Bismillahirrahmanirrahim...
Hmmm..Judul tulisannya agak-agak gimana gitu ya?Mau cari yang unik tapi koq ga dapet.hihi..Jadi lanjut aja deh...Seperti judul tulisan ini, saya ingin nulis tentang peran bahasa Inggris dan hitung-hitungan dihidup saya, kenapa? Hmm...awalnya sih biasa saja..tapi waktu masuk ke SMA 'tiba-tiba' saya menjadi orang yang sedikit diperhitungkan di kelas untuk mata pelajaran bahasa Inggris, padahal waktu SMP saya tenggelam ditengah kemampuan teman-teman yang lain, jadilah 'harapan' teman-teman itu memotivasi saya untuk terus belajar, malu juga kalau ditanya tapi gak tau, bahkan walaupun guru gak ngasih PR(kalau dulu pake LKS), saya akan dengan senang hati membuka kamus dan mengerjakan lembaran-lembaran LKS sambil santai dirumah*anehnya kalo pelajaran lain saya tidak seantusias ini :p*.
Saat penjurusan(masuk kelas 3), sayapun dengan senang hati ingin memasuki jurusan bahasa, tapi saat berkonsultasi dengan orang tua, dua-duanya jelas menentang dan menginginkan saya mengambil jurusan IPA dengan alasan: kalau mau kuliah mengambil jurusan apapun bisa, tapi kalau jurusan bahasa terbatas. Ya...karna alasannya cukup masuk akal, sayapun menurut dengan melepaskan kesempatan saya untuk gak bertemu dengan yang namanya hitung-hitungan :p. Bukannya benci, tapi memang kurang suka *emang beda ya? :))* dan pengumuman penjurusanpun kembali menakdirkan saya untuk tetap memompa otak saya dengan angka-angka...Oh, ya..di kelas 2 SMA saya sempat bekonspirasi dengan teman-teman saya untuk mengambil kelas yang sama untuk kursus bahasa Inggris di lembaga swasta bernama Ericos*sekarang entah masih buka apa sudah tutup :(*, level pertama kami kompak, eehh..pas masuk level kedua yang lain pada bubar, tinggal saya sendiri, Mr.Muin(pemimpin lembaga) bilang,kalau mau lanjut saya ikut di grup lain saja, tapi saya merasa kurang kenal dengan yang lain, jadi saya bilang mau berhenti saja, dibujuklah saya untuk tetap ikut tanpa harus membayar biaya kursus alias gretongan...setelah terbujuk 'the power of gretongan' :p sayapun lanjut ke level kedua dan setelah mendekati ujian menjadi kompak dengan teman-teman sekelas saat mendengar ujian kelulusan level kedua ini berbentuk presentasi: kabooorrr =)) *entah ada yang lanjutkan atau tidak, tapi setahu saya kami semua sudah takut duluan saat dengar materi ujiannya:D*
Kesempatan meninggalkan hitung-hitungan kembali terbuka lebar saat saya mengambil jurusan pendidikan bahasa Inggris, walaupun awalnya ingin mengambil jurusan Hubungan Internasional, saya akhirnya kembali mengalah dengan keinginan orang tua, kuliah dijurusan ini terasa sekali nikmatnya saat ujian, saya hanya belajar keras saat ujian grammar, selain itu saya gak perlu uring-uringan belajar, tapi takdir kembali berkata lain, belum cukup 1 semester saya kuliah Alhamdulillah saya lulus tes pegawai negri di instansi Badan Pusat Statistik *apa iniiii????=))*, jujur saya pernah bertanya pada diri saya sendiri; "apa mereka tidak salah meluluskan saya??" Tapi..kembali lagi saya percaya dengan keputusan 'Yang Di Atas' mungkin Ia mendengar niat saya setiap mau mengerjakan tes "SAYA IKUT TES INI UNTUK MENYENANGKAN ORANG TUA SAYA" lalu apa yang tidak mungkin bagiNya? :) , heyyy..apa hubungannya kelulusan saya ini dengan bahasa Inggris??? Sabar temans...inilah awal mula 'sakit' nya bahasa Inggris saya, walaupun bersyukur dengan kelulusan saya, harga yang harus saya bayar saat di tempatkan di pulau ini adalah punahnya lingkungan yang nyaman untuk setidaknya menjaga kesehatan berbahasa saya..*halahh :p*saya tidak punya teman untuk bercakap-cakap lagi, saya pernah mencari tempat kursus yang mengkhususkan pembelajarannya pada bahasa Inggris yang aktif, bukan sekedar materi ba bi bu...sayangnya gak ada, yang ada malah dikasih rejeki ngajar anak-anak SMA di sebuah lembaga kursus, awalnya gak pede, tapi karna berfikir ini kesempatan belajar, jadilah saya jadikan pekerjaan sambilan selama beberapa bulan dengan gak begitu peduli dengan sistem pembayaran gajinya..setidaknya anak-anak SMA itu selain menjadi teman belajar saya, juga bisa menjadi motivasi saya..:), oh ya..nasib saya bertemu hitung-hitungan juga belum selsai saat bekerja, tahun keempat bekerja saya ditugaskan untuk belajar di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik...sekali lagi saya harus mencoba menikmati jalan yang ditunjukkan Allah buat saya, untungnya cuma 1 tahun jadi...sedikit banyak bisa dianggap jalan-jalan dengan tidak mengesampingkan tanggung jawab tentunya :D
Dan sekarang, setelah beberapa tahun sejak proses belajar mengajar itu, kepunahanpun semakin terasa, pronounciation sudah kaku, grammar makin absurd, yang tersisa hanya sedikit kemampuan pasif, lumayan menolong kalau nonton film barat tanpa subtitle atau nonton film dengan subtitle bahasa Inggris, setidaknya masih ada sedikit rasa penasaran mencari arti dari kata-kata yang terasa asing...sampai sekarang, saya masih ingin belajar...kalau tidak menolong orang lain, setidaknya bisa menolong diri saya sendiri..atau mungkin bisa memotivasi temans juga untuk sama-sama belajar? :)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Read more
Hmmm..Judul tulisannya agak-agak gimana gitu ya?Mau cari yang unik tapi koq ga dapet.hihi..Jadi lanjut aja deh...Seperti judul tulisan ini, saya ingin nulis tentang peran bahasa Inggris dan hitung-hitungan dihidup saya, kenapa? Hmm...awalnya sih biasa saja..tapi waktu masuk ke SMA 'tiba-tiba' saya menjadi orang yang sedikit diperhitungkan di kelas untuk mata pelajaran bahasa Inggris, padahal waktu SMP saya tenggelam ditengah kemampuan teman-teman yang lain, jadilah 'harapan' teman-teman itu memotivasi saya untuk terus belajar, malu juga kalau ditanya tapi gak tau, bahkan walaupun guru gak ngasih PR(kalau dulu pake LKS), saya akan dengan senang hati membuka kamus dan mengerjakan lembaran-lembaran LKS sambil santai dirumah*anehnya kalo pelajaran lain saya tidak seantusias ini :p*.
Saat penjurusan(masuk kelas 3), sayapun dengan senang hati ingin memasuki jurusan bahasa, tapi saat berkonsultasi dengan orang tua, dua-duanya jelas menentang dan menginginkan saya mengambil jurusan IPA dengan alasan: kalau mau kuliah mengambil jurusan apapun bisa, tapi kalau jurusan bahasa terbatas. Ya...karna alasannya cukup masuk akal, sayapun menurut dengan melepaskan kesempatan saya untuk gak bertemu dengan yang namanya hitung-hitungan :p. Bukannya benci, tapi memang kurang suka *emang beda ya? :))* dan pengumuman penjurusanpun kembali menakdirkan saya untuk tetap memompa otak saya dengan angka-angka...Oh, ya..di kelas 2 SMA saya sempat bekonspirasi dengan teman-teman saya untuk mengambil kelas yang sama untuk kursus bahasa Inggris di lembaga swasta bernama Ericos*sekarang entah masih buka apa sudah tutup :(*, level pertama kami kompak, eehh..pas masuk level kedua yang lain pada bubar, tinggal saya sendiri, Mr.Muin(pemimpin lembaga) bilang,kalau mau lanjut saya ikut di grup lain saja, tapi saya merasa kurang kenal dengan yang lain, jadi saya bilang mau berhenti saja, dibujuklah saya untuk tetap ikut tanpa harus membayar biaya kursus alias gretongan...setelah terbujuk 'the power of gretongan' :p sayapun lanjut ke level kedua dan setelah mendekati ujian menjadi kompak dengan teman-teman sekelas saat mendengar ujian kelulusan level kedua ini berbentuk presentasi: kabooorrr =)) *entah ada yang lanjutkan atau tidak, tapi setahu saya kami semua sudah takut duluan saat dengar materi ujiannya:D*
Kesempatan meninggalkan hitung-hitungan kembali terbuka lebar saat saya mengambil jurusan pendidikan bahasa Inggris, walaupun awalnya ingin mengambil jurusan Hubungan Internasional, saya akhirnya kembali mengalah dengan keinginan orang tua, kuliah dijurusan ini terasa sekali nikmatnya saat ujian, saya hanya belajar keras saat ujian grammar, selain itu saya gak perlu uring-uringan belajar, tapi takdir kembali berkata lain, belum cukup 1 semester saya kuliah Alhamdulillah saya lulus tes pegawai negri di instansi Badan Pusat Statistik *apa iniiii????=))*, jujur saya pernah bertanya pada diri saya sendiri; "apa mereka tidak salah meluluskan saya??" Tapi..kembali lagi saya percaya dengan keputusan 'Yang Di Atas' mungkin Ia mendengar niat saya setiap mau mengerjakan tes "SAYA IKUT TES INI UNTUK MENYENANGKAN ORANG TUA SAYA" lalu apa yang tidak mungkin bagiNya? :) , heyyy..apa hubungannya kelulusan saya ini dengan bahasa Inggris??? Sabar temans...inilah awal mula 'sakit' nya bahasa Inggris saya, walaupun bersyukur dengan kelulusan saya, harga yang harus saya bayar saat di tempatkan di pulau ini adalah punahnya lingkungan yang nyaman untuk setidaknya menjaga kesehatan berbahasa saya..*halahh :p*saya tidak punya teman untuk bercakap-cakap lagi, saya pernah mencari tempat kursus yang mengkhususkan pembelajarannya pada bahasa Inggris yang aktif, bukan sekedar materi ba bi bu...sayangnya gak ada, yang ada malah dikasih rejeki ngajar anak-anak SMA di sebuah lembaga kursus, awalnya gak pede, tapi karna berfikir ini kesempatan belajar, jadilah saya jadikan pekerjaan sambilan selama beberapa bulan dengan gak begitu peduli dengan sistem pembayaran gajinya..setidaknya anak-anak SMA itu selain menjadi teman belajar saya, juga bisa menjadi motivasi saya..:), oh ya..nasib saya bertemu hitung-hitungan juga belum selsai saat bekerja, tahun keempat bekerja saya ditugaskan untuk belajar di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik...sekali lagi saya harus mencoba menikmati jalan yang ditunjukkan Allah buat saya, untungnya cuma 1 tahun jadi...sedikit banyak bisa dianggap jalan-jalan dengan tidak mengesampingkan tanggung jawab tentunya :D
Dan sekarang, setelah beberapa tahun sejak proses belajar mengajar itu, kepunahanpun semakin terasa, pronounciation sudah kaku, grammar makin absurd, yang tersisa hanya sedikit kemampuan pasif, lumayan menolong kalau nonton film barat tanpa subtitle atau nonton film dengan subtitle bahasa Inggris, setidaknya masih ada sedikit rasa penasaran mencari arti dari kata-kata yang terasa asing...sampai sekarang, saya masih ingin belajar...kalau tidak menolong orang lain, setidaknya bisa menolong diri saya sendiri..atau mungkin bisa memotivasi temans juga untuk sama-sama belajar? :)
Powered by Telkomsel BlackBerry®