8 Jun 2022

Menyapih Aqif dan Kebiasaan Barunya

Oohhayyy... Assalamu'alaikum..

Long time no see yak.. Lama banget emang ga buka blogger.com entah kemana gairah menulis. Dulu tuh ya, kalau ada ide, udah ngantukpun dibela-belain menulis dalam kegelapan kamar dengan modal cahaya dari layar gawai. Minimal menuliskan judul berikut poin-poin yang bisa dikembangkan nantinya.

Sekarang? Duh.. jangan ditanya, saya memilih mengabaikannya dengan memanjakan perasaan lelah beralasankan "i don't have any time to write" mending maen syopi candy ya gak sih? Wkwk.. sungguh sebuah keputusan yang salah (?) karna akhirnya ide-ide yang ada selalu datang menghantui, sekelebat-sekelebat gitu munculnya. Dan ya.. saya akhirnya sampai pada paragraf ini karena merasa terganggu. Sungguh uwuuw syekali. wkwk..

Memang sebenarnya ((sebenarnya)) ada banyak banget yang pengen ceritain dan otak ini sudah langsung memroses sampai ke judulnya. Sayang banget ga didukung dengan mood menulis.

So lemme start with this story (sorry keminggris, ngikutin feeling aja pokoke. wkwk)

Sebelumnya karena sudah membahas mengenai menyapih, saya tuliskan lagi beberapa cara menyapih dengan cinta yang saya kutip dari laman Kelly Mom ya:

Menyapih Aqif dan Kebiasaan Barunya





 

Cara-cara Menyapih dengan Cinta:

1. Tidak menolak dan juga tidak menawari ASI

2. Mengurangi jadwal menyusui

3. Mengalihkan perhatian atau memberikan pengganti ASI

4. Mengubah jadwal atau rutinitas menyusui

5. Menunda menyusui

6. Mengurangi waktu menyusui

7. Menyapih malam hari

Beneran poin-poinnya aja nih saya tulisin, wkwk.. monggo ke laman tersebut kalau mau baca penjelasan lebih lanjut ya.

Kembali ke Aqif. Aqif sekarang sudah berumur 2 tahun 7 bulan (saat ini 3 tahun 5 bulan), Alhamdulillah tumbuh sehat, rajin makan, rajin nanya dan aktif banget ga kira-kira sama tenaga Umma dan Abahnya. Wkwk.. Tapi, kapan dan bagaimana sih tepatnya saya bisa menyapih Aqif?

Menyapih Aqif

Mendekati umur 2 tahun, saya sudah mulai cari cara bagaimana caranya Aqif bisa disapih dengan cinta, bahasa kerennya sih weaning with love. Rasa-rasanya saya sudah mencoba 6 cara di atas. Mulai dengan mengurangi intensitas menyusunya. Skip 1 jadwal dengan harapan Aqif bisa lepas nantinya.

Karena memang semenjak pulang dari Umroh awal 2020 lalu Aqif tidak lagi menyusu di siang hari, cuma malam saja, jelang tidur. Maka mulailah saya menghilang jelang waktu tidurnya. Tugas Abahnyalah untuk menidurkan Aqif. Hasilnya? Alhamdulillah seminggu kami lewati dengan drama jelang tidur dan pagi yang melelahkan. Kenapa? Karena lama sekali Aqif baru bisa tidur, jadinya begadang terus menerus dan badan pegal-pegal juga karena dia bawaannya ngamuk dan pengen digendong terus.

Sebenarnya sejak lama saya mendengar ide untuk menyapih dengan metode-metode ampuh sejak zaman dahulu kala, tapi saya abaikan karna ya itu tadi, pengen menyapih dengan cinta.

Lalu terdengarlah kabar menyapih Aqif yang tak kunjung berhasil, Neneknya menceritakan keampuhan pemakaian pasta gigi, kami mulai tergoda dan mencoba. Alhamdulillah Aqif "kepedesan" lalu kemudian tancap gas menyusu lagi walaupun tuh pasta gigi masih fresh from the tube dan dioles saat dia sedang menyusu. Gak ngaruh cuyy.. begitu kira-kira ucapannya kalau diterjemahkan dari cara dia ngenyot. Ckck..

Lalu saat sudah hampir berumur 2 tahun 1 bulan, saya akhirnya menggunakan resep yang keampuhannya tuh 99.99% untuk menyapih (angkanya cantik ya? iya karna saya ngarang aja itu. wkwk). Saya menggunakan Sambiloto, memetik daunnya, mencuci bersih lalu saya tambahkan sedikit air minum dan remas sampai keluar semua kepahitan hidup yang disimpannya selama ini. Lalu sayapun tidur dengan percaya diri. Halah..

2 malam saja saya tidur bersama kepahitan hidup dari sambiloto, sebenarnya sekali oles saja sudah ogah Aqif menyusu, tapi malam berikutnya saya tetap jaga-jaga. Ternyata aman. Dan setelahnya berakhirlah kisah menyapih itu.

Saya berani berkata saya berhasil menyapih Aqif, walaupun mungkin dengan cara kontroversial bagi ibu-ibu yang berada di jalur weaning with love. Ya gapapa, saya mungkin tidak setegar kalian, saya tidak sekuat kalian, tapi ini mungkin adalah upaya saya agar tetap waras. Toh saya sudah keras kepala untuk terus menyusui Aqif selama 2 tahun, padahal bisa saja saya berhenti saat pulang dari Umroh, tapi karena belum 2 tahun sayapun melanjutkannya.

Kita berjuang dengan cara kita masing-masing, semoga tidak berdampak buruk untuk Aqif, tapi salah satu dampak baik yang saya rasakan adalah nyeri punggung yang tiap hari saya rasakan saat Aqif masih menyusu perlahan mulai hilang. Saya bersyukur atas semua yang pernah saya perjuangkan.

Kebiasaan Baru Aqif, Pegang Siku dan Lutut

Entah sejak kapan kebiasaan baru ini muncul, yang jelas bukan tepat setelah menyapih. Saya juga tidak begitu ingat, mungkin 3 atau 4 bulan setelah disapih.

Pegang Siku

Kebiasaan baru ini dimulai dengan kegemaran Aqif memegang siku. Sedang menonton televisi sampai saat sedang tidur pun Aqif nyambi pegangin siku. Apalagi kalau lagi pengen malas-malasan, sambil baring ditariklah tangan dan dilurusin sama dia biar enak pegang sikunya.

Yang aneh dari kebiasaan ini adalah dia tuh ga suka kalau sikunya menonjol gitu, jadi tangan harus dalam keadaan lurus. Kan lama-lama lelah juga kalau harus dilurusin terus, berasa lagi upacara gak siih?πŸ˜›

Pegang Lutut

Nah, entah sejak kapan, kebiasaan memegang siku mulai duet dengan kebiasaan memegang lutut. Yang jelas kalau posisi masih sama, kaki harus lurus, gak boleh ditekuk. Ya kalau lutut aja gapapa sih, kalau dia sampai megang-megang daerah belakang lutut itu subhanallah risih banget rasanya, mau dibilang saya geli tapi bawaannya marah aja kalau dipegang di daerah situ. Saya bingung juga apa namanya. Wkwk

Soal kebiasaan memegang lutut ini, persentasenya sudah lebih banyak daripada memegang siku, 70:30 persenlah. Kalau lagi malas-malasan dia tinggal narik kaki saya dan baring di atas lutut atau baring di paha tapi tangannya ada di atas lutut atau yang paling nyaman buat dia, lutut berikut betis saya dijadiin guling oleh dia. Paling intens kalau mau tidur, jadi kebayang dong ya posisi tidur tuh kepala saya di mana, kepala Aqif di mana. Apalagi kepala Abahnya, jangan di tanya, posisinya sudah lama diinvasi sama Aqif. wkwk

***

Oh iya, ini sudah saya tulis sejak September tahun lalu, entah kenapa urung diposting juga. Wkwk.. Dan kebiasaan Aqif masih sama sampai saat ini, berarti sudah berjalan kurang lebih setahun. Lama juga ya.. Haha..

Emaks sendiri anak-anaknya gimana setelah disapih? Ada yang kayak Aqif juga gak? 😁
Read more

31 Mar 2021

Perjalanan Dinas Pertama Setelah Setahun Covid-19 di Indonesia

 Eh, kenapa sih kalau mau pergi gini Aqif rasanya makin kiyowo banget. Kek sebel gitu, kenapaaa? Kan jadi berat berangkatnyaaa πŸ˜…

***

Untuk pertama kalinya, setelah Covid-19 berulang tahun awal Maret kemarin saya akhirnya menerima tawaran perjalanan dinas. Banyak cerita dibelakangnya sesungguhnya, nanti mau cerita karna jadi salah satu pengalaman juga nih.

Jadi semuanya berawal dari Survei Rumput Laut yang untuk pertama kalinya akan dilaksanakan Badan Pusat Statistik, ditawarkanlah kami para fungsional untuk menjadi pengajar, instruktur gitulah.

Sebagai makemak yang nyadar diri otak sudah semakin lemot, pengalaman mengajar sudah lamaaa banget (beneran, saya sampai lupa pernah juga jadi instruktur dahulu kala. wkwk), dan berpikir bahwa tawaran tersebut tidak akan datang dua kali untuk menambah pengalaman, maka dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim saya menyanggupi.

Panjang kan mikirnya? Serius lho, beneran. Kalau orang lain bisa dengan mudah menjawab iya, saya harus berpikir keras, ya bukan semata karena pengalaman dan adanya imbalan angka kredit bagi pegawai fungsional seperti saya, tapi selain berpikir bahwa ini adalah tanggung jawab besar, saya juga lagi-lagi berpikir, apa saya sangup??

Ditengah pertanyaan-pertanyaan yang terus timbul untuk memvalidasi kemampuan diri itu, pelatihan pun terlewati, ya.. walapun harus pelatihan online, mau gak mau, kalau dulu sih, sudah booking tiket dan ngisi kopor lagi aktivitasnya. wkwk..

Di pelatihan itupun saya medapatkan pelajaran penting, agar tidak malu bertanya kepada teman tentang "pengetahuan" yang sudah ada mengisi kepala tanpa pernah menjalaninya sendiri. Konfirmasi itu wajb gaesss, bahkan kalau perlu Bureng!!! Wkwkwk

Setelah 4 hari menjalani pelatihan, tibalah masa saya harus berangkat ke tempat tugas. Kebetulan.. eh, gak kebetulan dink, saya memang memilih kelas di Kota Baubau (walaupun yang pelatihan itu Buton bersaudara, kabupaten-kabupaten tentangga red), lagi-lagi karena saya tidak pede dengan kemampuan saya, kalau kelasnya di Baubau ada teman yang bisa saya ajak diskusi secara langsung karena hanya di Baubau ini yang punya 2 kelas. Kalau pede, saya mah pengen juga ke Wakatobi, ngajar di sana sambil menengok pemandangan indah. Wkwk



Dan di sinilah saya, mengetik tulisan ini sejak tiba di pelabuhan sampai saat sedang berlayar di tengah lautan, kebetulan saja kami mengira kapal akan berangkat pukul 13, jadi saya keluar rumah pukul 11.30, ternyata sekira pukul 14.30 tadi barulah kapal mulai berlabuh. Kekurangan info gaes.. hehe..

Seperti biasa kalau ke suatu daerah saya akan sibuk menghubungi keluarga dan teman-teman yang saya ingat tinggal di daerah tersebut, mulai dari teman yang dekat di dunia maya tapi belum pernah bertemu, sampai pada orang yang boleh dibilang sering saya temui setiap kali ada di daerah tersebut.

Dan orang yang saya maksud terakhir ini salah satunya adalah Kak Ira, salah satu bloger Sulawesi Tenggara yang alhamdulillah selalu saya temui jika datang ke Baubau. Tadi karena ada yang nanyain PR collab di grup, sekalianlah saya cek-cek keberadaannya. Ealahh.. ternyata sudah pindah sejak diterima sebagai ASN. Padahal sudah diceritakan juga di blognya yang berjudul Kehidupan Baru. Maklum, saya main ke blog www.rawati.com terakhir kali belum ada tulisan itu juga. Wkwk.

Masyaallah ya Kak, semoga suatu saat bisa bertemu lagi, mungkin saya yang dinas ke Lakudo, kak Ira yang dinas ke Kendari atau kita bertemu di kota lain sesuai suratan takdir. Kapapun itu, semoga kita bertemu dalam keadaan bahagia lahir batin. Aamiin.

Eh, balik ke perjalanan ini. Setelah jadwal disusun ternyata penutupan pelatihannya sampai malam, rencana malam mingguan dengan tur dari rumah keluarga yang satu ke rumah keluarga yang lain akhirnya ambyar. Tentu saja harus mengubah jadwal, gak enak kalau keluarga tahu saya sudah ada di Baubau tapi saya gak main ke rumah mereka, ga mungkin dikunjungi semua sih, tapi berdasarkan prioritas saja deh, selebihnya sekelebat saja alias selayang pandang saja. ((sekelebat dooong)) wkwk..

Apapun rencananya sesungguhnya saya masih nervous, masih tidak tenang sampai pelatihan selesai, dan ternyata ada satu hal yang luput dari perhitungan saya. Dibalik nervous ini saya tetap saja mewek karena ninggalin anak, memang sudah disapih, memang ada aja kelakuan pintarnya yang bikin geleng-geleng, sariawan atau mood rusak. Tapi ya gini.. kerasa juga cerita makemak lain yang pernah saya baca berada di posisi yang sama dengan saya sekarang, Baru mau mandi untuk berangkat aja udah menghangat saja mata ini. hiks..

Baca juga: Semua Ibu Adalah Pejuang

Minta doanya ya teman-teman, biar pelatihanya berjalan lancar, saya sebagai pengajar diberikan kemampuan untuk menjelaskan dengan baik konsep dan definisi dari kuesioner-kuesioner kepada para peserta. Agar tak sia-sia perjalananku meninggalkan anak solehku. Bismillah..

*Udah lama gak nulis on the spot gini, begitu ketemu sinyal dan perasaan sudah tenang insyaalah edit gambar dikit dan tulisan ini saya publish.

*Sudah pukul 19.10 masih juga di tengah lautan, biasanya Maghrib sudah sampai. πŸ˜…

*20.15 akhirnya kapal sandar juga di pelabuhan Murhum Baubau.

Tim geret koper yang kelelahan di perjalanan ( belum juga dinas.wkwk)


It's a long trip😌

Wish me luck!!

Read more

23 Feb 2021

Gak Nyangka! Tahun Ini Ternyata Harus Ekstra Berjuang Menghilangkan Jerawat

Haii..

Bagaimana kabarnya semua?

Duh, pertanyaan kayak gini kayak basa-basi ya? Tapi zaman sekarang, bertanya kabar itu penting sekali, karna keadaan -terutama kesehatan- memang sedang tidak pasti.

Persis seperti keadaan kulit wajah saya sekarang nih, dari yang sebelumnya jenis kulit saya kombinasi sekarang malah mengarah ke jenis kulit acne prone. Jadi sensitif banget dah, jerawat muncul tanpa jeda, bahkan sampai ke tempat yang sebelumnya tidak pernah berjerawat. Kok bisa gitu sih?


Walaupun nanti ga banyak foto tapi sini deh saya ceritain pelan-pelan..

Mengganti skin care

Seperti halnya kaum perempuan yang menjadikan glowing  sebagai cita-cita hidupnya, saya pun begitu.Wkwk.. lebay emang, tapi memang selebay itulah resolusi glowing di tahun 2021. Kami akan selalu merasa kurang dengan pencapaian yang sudah diraih kulit wajah. Hiks...

Seperti tahun 2019, saya menggunakan sebuah produk berinisial M, saat itu kulit saya masih berjenis kulit kombinasi. Tapi diarahkan muntuk menggunakan produk dengan series acne. Duh, seperti terluka hati ini mengetahui kulit saya dikategorikan berjerawat. Tapi saya tetap pakai acne series sih. Wkwk.. Saya anaknya denial tapi tetap nurut kok. Haha

Hasilnya? Ya, kulit agak lebih cerah dan jerawat memang munculnya hanya saat akan haid, tidak ada komedo. Intinya kulit saya dalam keadaan cukup tenang. Dan saya tetap pengen glowing! LOL

Apa yang saya lakukan? 

Betul! tentu saja saya ganti skincare, setelah kesana kemari membaca review, akhirnya saya beralih pada produk berinisial G. Kulit saya jelas menjadi lebih cerah dari sebelumnya, mungkin karena kandungan niacinamidenya lebih banyak atau apa, kulit saya menjadi jauh lebih cerah dong! Ga ada bruntusan apalagi komedo. Hmm.. ga salah memang bahan aktif dengan nama lain vitamin B3 itu hype banget dikalangan pengguna skincare.

Etapiii.. sedih dong, jerawat saya malah eksis mulu, saya jelas saja bertanya-tanya, ini kenapa siiih? Dan beralih ke produk B setelah menggunakan produk G selama kurang lebih 8 bulan. Alasannya? Melupakan kebaikan si G dan hanya fokus pada kekurangannya! Bhahaha.. kek hubungan asmara aja deehh.. Intinya gitulah, saya ga betah jerawatan mulu. Kan tau sendiri, jerawat sih sembuhnya cepat ya, tapi bekasnya itu yang nauzubillah entah kapan hilangnya! Hufthh..

Alasan lain mengganti ke produk B adalah sepupu saya yang juga reseller produk tersebut juga sudah memakai produk B kurang lebih 8 bulan dan cocok!.

Bagaimana hasilnya pemakaian produk B?

Ehm, saya parno dong sama hasilnya, kulit saya bruntusan, tone kulit turun, jerawatan dan mubazir melanda! Kenapa? Karena saya beli 3 paket, tapi karena jerawatan terus, saya hanya dianjurkan pakai krim siangnya saja. Kucoba bertahan. Tapi..

Jerawat Bernanah

Iyes, anda tidak salah baca! Saya yang jaaarang banget mengalami jerawat bernanah malah mengalami jerawat bernanah tak berkesudahan! Belum sembuh jerawat nanah yang ukurannya gede-gede, muncul lagi jerawat bernanah lainnya. Aduh, sumpah takut banget, takut bopeng dan menyesal seumur-umur!

Tidak Memakai Make Up 

Untuk mengatasi jerawat bernanah dan menghindari ketidak cocokan antara skincare dan bedak yang sudah berabad-abad saya pakai itu, saya lalu dianjurkan untuk tidak menggunakan bedak sama sekali. 

Huhu.. bisa bayangin gak wajah sudah kucel, berminyak, berjerawat (lengkap dengan bruntusan dan banyak bekas jerawat) ditambah gak bedakan? Ke kantor, ke pestapun saya tertib menjalankan anjuran itu, karena emang serius sama produk itu, pengen banget membuktikan cocok tidaknya saya dengan produk itu. Tapi apa daya, tetap saja saya jerawatan. Sad.

Maskne?

Maskne yang disingkat dari kata mask acne ini timbul karena pemakaian masker yang terlalu lama. Dengan durasi yang lama, kemungkinan kelembaban di sekitar masker juga akan meningkat, sayangnya kelembabannya muncul karena keringat, gak jauh-jauh dari bakteri. Selain itu, bisa terjadi gesekan berkali-kali antara kulit dengan masker, sehingga menimbulkan luka kecil pada kulit.

Nah, saya sempat berpikir, mungkin jerawat tak berkesudahan yang saya alami akibat maskne. tapi ternyata tidak. Kenapa begitu? Lemme tell you later. Hehe

Oh ya, kalau ada yang benar-benar mengalami jerawat karena terlalu lama menggunakan masker, maka salah satu cara mengatasinya adalah dengan memilih bahan masker yang lembut untuk kulit, jaga kebersihan masker, jaga kebersihan wajah setelah menggunakan masker dan jangan lupa menggunakan masker dengan ukuran yang pas.

Purging atau Breakout

Setelah menggunakan produk B sesuai anjuran seller-nya sejak awal Desember sampai awal Februari, saya akhirnya seperti mendedikasikan banyak waktu dan tenaga untuk mencari tahu tentang jerawat. Termasuk cara menghilangkan jerawat tentunya. Karena memang mengganggu sekali, bisa bayangkan gak sih? Wajah yang tadinya asyik-asyik saja dielus suami, tiba-tiba tangannya canggung mau ngelus di mana, ada banyak jerawat sih!! Hiks..

Salah satu hasil yang saya dapatkan dari banyak membaca itu adalah perbedaan purging dan breakout. Entah kemana saja saya selama ini. sudah banyak artikel tentang ini, tapi saya baru baca dari komentar di YouTube dong! Wkwkw.

Simpel tapi mengena banget sih komentar yang saya baca itu. Jadi untuk membedakan jerawat karena purging dan breakout adalah jika jerawatan di tempat yang sudah biasa berjerawat, maka itu adalah purging (di artikel disarankan lanjut menggunakan skincare), sedangkan jika muncul jerawat di tempat yang baru, maka itu adalah breakout (di artikel disarankan berhenti menggunakan skincare). Deg! Saya langsung feel related dong. Fix ini jerawat breakout!

Good bye Produk B

Setelah konsultasi secara mendalam dengan reseller produk B, saya akhirnya diberitahu untuk berhenti menggunakan, karena kemungkinan tidak cocok dengan produk tersebut. Padahal berharap banget B itu skincare terakhirku, yang cocok kek orang-orang, berhasil mulus binti glowing kek orang-orang. Hiks..

Untuk beralih produk saya akhirnya memutuskan untuk fokus pada penanganan jerawat dulu, berharap jerawat bisa reda baru kemudian merawat kulit agar lebih sehat. Ya, cita-cita glowing memang sudah tergeser setelah merasakan jadi acne fighter, masih kelas teri memang, tapi benar-benar kasih pengalaman berharga untuk saya.

Saya banyak menonton video para acne fighter untuk mencari ilmu, selain mendapatkan apa yang saya cari, saya juga lebih bersimpati pada perjuangan mereka yang berjerawat. Hal yang mungkin dirasakan simpel tapi tidak bagi yang mengalami. Wish y'all win the battle girls!

Sayangi Kulitmu

Salah satu bentuk syukur kepada pencipta adalah dengan merawat apa yang kita punya. Termasuk kulit wajah. That's why saya mengusahakan yang terbaik untuk kulit saya. Langkah paling standar dan mudah adalah kenali jenis kulit, dan langkah yang saya akui memang godaannya berat adalah dengan menggunakan produk yang sudah terdaftar dan mempunyai nomor BPOM. Kenapa berat? Duh Mak.. harganya murceeee dan hasilnya emang bikin iriiii.

But seriously gaess, kita sebagai konsumen sudah diberi perlindungan oleh pemerintah melalui pemeriksaan produk dan izinnya. Mari manfaatkan itu dengan baik.

Oh ya, jangan mengira semua produk yang saya pakai di atas itu tidak punya nomor BPOM ya. Salah.. semuanya terdaftar di BPOM, makanya saya berani coba, saya sudah cek langsung kok di webnya. Mungkin ada bahan kosmetik yang memang tidak cocok saja di kulit saya.

Kebayang gak sih? Ada BPOM nya aja breakoutnya bisa begitu, gimana kalau produk ilegal? Bisa macam-macam imbasnya, mungkin tidak dalam jangka pendek, tapi jangka panjang. Tapi kalau memang sekarang sedang mengalami jerawat atau breakout yang mengkhawatirkan, jangan tunda ke dokter.

Takut ke fasilitas kesehatan?

Konsultasi online saja dulu, setidaknya kan sudah dapat saran dari ahlinya. Kamu bisa berkonsultasi melalui Halodoc. Bisa pilih fitur Tanya Dokter pada menu dan pilih dokter spesialis kulit agar lebih tepat penanganannya. Mudah banget.

Tampilan pada menu Tanya Dokter

***

Wish me luck ya gaess, so far sudah mulai tenang sih kulit wajah saya ini. Kalau punya pengalaman yang sama, boleh banget ceritain di kolom komentar yak..

Kita ketemu lagi di tulisan yang lain, semoga sehat selalu ya.. ❤️

*Gambar jerawat menyusul kemudian ya, bingung nih ngeditnya foto pada gak pakai jilbab πŸ˜…

Read more

28 Jan 2021

5 Resolusi di Tahun 2021

Haii..

Belum basi kan ya ngomongin tentang resolusi ditanggal segini? Hihi.. ga mau nyodorin alasan kenapa telat deh.. tapi alasan kenapa menulis resolusi itu menyenangkan.

Jadi sudah beberapa tahun ini saya gak pernah bikin resolusi lagi. Males iya, gak punya resolusi juga iya. Eh.. ga gitu.. maleslah pokoke..

Back to curcol..

Nah, awal tahun saya sengaja baca resolusi yang saya tuliskan, terakhir tuh tahun 2017 dan saya merinding sekaligus terharu membaca sebagian besar resolusi-resolusi yang saya tuliskan sudah terwujud ditahun yang sama! Masyaallah.. Alhamdulillah ❤️

That's why saya ingin mencoba menuliskan lagi resolusi tahun ini, berharap Allah takkan bosan membantu usaha dalam mewujudkannya.

1. Membangun Rumah
Bismillah, tahun ini akhirnya Abang mau juga diajak membangun rumah tangga.. eh.. bangun rumah maksudnya. Wkwk

Sebenarnya Abang sudah mempersiapkan (baca nyicil) hunian sejak belio masih bujang, tapi tetap butuh rehab lagi agar lebih layak ditinggali keluarga. Akhirnya setelah ditimbang-timbang renovasi rumah itu biayanya udah ga jauh-jauh dari membangun rumah, dan memang akan lebih menguntungkan membangun dari 0 saja. Lucky us dapet tanah dari orang tua, jadi kami tinggal membangun saja. Alhamdulillah..

Masyaallah excited banget membayangkan punya rumah sendiri dan keluarga kecil kami hidup di dalamnya. Membayangkan memilih motif  lantai, desain kitchen set, memilih furniture, memiliki kamar yang lega dan lebih rapi. Di atas semua itu, saya membayangkan kehidupan yang lebih indah, menjadi ratu di rumah sendiri. Para istri pasti paham perasaan ini, paham bahwa belajar mandiri itu tidak akan mudah, tapi insyaallah akan terlewati dengan kerja sama suami istri yang baik. hehe

Semoga rumah kami bisa selesai sesuai rencana dan ga melenceng dari RAB ya, kami berencana membangun pelan-pelan saja, doakan kami tidak tergoda untuk berutang di luaran sana. πŸ™

2. Menulis Opini di Koran
Duh, ini mah keinginan sejak kapan. Berat sebenarnya, karna saya tuh kalau nulis genrenya ga bisa serius dan saya merasa ga punya banyak ilmu untuk bisa menulis dan menganalisis data statistik. Tapi ada kebutuhan kerjaan di sini. Tidak semua yang kami kerjakan di kantor itu ada angka kreditnya dan Menulis Opini ini lumayan besar angka kreditnya. If you know jabatan fungsional, kami nyebutnya pejuang nol koma nol nol nol satu saking susahnya dapat angka kredit. Wkwk..

Kayaknya (((kayaknyaaaa))) mending paksain diri menulis opini deh daripada maksain diri bikin Karya Tulis Ilmiah (KTI), makin berasa ga punya ilmu saya. Huhu..

Keliatan ga sih dari tadi saya itu ga pede. Iya, iyaaaa banget. Tapi entah kerasukan setan apa, saya ikutan daftar program untuk menelurkan 1 tulisan opini dong. Maju mundur tapi tetap, Bismillah...

Doakan berkomitmen dan berhasil dimuat di koran ya.. πŸ™

3. Menyelesaikan Naskah Buku Antologi
Bagi sebagian orang ini mah receh, ga perlu masuk resolusi-resolusian segala. Tapi gapapalah, sebutlah ini saya modal nekat lagi nge-klik join group untuk bikin buku bersama lagi.

Apresiasi setinggi-tingginya buat Komunitas Perempuan BPS Menulis yang membuatkan wadah dan membukakan jalan agar anggota-anggotanya bisa menelurkan karya. Termasuk cerita buku antologi pertama saya yang juga diterbitkan melalui komunitas hebat ini. Ceritanya nanti deh ya, bukunya belum sampai. Wkwk..

Doakan yang kedua ini prosesnya lancar, nulis naskahnya gak moody, apalagi saya sadar kerjaan lagi padat-padatnya. Entahlah, semoga saya tidak ambisius mau ini-itu. Semoga diberi kekuatan menyelesaikan. Lagi-lagi saya minta doa dari teman-teman. πŸ™

4. Hamil
Malu deh nulis ini, tapi gapapa, ini salah satu rencana besar dalam hidup saya. Bukan tanpa alasan sih ingin merencanakan kehamilan lagi. Saya sadar diri, umur saya tidak lagi muda dan anak sudah bisa disapih (walopun belum berhasil, wkwk).

Ini juga agak malu sih ngomongin ke teman kantor, apalagi yang 1 seksi, tahun ini kerjaan bakal padat, lah bisa-bisanya saya malah mau hamil. Tau sendiri wanita hamil relatif banyak kendalanya, tapi saya serahkan semuanya pada Allah, namanya manusia kan hanya berkeluarga dan berencana ya.. Lagian nungguin kerjaan, kapan habisnyaaa.. *ehm, pinter banget nyari alasan yak. Wkwk..

Apapun, doakan bisa hamil tanpa harus promil ke dokter lagi, seperti usaha yang saya lakukan tahun 2017-2018 yang lalu bahkan sampai harus hidrotubasi). Bismillah..

5. Membaca Lebih Banyak Buku
Duh, (lagi-lagi) malu sebenarnya. Tahun lalu, buku yang saya baca kebanyakan tidak terbaca sampai selesai. Mencari waktunya lumayan susah untuk saya, kalau membaca saat anak masih melek, ditarik-tarik pengen baca juga. Hasilnya ketebak dong, ga bakal bisa. Kalau baca jelang tidur ya bakal tidur duluan sebelum anak. Lagian ga bisa ngebayangin lagi nyusuin Aqif sambil baring trus mau pegang buku. Bayanginnya aja kesiksa.

Harus pintar-pintar nih cari waktunya, andai baca buku kayak main game ya, bisa nyambi ini itu, lah baca buku perlu diresapi biar yang dibaca masih sempat masuk bentar ke otak. Bismillah.. modal ini modal. wkwk..

***

So, itu dia 5 resolusi saya di tahun 2021, berharap semuanya berjalan lancar baik jangka pendek maupun jangka panjang. Teman-teman punya resolusi apa tahun ini? Semoga dilancarkan ya! 😊
Read more

12 Jan 2021

Drama Melahirkan Anak Pertama Dengan Proses Induksi

Sebelum membaca Drama Melahirkan Anak Pertama Dengan Proses Induksi, ini cerita yang saya tulis sebelumnya:


"Seminggu berlalu, saya masih belum merasakan sakit apapun, sampai pada tanggal 3 Januari 2019 jelang Magrib saya mulai merasakan sakit, semakin lama makin sakit, orang tua bilangnya belum, pembukaannya masih kecil, apalagi anak pertama gitu, masih "cari jalan" untuk melahirkan istilahnya.

Sampai tengah malam saya tetap tidak bisa tidur, meringis kesakitan terus, orang rumah siaga, sekitar pukul 1 tengah malam, kami akhirnya memutuskan ke rumah sakit dengan bekal surat rujukan dari faskes tingkat I yang sudah kami persiapkan. Sesampainya di rumah sakit, ternyata surat rujukan dari faskes tingkat I yang sudah kami siapkan salah!"

Cerita lengkap sebelumnya di : Drama Penentuan Hari Perkiraan Lahir (HPL)

Beberapa Drama Melahirkan Anak Pertama yang Saya Rasakan

Saya titik beratkan pada anak pertama karena walaupun sudah mencoba mencari info dan menanyakan pengalaman dari teman-teman tetap saja ini pengalaman melahirkan pertama kalinya untuk saya. Semoga kedepannya berbeda bahkan kalau bisa minim drama. Aamiin..

So, langsung aja yuk saya ceritain.

Drama Surat Pengantar

Sudah beberapa jam saya merasakan sakit, yakin ini bukan kontraksi palsu dan saya juga tidak bisa tidur karena kesakitan, kamipun segera menuju ke rumah sakit.

Surat pengantar dari BPJS sudah kami persiapkan, untuk jaga-jaga agar tidak disuruh pulang kalau sampai ke rumah sakit dan pembukaan masih dibawah pembukaan 5. Benar saja, saat dicek, baru pembukaan 1. Dengan percaya diri kami menyerahkan surat rujukan. Sayangnya perawat di ruangan bersalin bilang bahwa surat rujukan kami salah, kalau memang akan dipakai untuk bersalin, harusnya ditujukan ke ruangan bersalin, bukan ke pemeriksaan dokter praktek. What the..?*$+"/?/

Berat hati kami kembali ke dalam mobil, sesuai petunjuk, kami diarahkan ke faskes terdekat, puskesmas yg memiliki fasilitas rawat inap.

Drama Puskesmas Rawat Inap

Sesampainya di sana, kami lalu pulang kembali ke rumah, capek manggil-manggil, gak ada satupun orang di puskesmas. Another annoying moment...

Malam itu sayapun mencoba tidur dengan rasa sakit yang datang-datangan, tidak saya sangka saya bisa juga tidur walaupun sering sekali terbangun, mungkin karena kelelahan.

Drama Kontraksi Selama di Rumah

Pagi hari sakitnya masih terasa, berita saya mulai merasa kesakitan sampai juga di telinga tetangga yang kebetulan seorang tenaga kesehatan. Pada jam istirahat beliau berjanji untuk menengok di rumah, saya hanya setuju dilakukan pengukuran tekanan darah saja dan menolak dilakukan periksa dalam alias VT, SAKIT JENDRAL!! *Sorry.. emang ga bisa santuy saya kalau ingat VT itu. Wkwk

Dan sejak pagi juga kami di rumah sepakat untuk menunggu sampai besok, tapiiii... tapi suami sudah sangat tidak tenang. Pagi-pagi suami sudah pergi protes ke faskes TK I, eh, nggak ding, ke rumah dokternya, minta tolong dibenerin, istri udah teriak-teriak di rumah. *Lebay! Haha.. Nggakk.. nggak gitu.. minta tolong baik-baik dong, untung langsung oke aja, gak salah emang suami mindahin faskesku ke tempat praktek dokter itu. Da best!

Oh iya, kesepakatan awalnya menunggu perkembangan (rasa sakit) lagi, tapi suami sudah tidak tenang. Hari itu, 4 Januari setelah salat Jumat, suami yang biasanya ngikut aja saya maunya apa sudah tidak bisa ditawar lagi keinginannya. Harus ke rumah sakit sekarang juga! *Kasih backsound menegangkan.


Singkat cerita melaporlah kami dengan surat rujukan yang baru (walaupun sekarang baru merhatiin, tahunnya masih juga salah.. hihi). Alhamdulillah sudah bisa dicarikan kamar, sambil menunggu saya hanya bisa perbanyak jalan dan berdiri sambil terus melakukan gerakan duduk jongkok dan berdiri. *Tolong ini diperhatikan ya, saya gak malas-malasan! 😝

Sesampainya di kamar, saya diperiksa dalam LAGI! Hasilnya? 13 jam sejak pemeriksaan sebelumnya tidak ada kemajuan sama sekali. Kalau ditambah saat pertama kali merasakan sakit, total sudah 18 jam saya kesakitan. Daebak!

Baca juga: My Pregnancy My Adventure

Drama Induksi

Induksi ini sejak awal memang saya hindari, sejak awal ingin melahirkan alami saja, tanpa ada campur tangan obat-obatan. Tapi jika sudah menyerahkan diri ke rumah sakit, maka sebisa mungkin saya mengikuti prosedur yang disarankan, apalagi disaat-saat seperti itu keselamatan Ibu dan bayilah yang diutamakan.

Induksi Pertama

Beberapa jam menunggu, keluargapun mulai berdatangan, ba'da maghrib seperti yang dijanjikan sebelumnya saya diberikan induksi melalui jalan lahir. Entah berapa lama kemudian saya sudah mulai merasakan level rasa sakit yang meningkat dan semakin sering. Malam saya lewati dengan mondar-mandir di dalam kamar.

Sekira pukul 11 malam saya diminta ke ruang bersalin untuk dilakukan VT *Sumpah nulis ini kebayang lagi sakitnya 😭* sudah 6 jam, perkiraan kalau misalnya 2 jam nambah 1 bukaan, minimal saya sudah di pembukaan 3 saat ini.

Hasilnya?

Hanya nambah 1 bukaan sodara-sodara, setelah diinduksi selama kurang lebih 8 jam, total kalau hitungan pukul 12 malam sudah kesakitan 29 jam saya masih pembukaan 2.

Saya ditanya, apakah masih mau lanjut induksi ataukah mau caesar. Saya tanya ke suami, suami bilang terserah, dia katanya gak tega lihat saya kesakitan tapi tidak memberi keputusan.

Saya memutar otak, mulai hitung-hitungan, kalau sekarang pembukaan 2 artinya dalam 8 jam saya harus maraton mengejar pembukaan lengkap. Bukankah akan sangat ngos-ngosan? *Pengalaman maraton sebelum nikah bikin kebayang ngos-ngosan lari 21 Km, ya tapi tak sesakit induksi ini emang. Ya emaaaang πŸ™ˆ

Keputusan saya ambil, saya akhirnya memilih lanjut induksi kedua. Saat itu induksinya lewat botol infus. Saya mulai bisa tertidur semenit-dua menit sampai akhirnya negara api menyerang.

 

Gelang identitas pasien, penasaran deh arti 75nya itu apa yak?😁

Induksi Kedua

Induksi kedua dimasukkan melalui infus, kalau sebelumnya tindakan dilakukan di ruangan tempat rawat inap, induksi kedua dilakukan di dalam ruangan bersalin, di ruangan dingin, hanya saya dan suami. Saya tidak bisa tidur, perlahan rasa sakitnya memang mengalami eskalasi jauh diatas yang pernah saya bayangkan dan memang sulit untuk saya gambarkan dalam tulisan ini. That's why.. saya hanya bisa menceritakan drama-dramanya saja, tapi percayalah, walau suami bebas dari bekas cakaran atau biru karena lebam, tapi beneran sakit sumpah!!

Semakin sakit, saya diminta berpindah ranjang, masih di ruangan yang sama tapi sepertinya ranjangnya memang sudah persiapan lahiran, sudah tidak tersembunyi seperti tempat saya dilakukan tindakan induksi kedua.

Subuh 5 Januari, entah pukul berapa, kalau tidak salah ingat sebelum azan, kalau jam 4 subuh berarti air ketuban saya pecah setelah 33 jam kesakitan, saya yang sedang melakukan kegiatan duduk-berdiri secara berulang sambil menahan rasa sakit di samping ranjang lalu diminta berbaring saja agar tidak kehabisan stok air ketuban.

Ya sudah, setelah itu saya melalui waktu dengan kesakitan, balik badan kiri kanan, makan dan minum apapun yang disodorkan, disambi mendengarkan erangan para ibu-ibu yang silih berganti melahirkan sambil terus beristighfar, mengatur nafas menahan sakit. Subhanallah..

Piye perasaanmu Mak? Kamu dari tadi udah start tapi gak finish-finish..Sampai hafal saya kalau bidannya sudah minta diambilkan pakaian bayi, berarti dalam rentang waktu 10 - 30 menit, akan bertambah lagi angka bayi lahir hidup. Eh..Sempat aja mikirin data..wkwk..

Sampai setelah azan Dzuhur, setelah bolak balik saya dilakukan tes VT terk*t*k itu! Sudahlah sakit, diulang terus, diulang terus. Saya tahu itu prosedur, tapi izinkan saya menumpahkan sedikit perasaan saya karna bagaimanapun merasa berhasil tidak mengutuk secara live bahkan menendang bidan seperti beberapa cerita teman-teman, bagaimanapun itu sebuah pencapaian untuk saya. πŸ™ˆ

Lanjut.. Wkwk.. Maap kebawa emosi. Beberapa menit setelah azan kurang lebih pukul 12, pembukaan saya sudah lengkap, seperti yang saya hafalkan, bidan juga meminta pakaian bayi. Betapa senang suara Mama terdengar saat berbicara dengan bidan. Begitupun saya, Bismillah.. garis finish sudah terlihat..

Menuju Melahirkan Alami

Sudah pukul 1 saya belum juga lahiran Mak.. Ya Allah.. bersyukur tak ada bisikan goib yang datang untuk melakukan caesar, kurang 6 jam lagi sudah 2x24 jam saya menahan sakit. Segala doa sudah saya panjatkan, keyakinan, optimisme sudah saya pertebal, saya sudah meminta maaf ke suami, orang tua terutama Mama tapi belum juga ada tanda melahirkan lebih cepat. Untuk menganalogikan perjuangan saya, sambil bercanda ke teman yang datang menjenguk bayi saya di rumah waktu itu, saya bilang, saya hanya gak pindah agama aja sumpah (yes, i need to be lebay to describe the pain πŸ™ˆ).

Dan waw.. 45 menit kemudian bayi itu menangis dengan lantang mengalahkan semua suara bayi yang saya dengarkan kelahirannya!!

Tapi mundur dulu yuuuk.. selama 45 menit itu saya berjuang melahirkan normal diumur kepala 3, anak pertama, dan bayi yang sudah terlampau besar, sudah saya kerahkan segala kekuatan yang saya bisa untuk mendorong bayi 3,7 Kg itu, Mama sampai meminta kakaknya untuk menemani saya karena tidak tega. Dan (mungkin karena sudah terlihat lemas) saya diberikan oksigen, dan setelah selang oksigen terpasang naiklah seorang perawat keatas perut saya untuk membantu proses melahirkan. Dan bretttt (sorry i can't find another sound effect to describe it 😝), lahirlah bayi hulk bersuara lantang itu.

Bukan tanpa alasan ibu dokter Indra menyebutnya begitu, soalnya ketuban saya sudah hijau dan he's big and strong indeed. πŸ˜‚

Bentuk kepala khas bayi yang lama di tertahan di jalan lahir, kek ada lekukannya gitu pas sejajar alis. Beruntung masih bisa berubah ya, Alhamdulillah sekarang anaknya sudah 2 tahun, kepalanya sudah bulat.πŸ™ˆ

Rombongan pengantar haji (seriusan banyak banget orang, entah karena mereka yang niat datang rame atau karena lama jadinya penjenguk pada numpuk. Masyaallah.. semoga sehat semua walaupun saya tidak melihat langsung ya πŸ₯°) di luar ruangan persalinan pun berseru mengucap Alhamdulillah. Tak lama kemudian terdengarlah suami saya mengazankan anak kami, ditengah azannya ia terisak saking harunya. Begitupun saya yang ikut menangis (masih dengan selang oksigen di hidung) dan sempat menoleh kepada dokter dan perawat yang saling bertukar pandang mendengar keharuan ayah baru di belakang mereka sambil terus menjahit jalan lahir bayi hulk tadi.

Drama Jahitan Pasca Melahirkan

Berbicara tentang jahitan, saat diminta memulihkan kondisi, di ruangan dan ranjang yang sama, saya sempat bertanya pada perawat yang turut menyaksikan proses menjahit tadi secara live. 

πŸ§•: "Berapa jahitan Mba?" Tanya saya

πŸ‘©‍⚕️: Terlihat bingung, "banyak" jawabnya

πŸ§•: "Oh.." Sambil merasakan wajah saya menghangat. Hancur sudah, batin saya. πŸ™ˆ

Segala teori agar tidak ada jahitan, jangan angkat pantat, senam ina inu, ambyar semua gaess.. saya sih gak yakin juga digunting apa nggak (iyes, makemak taulah tindakan ini, kecuali mungkin yang masih gadis, jangan shock yess). Yang saya rasakan pasti itu adalah dijahit langsung setelah melahirkan, maksudnya ga ada anastesi, bisa terasa dengan jelas tu jarum yang kek kail pancing wara-wiri di organ kewanitaanmu. Betapa semua pengalaman pertama kali yang ngumpul jadi satu itu begitu amazing terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Masyaallah..

Sakit gak?

Gak, gak ada perih atau apapun, mungkin jatah rasa sakit saya sudah saya pakai habis dalam 42 jam itu. Sayangnya ga habis-habis amat, masih ada derita lain menanti pasca melahirkan... Saya tersiksa.. 😭

Oh ya, yang bikin pengen misuh-misuh adalah, setelah dijahit, barulah dilakukan pemeriksaan dalam lagi, buat ngecek plasentanya sudah dibersihkan dengan baik atau belum. Sebelum lahiran dengar teman cerita gini, dan saya akhirnya mengalami. Komentar saya masih sama, kenapa periksanya setelah dijahittt Markonaaah? 😭 Psstt..Momen ini malah lebih ada rasa sakitnya. πŸ™ˆ

***

Segitu dulu deh cerita dramanya, dibalik terasa "sulitnya" saya melahirkan alami, saya bersyukur masih diberikan dukungan oleh suami, orang tua dan keluarga lain. Dan saya yakin masih banyak orang yang mengalami hal lebih berat dari saya termasuk yang melahirkan caesar.

Hmm.. cerita ini bikin nostalgia pengalaman lahiran pertama kali gak sih?

Sharing di kolom komentar yuk.. apalagi kalau punya tips agar lahiran lebih mudah atau melahirkan tanpa rasa sakit? Kemarin sih sempat ngintip akunnya bidan Novel, itu loh bidan yang lagi viral, lahiran yang tiup-tiup "aja". Saya bahagia sekaligus iriiiii. Wkwk

Note: Saya gak nakut-nakutin yang baru mau lahiran yes, cuma berbagi pengalaman. Saya berdoa dan percaya proses melahirkan kalian para ibu yang sedang menanti proses itu akan jauh lebih mudah daripada saya. Tetap positif thinking para ibu hebat! ❤️

Read more

28 Sept 2020

Ekonomi Sudah Cukup Sulit, Hati Jangan Ikut Julid

Virus Corona saat ini masih menjadi momok yang menakutkan bagi banyak orang. Termasuk saya, sungguh sangat berpengaruh di banyak lini kehidupan. Termasuk saat bulan suci Ramadan yang telah berlalu. Biasanya saya berburu menu untuk berbuka puasa dari luar rumah. Tapi saat itu malah berpikir dua kali jika ingin membeli makanan di luar rumah.

Nah, teringat saat Ramadan yang lalu, saya membaca status seseorang yang menjual makanan untuk berbuka puasa. Dia seperti merasa tersinggung dengan perlakuan orang yang berbelanja di tempatnya. Kurang lebih yang saya pahami adalah dia merasa orang itu terlalu berhati-hati dengan memberikan uang yang dipegang hanya dengan ujung jarinya saja.
 

Entahlah, saya merasa status itu berlebihan, tapi mungkin bagi orang yang sedang tersinggung status itu wajar ya. *Teteup yes, saya maunya di posisi netral saja.😁

Saya hanya berfikir namanya juga masa pageblug seperti saat ini sikap kehati-hatian memang akan sangat banyak kita jumpai dan rasanya itu lebih baik dibanding bertemu dengan orang yang acuh tak acuh, cuek dengan keadaan, kan ngeri Maakkk!

Bagaimana Dengan Saya Saat Berbelanja?
Sejujurnya, saya juga jadi flashback terhadap diri saya sendiri sih, saat saya berbelanja ya akan berhati-hati seperti itu. Entahlah, tidak menyalahkan si pembuat status selaku penjual, ya bisa jadi ada hal lain yang yang membuat dia layak untuk merasa tersinggung. 

Owh, iya, katanya pembelinya juga gak turun dari mobil. Setahu saya buat kebanyakan orang sikap ini dianggap tidak sopan. Iya gak sih? Tapi mari kita berpikir positif, bisa jadi orangnya gak niat mampir belanja, ada anak kecil di dalam mobil dan dia tidak membawa perlengkapan bersih-bersih. Who knows?

Saya juga jadi teringat kalau saya belanja. Saya juga akan sangat berhati-hati, pernah saat itu saya mengambil uang kembalian dengan tangan kiri karena tangan itu sudah saya gunakan untuk memegang macam-macam (saya tidak menggunakan sarung tangan) tapi tetap, saya minta maaf karena menggunakan tangan kiri. *Ini kok saya jadi merasa bersalah banget ya sekarang? Astaghfirullah. πŸ™ˆ

Atau kasus lain misalnya, saya menerima uang kembalian menggunakan kantong plastik yang memang menjadi dompet saya selama berbelanja. Wkwk.. Seingat saya, saya sering mengucapkan kata maaf, berharap orang yang sedang berinteraksi dengan saya itu mengerti bahwa saya sedang berhati-hati saat ini.

Berhati-hati di sini tetap dua arah ya, bukan berarti saya menganggap orang lain membawa virus tapi saya juga berhati-hati karena saya tidak tahu saya membawa virus atau tidak, itu saja definisi berhati-hati dalam masa pagebluk Corona seperti saat ini.

Apakah orang-orang yang berinteraksi dengan saya itu juga merasa tersinggung dengan sikap saya? Jawabannya bisa jadi iya, tapi saya tetap berdoa semoga tidak, saya tidak ingin ada yang tersakiti dengan sikap saya. Kalau ada saya minta maaf sekali πŸ₯Ί.

Sejujurnya status si pedagang di atas itu lucu karena memang ditulis dengan bahasa yang jenaka walaupun mungkin tersinggung. Dan saya harus berterima kasih karena saya jadi introspeksi diri, agar kedepannya lebih berhati-hati. Berhati-hati dengan virus, juga berhati-hati dengan orang yang saya ajak berinteraksi.
 

Ekonomi Sudah Cukup Sulit, Hati Jangan Ikut Julid
Tidak lupa saya tetap berdoa agar saya dan kita semua, bertemu orang baik di luar sana, yang sama-sama berhati-hati, sama-sama menjaga diri dan hati di masa yang serba sulit saat ini. Semua terdampak, walaupun dengan kekuatan hempasan yang berbeda-beda. 

Jadi kembali lagi saya mengingatkan agar kita tetap berhati-hati. Agar harapan kita untuk tetap sehat selalu dikabulkan oleh Allah. Semoga wabah ini segera berakhir.

Pikiran positif harus selalu aktif .
Ekonomi kita sudah cukup sulit hati jangan ikut julid.
Bu Tejo boleh jadi hiburan dalam film Tilik.
Tapi jangan ditiru, bayangin kalau kamu yang jadi Dian. *Halahh..

Gimana teman-teman, setuju kan untuk memperbanyak energi positif untuk diri dan lingkungan sekitar? 

Semoga perekonomian kita, negara kita secara umum segera membaik, seiring doa agar corona ini segera minggat dari muka bumi ya..

Punya pengalaman apa saat belanja di luar rumah? Share di kolom komentar ya..
Read more

30 Jun 2020

Jangan Takut Ikut Rapid Test

Seperti biasa, pemberitaan di televisi didominasi oleh berita mengenai covid-19. Berita yang sudah beberapa bulan ini menjadi trending topic di seluruh dunia. Tidak terkecuali di Indonesia. Ini bulan ke empat sejak pengumuman pasien pertama di Indonesia, awal bulan Maret yang lalu.

Saya ingat betul, bagaimana berita mengenai covid ini membuat saya terkejut saat sedang berada di luar negeri, saya hanya bisa memohon perlindungan pada Allah, karena pada waktu itu kami baru saja akan memulai inti kegiatan.

Covid Saat Ini

Secara kumulatif, jumlah pasien covid sampai 29 Juni kemarin sudah mencapai 55.092 pasien positif, 41.605 Orang Dalam Pengawasan (ODP), 13.335 Pasien Dalam Pengawasan, 23.800 dinyatakan sembuh dan 2.805 meninggal yang seluruhnya tersebar di 34 provinsi dan 448 Kabupaten/Kota.

Berapapun nominal yang disebutkan saat saya kebetulan mendengar pengumuman dari Gugus Tugas Penanganan Covid, saya selalu merinding, ada ngilu yang masuk dan membuat perasaan merinding itu menguasai seluruh tubuh. Tidak satupun pasien yang saya kenal, tapi benar-benar terbayang bagaimana mengerikan dan menyakitkannya Covid ini. Mengerikan.

Pada nominal yang disebutkan setiap hari tersebut bagaimanapun terjadi proses panjang dan saya yakini melelahkan. Ada pemeriksaan massal dengan rapid test, ada aktivitas laboratorium yang tidak berhenti mengeluarkan hasil positif dan negatif, ada tenaga kesehatan yang makin berpeluh terbungkus Alat pelindung Diri (APD), ada orang-orang yang tidak mati semangat juangnya hanya karena hasil positif. Pemerintah yang terus berusaha melindungi rakyatnya dari covid. Ya, semua harus bersinergi untuk itu.

Dibalik mengerikan dan cepatnya penyebaran Covid ini, saya masih bersyukur bahwa "hanya" dengan menjaga dan menjalankan protokol kesehatan, kita bisa mencegah penularannya. Iya, sengaja saya berikan tanda petik, karena masih bersyukur virus ini masih bisa mati dengan mencuci tangan. Tapi tetap berdoa sekuat mungkin agar virus ini segera pergi, menjauh dan hilang, tidak hanya di Indonesia, tapi juga di seluruh belahan dunia. Aamiin.!!

Ditengah perjuangan melawan covid, tidak sedikit juga hoax atau salah kaprah kaprah covid yang harus kita lawan. Beberapa yang saya ketahui adalah mengenai rapid test.

Salah Kaprah Tentang Rapid Test

Belakangan, berita yang saya tonton menyajikan banyak berita mengenai pedagang yang menolak bahkan memilih tidak hadir saat akan dilakukan rapid test. Sebuah berita yang membuat saya heran dan terus bertanya, kenapa? Ini gratis lho!

Tapi kemudian saya lebih banyak mencari dan melihat dari sisi orang yang akan dilakukan rapid test, beberapa hal yang saya ketahui mengapa beberapa orang takut untuk dilakukan rapid test antara lain:

1. Takut terkena covid dari APD nakes
Dari yang saya ketahui, beredar kabar bahwa covid bisa saja menyebar dari sarung tangan yang digunakan oleh tenaga kesehatan saat melakukan test massal. Padahal, setahu saya, setiap kali mengganti pasien, tenaga kesehatan akan mengganti peralatannya termasuk sarung tangan yang digunakan. Sesuai dengan standar operasional.

2. Takut dikarantina
Hal ini, terbagi dua, benar-benar takut dikarantina setelah hasil rapid testnya reaktif dan salah kaprah sejak awal.

Apa itu?

Ada yang mengira, menjalani rapid test sama dengan menjalani karantina. Maka tidak heran jika pedagang akan berpikir keras bagaimana perekonomian keluarga mereka harus berjalan jika harus menjalani rapid test (di dalam pikiran mereka dikarantina selama 14 hari).

Padahal, rapid test berbeda dengan karantina. Rapid test hanyalah skrining awal untuk mencegah penularan covid. Jikapun hasilnya reaktif, masih ada swab test yang harus dijalani untuk benar-benar memastikan seseorang positif covid atau tidak.

Dua hal tadi menjadi salah kaprah di masyarakat dan menjadi momok menakutkan sehingga orang-orang takut melakukan rapid test.

Jangan Takut Ikut Rapid Test

Rapid test memang banyak dilakukan di tempat keramaian atau kerumunan, alasannya tentu saja tempat-tempat tersebut berpotensi untuk menjadi tempat penularan. Maka skrining awal perlu dilakukan, untuk meminimalisir jika saja ada orang yang sebenarnya membawa virus, tapi tidak merasakan gejala sakit apapun, biasanya disebut sebagai OTG atau Orang Tanpa Gejala. CMIIW

Seperti yang dikatakan Dokter Reisa saat pengumuman di televisi bahwa " Rapid test membantu kita menemukan orang yang harus dirawat, agar segera sembuh, tidak menimbulkan komplikasi dan mengetahui jumlah Orang Tanpa Gejala (OTG)." Kurang lebih seperti ini yang saya dengar.

Jadi, jangan takut lagi untuk menjalani rapid test, rapid test yang diselenggarakan pemerintah itu untuk membantu anda, keluarga anda, tetangga anda, para tenaga kesehatan bahkan seluruh manusia, membantu kita semua dalam memerangi covid.

Rapid Test Mandiri

Berbeda dengan rapid test massal yang banyak dilakukan, rapid test mandiri umumnya dilakukan oleh orang yang hendak melakukan perjalanan, berhubung kita sedang asyik membahas rapid test, sekalian saja saya berikan info untuk yang ingin melakukan rapid test mandiri.

Untuk kalian yang ingin melakukan tes mandiri, ada cara mudah untuk mengetahui lokasi yang bisa dikunjungi, cukup dari HP saja dengan menggunakan aplikasi Halodoc. Bukan hanya itu, kita juga bisa membuat janji dengan dokter dan tidak perlu lama-lama antri.



Semoga dengan tulisan ini saya bisa sedikit membantu mengedukasi pembaca untuk tidak lagi takut menjalani rapid test. Bersama-sama kita perangi covid!!

Read more
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...