi lebih baik, mengingat dengan kelebihannya tempat seperti ini tentu menjadi kebutuhan para mahasiswa-mahasiswa kita.

Nilai (+) :
  • Wifi oke.
  • Harga murah.
  • Letak cafe strategis.
Nilai (-) :
  • Konsep yang ingin ditampilkan pada cafe belum tereksekusi dengan baik.
  • Karyawan kurang sehingga pelayanan berjalan agak lambat.
  • Tidak ada mushola.
Wapens Cafe
Jl. A. H. Nasution
Tepat di depan STIKES Mandala Waluya
Kendari
Read more

20 Jul 2016

Sup Ubi Waode Aho, Sup Ubi yang Melegenda di Raha

Hai.. ketemu lagi di Rabu Review.. Kali ini saya review tentang makanan ya! ^^

Dari Judul sudah ketahuan ya, saya akan me-review tentang Sup Ubi, sebelumnya saya pernah menulis juga tentang Sup Ubi favorit saya di Kota Kendari, kali ini Sup Ubinya di Raha, Kabupaten Muna. Sedikit penegasan, kami di Sulawesi menyebut singkong sebagai ubi dan ketela rambat sebagai ubi jalar, biar gak ada yang bingung lagi seperti di blogpost sebelumnya yaaa ^^

Baca juga: Sup Ubi Podo Teko


Pernah 7 tahun lebih bertugas di Kota Raha, saya tentu punya tempat makan favorit. Salah satunya adalah Sup Ubi Waode Aho. Warung makan sup ubi yang sederhana ini sebenarnya tidak mempunyai nama, jadi oleh pengunjung diberi nama sesuai nama pemiliknya (sekarang sudah almarhumah). Sekarang usaha ini dilanjutkan oleh suaminya.

Sepi menjelang Maghrib

Sup Ubi Waode Aho adalah salah satu makanan yang sering kali kami (bersama teman kantor) datangi, apalagi saat musim hujan, rasa nikmatnya bertambah karena menjadi penghangat saat cuaca dingin. Pun jika kami tidak sedang ingin menyantap sup ubi, warung makan ini tetap jadi rujukan saat ingin ngemil. Rasa ubi (singkong) gorengnya kawin banget sama sambalnya. Ubinya empuk, sambalnya endess.. enak banget! Oh ya.. sambal untuk ubi gorengnya beda dengan sambal untuk sup ubinya lho!

Seperti umumnya warung makan, meja makannya tentu telah dibekali dengan berbagai jenis bumbu, bedanya (dengan sup ubi Podo Teko) tidak ada lontong ataupun buras di warung makan ini. Tapi pembeli diperbolehkan menambah ubi goreng. Sama saja kan sumber karbohidrat juga? Saya sendiri lebih suka dengan konsep penambahan ubi goreng ini. ^^

Seporsi sup ubi dan ubi goreng lengkap dengan sambal endessnya! ^^

Walaupun produk utama warung makan ini adalah sup ubi, namun pembeli dibolehkan hanya membeli ubi gorengnya saja, penjualnya memang sudah stok banyak ubi, bahkan kadang ubinya baru saja selesai digoreng. Kebayang enaknya ubi goreng hangat dicocol ke sambal. Hmmm... Sayang banget jauh dari Kendari. Makanya waktu libur akhir tahun lalu saya sengaja singgah di kabupaten ini, bernostalgia di tempat wisata maupun kulinernya.

Sup ubinya dijual dengan harga Rp. 13.000/porsi dan ubi gorengnya dijual seharga Rp.5.000/4 potong. Murah meriah dengan rasa yang memuaskan! *Ngeces*

Kalau sempat mengunjungi Kabupaten Muna, cobalah sup ubi yang melegenda di Kota Raha ini, dijamin enak!

Sup Ubi Waode Aho
Jalan Gatot Subroto (Gatsu)
Kelurahan Laiworu
Kecamatan Batalaiworu
Kabupaten Muna
Sulawesi Tenggara
Buka: Setiap hari
Pukul 11.00 - Habis
Read more

16 Jun 2016

Mie Be U : Mie Titi Nikmat yang dimasak Menggunakan Arang

Mie Kering atau yang sering disebut sebagai Mie Titi adalah kuliner khas Makassar yang dibuat oleh keturunan Tionghoa, terkenal pada generasi ke-2, yaitu anak dari Ang Kho Tjao bernama Titi yang akhirnya toko mie keringnya lebih laris dibanding saudara-saudaranya yang juga mendirikan toko mie keringnya masing-masing. (Sumber Wikipedia)


Bagi yang belum pernah mencoba, mie Titi adalah mie telur yang digoreng kemudian disiram oleh kuah kental panas dengan potongan seafood dan sayuran (umumnya sawi). Rahasia rasanya tentu saja berada pada kuahnya. Hal ini yang coba diwujudkan oleh warung makan Mie Be-U, di rumah makan ini, masakan akan dimasak menggunakan arang. Sudah pada tahu kan ya keunggulan rasa dari makanan yang dimasak menggunakan arang? Enakkk.. ada rasa khas dan memang testimoni dari teman-teman yang pernah makan di tempat ini kebanyakan memuji rasanya.

Testimoni dari teman-teman juga yang akhirnya mendorong saya mengunjungi Mie Be-U ini, penasaran! Hehe.. Saya kemudian mengajak teman yang juga belum pernah ke rumah makan yang buka mulai pukul 6 sore ini.

Saat datang ba'da Maghrib, tempat ini sudah mempunyai 2 pengunjung, kami langsung memesan dan mengambil gambar sambil menunggu pesanan datang. Tidak banyak yang bisa dieksplor dari tempat ini karena memang tempatnya relatif kecil, total hanya ada 7 meja yang disediakan untuk pengunjung, tidak ada hiburan untuk pengunjung apalagi dinding-dinding instagramable untuk penyuka fotografi.

Bahas tempatnya sudah, sekarang bahas rasa, rasa mie titinya ya.. bukan rasa yang pernah ada. *Uhukk* Jadi... rasanya memang enak, tidak mudah menemukan mie titi dengan rasa diatas rata-rata. Porsinya... alamak.. besar! Memang sih.. disediakan juga porsi kecil dengan harga yang tidak begitu jauh berbeda, kalau cewek sih 1 porsi besar bisa untuk berdua, berdua.. makan cantik. LOL


Selain mie titi, rumah makan ini juga menyediakan menu lain seperti nasi goreng dan tentunya minuman seperti jus buah dan es jeruk. Harga dimulai dari  Rp.15.000 - Rp. 35.000. Lumayan lah yaaa..

Sayangnya, saya mengalami hal yang kurang mengenakkan sesaat sebelum meninggalkan tempat ini, ada karyawan yang kena marah bosnya, di depan pengunjung! Serius.. untung saya sudah selesai makan, kalau tidak, mungkin makanan akan saya tinggal. Makan sambil denger omelan itu gak enak!

Jadi, kalau boleh memberi saran kepada pemiliknya... tunggu rumah makan tutup terlebih dahulu baru kemudian mengomel, kalau tetap ingin mengomel saat itu juga usahakan tidak terdengar oleh pengunjung... "Eat is not only about the taste, but also how you serve it."

Semoga pihak Mie Be-U mau menerima saran dengan tangan terbuka, lalu kemudian membenahi pelayanan dan mungkin juga tempatnya.. biar makin rame dan makin lancar rejekinya! Aamiin..

Mie Be-U
Buka pukul 18.00
Jl. Kol. H. abdul Hamid
Kompleks Pasar buah
Kendari - Sultra

Read more
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...