Bagi teman-teman kantor tempat saya bekerja di Kabupaten dulu, sariawan itu identik dengan saya. Bukan Irly kalau tidak sariawan. Parah.. Pasalnya sekali sariawan saya bisa langsung beternak minimal 2 buah sariawan dengan ukuran yang besar-besar.. Ah.. Perih sekali membayangkannya.. Terlebih intensitas kemunculannya sudah seperti slogan kepahlawanan "Mati 1 tumbuh 1.000!" *Jangan bayangkan 1.000 sariawan jugalah yaa LOL* Dalam sebulan boleh dikatakan saya sariawan selama 2 minggu!
Saya sudah mencoba segala jenis upaya pengobatan maupun pencegahan, merawat kebersihan mulut dengan sikat gigi teratur, menggunakan obat kumur terkenal merk "L", mengobati dengan obat merk "A", memperbanyak konsumsi vitamin C, sayuran, banyak minum.. Apa saja saya coba.. sampai bertanya kepada dokter gigi dan kemudian mencari info lebih lanjut tentang sariawan.
Baca juga: Berkenalan dengan Sariawan
Sampai akhirnya saya berencana untuk menggunakan kawat gigi...
Salah satu isu utama selain rasa nyeri saat menggunakan kawat gigi adalah potensi munculnya Stomatitis aftosa atau sariawan. Hal ini jelas membuat pertimbangan saya menjadi lebih berat.
"Sebelum menggunakan kawat gigi saja sariawan sudah sangat mengganggu begini, bagaimana jika jadi menggunakan kawat gigi?" Begitu pikir saya.
Lalu akhirnya saya memberanikan diri memasang kawat gigi. Awal pemasangan dokter sudah memberi tips agar dinding mulut (terutama bagian dalam bibir) tidak banyak mengalami gesekan dengan braket. Yaitu dengan mengumpulkan udara terlebih dahulu di dalam mulut baru kemudian menutupnya dengan rapat. Maklumlah ya.. mulut kan jadi makin mancung diawal pemakaian behel/kawat gigi. Tips yang agak ribet, tapi bermanfaat.
Tips diatas bukan berarti mengurangi langganan sariawan yang saya alami. Saat berkonsultasi dengan dokter gigi tempat saya memasang behel, dokter menyarankan saya berhenti menggunakan obat kumur yang selama ini saya pakai, kemudian disarankan memakai sebuah obat kumur yang hanya dipakai saat sariawan saja.
Berhasilkah? Nope.. Rasanya tidak ada perubahan, hanya saja memang obat kumur dari dokter itu tidak memberikan rasa terbakar atau panas saat berkumur. Dan anehnya, suami teman yang atas saran saya ke dokter gigi langganan saya cocok dengan obat kumur dari dokter itu. OMG.. Obatnya kok gak mempan di saya? Saya kenapa?? LOL
Sampai akhirnya saya melepas obat kumur sama sekali. Sekarang.. oh..tidak.. sudah setahun ini sepertinya hidup saya damai tanpa gangguan berarti dari sariawan. Kadang memang masih muncul, tapi jumlahnya jauh berkurang, ukurannya lebih imut. Dan sariawan itu kadang muncul hanya saat saya (minimal 2x seminggu) tidak menggosok gigi karena ketiduran dan terbangun saat subuh (biasanya tengah malampun saya sikat gigi jika terbangun).
Hubungan kawat gigi dan sariawan memang seperti hubungan sebab-akibat. But thanks to doctor's advise saya malah bebas dari jeratan sariwan yang mengganggu selama ini. Sariawan (masih) menyerang kurang lebih 4-6 bulan menggunakan kawat gigi.
Dokter sebenarnya menjelaskan ada kandungan tertentu pada obat kumur yang berpotensi merusak bakteri baik di mulut sehingga akan mengganggu keseimbangan di dalam mulut. Mungkin bakteri baik selama ini sudah banyak saya sakiti dengan obat kumur, makanya bakterinya merajalela. *LOL, Lebaynya kambuh!* Tapi untuk urusan efek obat kumur sepertinya saya belum berani tuliskan lebih banyak karena belum mendapat cukup informasi. Saya juga tidak berani menuliskan kata-kata dokter secara utuh karena selain menyebut merk, saya takut salah ingat istilah medisnya. Hehe..
Anyway, kasusnya bisa berbeda pada tiap orang, ada yang cocok dengan obat kumur, ada juga yang sepertinya tidak cocok, seperti saya. Saya bagikan pengalaman saya, bagaimana dengan pengalaman teman-teman?
Read more
Saya sudah mencoba segala jenis upaya pengobatan maupun pencegahan, merawat kebersihan mulut dengan sikat gigi teratur, menggunakan obat kumur terkenal merk "L", mengobati dengan obat merk "A", memperbanyak konsumsi vitamin C, sayuran, banyak minum.. Apa saja saya coba.. sampai bertanya kepada dokter gigi dan kemudian mencari info lebih lanjut tentang sariawan.
Baca juga: Berkenalan dengan Sariawan
Sampai akhirnya saya berencana untuk menggunakan kawat gigi...
Salah satu isu utama selain rasa nyeri saat menggunakan kawat gigi adalah potensi munculnya Stomatitis aftosa atau sariawan. Hal ini jelas membuat pertimbangan saya menjadi lebih berat.
"Sebelum menggunakan kawat gigi saja sariawan sudah sangat mengganggu begini, bagaimana jika jadi menggunakan kawat gigi?" Begitu pikir saya.
Lalu akhirnya saya memberanikan diri memasang kawat gigi. Awal pemasangan dokter sudah memberi tips agar dinding mulut (terutama bagian dalam bibir) tidak banyak mengalami gesekan dengan braket. Yaitu dengan mengumpulkan udara terlebih dahulu di dalam mulut baru kemudian menutupnya dengan rapat. Maklumlah ya.. mulut kan jadi makin mancung diawal pemakaian behel/kawat gigi. Tips yang agak ribet, tapi bermanfaat.
Tips diatas bukan berarti mengurangi langganan sariawan yang saya alami. Saat berkonsultasi dengan dokter gigi tempat saya memasang behel, dokter menyarankan saya berhenti menggunakan obat kumur yang selama ini saya pakai, kemudian disarankan memakai sebuah obat kumur yang hanya dipakai saat sariawan saja.
Berhasilkah? Nope.. Rasanya tidak ada perubahan, hanya saja memang obat kumur dari dokter itu tidak memberikan rasa terbakar atau panas saat berkumur. Dan anehnya, suami teman yang atas saran saya ke dokter gigi langganan saya cocok dengan obat kumur dari dokter itu. OMG.. Obatnya kok gak mempan di saya? Saya kenapa?? LOL
Sampai akhirnya saya melepas obat kumur sama sekali. Sekarang.. oh..tidak.. sudah setahun ini sepertinya hidup saya damai tanpa gangguan berarti dari sariawan. Kadang memang masih muncul, tapi jumlahnya jauh berkurang, ukurannya lebih imut. Dan sariawan itu kadang muncul hanya saat saya (minimal 2x seminggu) tidak menggosok gigi karena ketiduran dan terbangun saat subuh (biasanya tengah malampun saya sikat gigi jika terbangun).
Hubungan kawat gigi dan sariawan memang seperti hubungan sebab-akibat. But thanks to doctor's advise saya malah bebas dari jeratan sariwan yang mengganggu selama ini. Sariawan (masih) menyerang kurang lebih 4-6 bulan menggunakan kawat gigi.
Dokter sebenarnya menjelaskan ada kandungan tertentu pada obat kumur yang berpotensi merusak bakteri baik di mulut sehingga akan mengganggu keseimbangan di dalam mulut. Mungkin bakteri baik selama ini sudah banyak saya sakiti dengan obat kumur, makanya bakterinya merajalela. *LOL, Lebaynya kambuh!* Tapi untuk urusan efek obat kumur sepertinya saya belum berani tuliskan lebih banyak karena belum mendapat cukup informasi. Saya juga tidak berani menuliskan kata-kata dokter secara utuh karena selain menyebut merk, saya takut salah ingat istilah medisnya. Hehe..
Anyway, kasusnya bisa berbeda pada tiap orang, ada yang cocok dengan obat kumur, ada juga yang sepertinya tidak cocok, seperti saya. Saya bagikan pengalaman saya, bagaimana dengan pengalaman teman-teman?