Wanita adalah mahluk yang identik dengan keindahan,
tidak heran wanita berusaha menjaga keindahan tersebut dengan berbagai
cara, salah satunya adalah dengan menggunakan kosmetik.
Dewasa
ini kosmetik berkembang dengan sangat pesat, variannya juga kerap
membuat wanita bingung harus memilih merek yang mana, setelah memilih
merek apa kembali dibingungkan lagi dengan rangkaian kosmetik yang
aduhai banyaknya dan tidak kalah aduhai lagi harganya..hehe..
Efek
dan harga kosmetik tidak bisa dipungkiri menjadi hal yang sangat
dipertimbangkan, cepat dan murah adalah yang paling menarik, saking
menariknya seringkali kita lupa mempertimbangkan aspek kesehatan.
Padahal pemerintah sudah melindungi hak-hak konsumen dengan adanya
pemberian kode dari Badan Pemeriksa Obat dan Makanan (BPOM), namun
konsumen tetap berperan sebagai pemegang keputusan akhir. Mau memilih
yang mana pemerintah tidak bisa apa-apa selain menghimbau untuk kebaikan
warganya.
Saya termasuk yang mengabaikan hal itu 6 tahun lalu, tergoda oleh produk pemutih yang dipakai teman saya, saya pun bertanya mengenai kode BPOM yang tidak ada pada kemasannya, karena diberitahu bahwa krimnya adalah racikan dokter(yang tidak pernah ditemuinya) akhirnya saya ikut memakainya, mendengar kata dokter sudah memberi perasaan aman saat itu.
Tidak butuh waktu lama, produk kosmetik itu membawa perubahan pada wajah saya, melewati proses pengelupasan dan terasa perih(yang saat itu saya pikir wajar), lalu kemudian putih bersih tanpa menimbulkan efek negatif secara langsung padahal saya adalah orang lapangan yang sangat sering berada langsung dibawah matahari tanpa topi apalagi payung.
Lalu kapan saya memutuskan untuk berani lebih selektif memilih kosmetik? Saat mengetahui teman saya itu tidak memakai krimnya saat sudah positif hamil. Saya kadang menonton berita mengenai produk kosmetik berbahaya, namun saya kurang menaruh perhatian karna sambil lembur, TV sudah menjadi radio, didengarkan saja, dan itupun sambil lalu karna tetap saja harus fokus dengan kerjaan.
Saya mulai bertanya-tanya, kenapa tidak dipakai lagi krimnya? Berarti berbahaya dong? Akhirnya saya mulai cari tahu, daan.. jeng..jeeengg... produk yang saya pakai ada dalam salah 1 gambar hasil penggerebekan kosmetik bermerkuri, saya telusuri lagi ciri-ciri kosmetik bermerkuri itu seperti apa dan banyak sekali yang cocok dengan ciri-ciri tersebut.
"Saya harus berhenti" pikir saya, akhirnya saya memutuskan untuk #BeraniLebih selektif memilih kosmetik, langkah itu adalah cara yang baik untuk melindungi diri dari zat-zat berbahaya bagi tubuh, apalagi sebagai wanita kita mempunyai kodrat untuk mengandung dan melahirkan anak, tau sendiri kan salah satu bahaya merkuri bagi tubuh adalah dapat menghambat pertumbuhan, menyebabkan cacat & kematian pada janin. Walaupun saya belum menikah, tapi saya tidak ingin membahayakan masa depan saya dan anak-anak saya hanya karena iming-iming kulit putih, disebut cantik dan lain sebagainya.
Lalu apakah keputusan itu akhirnya berjalan mulus-mulus saja? Sayangnya tidak, tau sendiri kan sekarang godaannya makin menjadi-jadi, apalagi wanita cenderung gampang tergoda dengan iming-iming yang menyentil masalah kecantikan. Tidak masalah sebenarnya selama produk-produk kosmetik tersebut memiliki kode BPOM, cocok di kulit dan tidak membuat kantong bolong..hehe.. Yang paling utama dari semua itu adalah syukuri yang sudah dipunyai dan setialah pada kosmetik yang sudah terbukti menjaga kualitas dan aspek kesehatan produknya. Kulit terawat itu ga harus putih. Iya kan?
Tulisan ini diikutsertakan dalam Kompetisi Tulisan Pendek #BeraniLebih
Facebook : Irna Octaviana Latif
Twitter : @irlyisme