Senin, sudah harus masuk kerja lagi. Belakangan jokes tentang horornya hari senin sudah semakin konyol. Dan saya menikmatinya, bukan karena mengganggap Senin itu horor, tapi ya memang meme yang dibuat itu menghibur. Contohnya tidak akan saya unggah di sini, nanti pembaca langsung menutup bacaannya. LOL
Kembali ke urusan pekerjaan..
Sudah 4 tahun berkerja sebagai sekretaris, rasanya saya ingin berbagi sedikit cerita tentang pekerjaan saya sekarang ini. Bekerja di lapangan tentu berbeda dengan duduk di belakang meja, apalagi sebagai sekretaris. Walaupun sebenarnya fungsi yang dijalankan sekretaris di tingkat provinsi ini, kebanyakan hanya sekitar 50% terlaksana dari tupoksi sekretaris seutuhnya. Mungkin lebih ke delegasi penugasan dari instansinya. Yang jelas, beberapa teman yang sebelumnya pernah menjadi sekretaris di perusahaan swasta merasa pekerjaannya menjadi jauh lebih ringan saat sudah memasuki instansi yang sama dengan saya.
Kita mulai dari hal yang menyenangkan
Enaknya Jadi Sekretaris
Beda pemimpin beda kebiasaan, saya sudah menjadi sekretaris dari 3 orang pimpinan, boleh dibilang saya yang cukup mengetahui kebiasaan para pimpinan, baik urusan pekerjaan maupun hal yang bersifat pribadi. Termasuk seberapa percaya pimpinan terhadap sekretarisnya.
Jika pimpinan percaya penuh terhadap sekretarisnya, maka banyak hal yang akan menjadi tugas sekretaris seperti saya. Urusan pekerjaan seperti mengecek e-mail pribadi sampai hal-hal yang berurusan dengan keluarga akan dipercayakan kepada sekretaris. Ini termasuk juga kebaikan pimpinan dalam memberikan rasa terima kasihnya. Ada macam-macam, tapi kita bicara yang sudah pernah saya tuliskan di blog saja ya. Selebihnya jadi rahasia saja :)
Dari 2 pimpinan saya diberi jalan-jalan gratis di kota yang berbeda.
Baca juga:
Bali, Dream Comes True
Jogjakarta, Kota Dalam Doa
Ngomongin enaknya, ada gak enaknya dong..
Ada..
Ini pengalaman saya saat baru menjadi sekretaris: UUD: Ujung-ujungnya Duit!
Kebijakan Pimpinan dan Pengaruhnya Terhadap Sekretaris (Gila, udah kayak judul makalah aja.LOL)
Dalam urusan pengambilan keputusan, ada saat dimana pimpinan harus mengambil kebijakan. Entah kebijakan itu akan populer atau tidak populer dimata bawahannya. Kalau populer, aura baik bisa tersebar di kantor, kalau kalian sering menonton drama, bayangkan saja ruangan dan sepanjang koridor yang dipenuhi bunga-bunga yang bermekaran.
Kalau kebijakannya tidak populer? Bayangkan setiap orang yang bersentuhan langsung dengan kebijakan tersebut akan berjalan dengan kepulan asap hitam di punggung dan kepalanya.
Dan entah kenapa..
Saya, bawahan yang kebetulan ruangannya tepat di depan ruangan pimpinan akan menerima limpahan muka masam. Saya tentu ikut bersimpati jika kebijakan yang diterima oleh kawan sekantor itu tidak dianggap bijak olehnya. Tapi saya ini cuma bawahan juga, posisinya sama dengan teman-teman yang lain. Hanya saja, mungkin kebijakan itu tidak bersentuhan langsung dengan saya. Salah saya gitu ya? Huhu..
Selain muka masam, saya juga kerap menerima kalimat seperti;
"Bilang sama Bosmu..."
"Bosmu dimana?"
"Gara-gara bosmu, nih."
Bosmu..bosmu..bosmu..
Oh C'mon.. Rasanya saya langsung diberi batasan oleh teman-teman, padahal gaji kami ditanda tangani orang yang sama. Padahal saya juga masih teman mereka yang ingin kerja dalam suasana kondusif. Kalau kondusif kan bergaulnya enak ke teman-teman dan pimpinan. Hiks..
Pekerjaan (secara fisik) Tidak begitu berat, Tapi Mental Harus Kuat
Seperti juga front desk pada sebuah kantor, yang menjadi pintu utama pengunjung untuk masuk ke dalam kantor. Sangat besar kemungkinan sekretaris adalah orang pertama yang akan ditemui oleh pimpinan saat keluar maupun masuk ruangan. Yang seringkali tidak terbayangkan oleh orang lain adalah sekretaris harus menerima limpahan perasaan pimpinan.
Oke, blak-blakan saja. Mungkin ada hal yang tidak disukai oleh pimpinan, sekretarislah yang harus mendengarkan "ketidaksukaan" itu. Reaksi pertama yang ditunjukkan pimpinan itulah yang harus dicerna oleh sekretaris sebagai "kuping pertama" yang ditemuinya. Dan bisa jadi, kepada orang yang ingin "disemprot" itu, kadar emosinya sudah berkurang karena unek-uneknya sudah sempat keluar atau bahkan karena masalah waktu, saya dapat unek-unek live dan mereka dapatnya unek-unek delay. Wkwk..
Tapi.. (menurut saya) etikanya adalah apa yang sampai dikuping saya itu harus saya cerna sendiri, kalaupun sifatnya harus diberitahukan kepada orang lain, sekretaris harus menyampaikan tanpa menghasut atau memberi kesan negatif terhadap pimpinan yang menjadi atasannya. Dan menetralisir emosi yang akan disampaikan agar tidak berdampak buruk itu tidak gampang.
Nah.. sekarang masuk ke tugas yang paling penting..
Saya tidak punya dasar pendidikan tentang sekretaris, tapi satu nilai penting yang bisa saya janjikan adalah..
Menjaga Rahasia
Sekretaris berasal dari kata secret yang berarti rahasia. Sekretaris pada akhirnya diharapkan menjadi orang yang dapat menyimpan rahasia yang diketahuinya. Dan ini berat, Men! Bukannya saya tidak pandai menyimpan rahasia, tapi seperti rahasia pada umumnya, berarti ada pihak yang tidak seharusnya mengetahui informasi tersebut. Sialnya, orang-orang sering kali bertanya tentang hal yang bersifat rahasia kepada saya.
Menyikapi hal tersebut saya juga tidak ingin berbohong, maka saat mengetahui ada rapat penting, saya melakukan banyak hal agar tidak "terlibat" dengan materi rapat. Beberapa yang saya lakukan antara lain:
1. Mendengarkan musik lewat headset
Cara aman tapi membosankan. Saya harus duduk terus mendengarkan musik sambil bekerja, padahal pekerjaan saya tidak selalu harus duduk di depan komputer. Kalau bosan ya terkadang saya akan membuka blog dan BW untuk mengusir kejenuhan. Atau kadang saya kombinasikan kegiatan nomor 1 ini dengan kegiatan nomor 2.
2. Menjauh dari tempat rapat
Saya biasanya akan ke ruangan lain, kecuali diminta untuk tinggal di ruangan. Sejauh ini sih belum pernah dipertanyakan keberadaan saya di luar ruangan saat rapat. Kalau ditanya ya, saya jawab saja agar saya tidak tahu apa yang mereka bicarakan. :D
3. Menjaga Rahasia
Jika memang saya mengetahui pembicaraan rapat, ataupun rahasia lainnya (misalnya rencana sidak pimpinan) mau tidak mau saya harus bekerja sesuai tugas utama saya. Sekalipun ditanya saya tidak akan mengatakan saya tahu. Karena, jika menjawab "Saya tahu tapi saya tidak boleh bilang." Apa menurut kalian mereka lalu akan menyerah? Jelas makin penasaranlah mereka.
Ah.. dilema..
So, Please teman-teman, cari infonya jangan ke saya. Gak nyaman taukk :(
Tunggu saja sejenak, biasanya berita akan beredar dengan sendirinya. Walaupun jelas sumbernya bukan saya. :p
Itu tadi cerita yang kurang menyenangkannya, sekarang ke cerita konyol ya..
Harus Kepo?
Posisi sekretaris yang dianggap dekat dengan pimpinan membuat teman-teman beranggapan saya mengetahui banyak hal. Knowing Every Particular Object. Padahal tidak seperti itu, saya ini kudet alias kurang update terhadap banyak hal, mungkin karena sehari-hari saya berkantor seorang diri di dalam ruangan. Sesekali ke ruangan lain untuk mengantarkan disposisi surat, melaksanakan perintah pimpinan atau sekedar bersosialisasi dengan teman-teman.
Sesekali saya mendapat info dari hasil pembicaraan pimpinan yang nongkrong di sofa ruangan saya, atau bahkan infonya dari ruangan yang bahkan jauh dari ruangan pimpinan. Sesederhana itu informasi yang saya punyai, mungkin saya yang kurang awas, tapi saya memang tidak punya bakat kepo. :p
Jadi, maaf saya bukan Mbah Google kalian ya teman-teman. Saya menyerah terhadap kalian yang mewajibkan saya kepo. :D
Pelupa
Saya, diakui oleh banyak teman-teman adalah seorang yang pelupa. Untuk tingkat keparahannya memang belum ada ukuran yang baku. Tapi tiap orang akan membandingkan dengan dirinya atau dengan orang lain yang diketahuinya memiliki kekurangan yang sama.
Berdasarkan pengalaman jadi sekretaris 3 pimpinan, ruang pemakluman ketiganyapun berbeda terhadap kekurangan saya yang satu ini. Ada yang memang akan mengingatkan, ada juga yang tidak akan bertanya lagi. Yang terakhir ini mungkin tergantung urgensi perintahnya ya, tapi kadang saya yang tiba-tiba ingat (dengan rentang waktu yang sudah lumayan panjang) jadi bingung sendiri, mau tanya lagi apa gak usah ya.
Contoh nih, saya diminta mencari sebuah buku, sudah saya carikan di toko buku di kota saya tapi tidak ada, opsinya adalah mencari di toko buku online murah bahkan yang mahal sekalipun, tapi karena terkendala suatu hal, urusan itu saya pending. Dan sumpah, saya baru ingat lagi sekarang saat menuliskan blogpost ini. *Meratap di bawah meja T_T
Tampaknya saya ini memang harus banyak-banyak menulis.Hiks..
Sigap, Siap Gelagapan! :D
Keadaan tidak terduga bisa terjadi saat sedang mengantuk, saat masih banyak pekerjaan, saat saya harus ke toilet, saat saya lapar , saat saya sedang makan atau saat saya tidak tahu apa-apa.
Mari saya beri contoh langsung. Suatu hari, Pimpinan harus memakai dasi untuk acara pelantikan, entah ada masalah apa, bos yang bisa memakai dasi tidak biasanya menanyakan "Ir, bisa pasang dasi gak?" Ini artinya pimpinan memerlukan bantuan saya untuk memasangkan dasi. Sampai disini saya perjelas dulu, bukan di leher pimpinan langsung ya.. Kalian terlalu banyak nonton drama! Hahah..
Saya yang terakhir kali memasang dasi zaman SMA buru-buru menelan ludah sebelum menjawab. OMG, kenapa serandom ini tugas pagi ini! Haha.. Buru-buru saya bikin pengakuan kalau saya tidak bisa memasang dasi. Tapi rasanya saya cukup sigap menanyakan masalah dan keinginan bapak, dasinya mau di-gimana-in, lalu melipir mencari bala bantuan di ruangan lain.
Happ.. Dasinya saya bawa dengan bangga.. *Padahal yang bikin bukan saya. :D
Segitu dulu deh cerita saya, beberapa memang harus saya saring juga. Saya bersyukur selama ini tidak ada kejadian yang membahayakan, karena cerita dari teman-teman sekretaris di daerah lain malah ada juga yang pada saat-saat tertentu jatuhnya sama sekali tidak kondusif.
Terima kasih sudah membaca tulisan yang beraliran curhat ini, apapun pekerjaan orang di sekitar kita, tidak boleh kita meremehkannya, karena tujuan kita sesungguhnya sama, membahagiakan orang-orang yang kita cintai.
Read more
Kembali ke urusan pekerjaan..
Sudah 4 tahun berkerja sebagai sekretaris, rasanya saya ingin berbagi sedikit cerita tentang pekerjaan saya sekarang ini. Bekerja di lapangan tentu berbeda dengan duduk di belakang meja, apalagi sebagai sekretaris. Walaupun sebenarnya fungsi yang dijalankan sekretaris di tingkat provinsi ini, kebanyakan hanya sekitar 50% terlaksana dari tupoksi sekretaris seutuhnya. Mungkin lebih ke delegasi penugasan dari instansinya. Yang jelas, beberapa teman yang sebelumnya pernah menjadi sekretaris di perusahaan swasta merasa pekerjaannya menjadi jauh lebih ringan saat sudah memasuki instansi yang sama dengan saya.
Kita mulai dari hal yang menyenangkan
Enaknya Jadi Sekretaris
Beda pemimpin beda kebiasaan, saya sudah menjadi sekretaris dari 3 orang pimpinan, boleh dibilang saya yang cukup mengetahui kebiasaan para pimpinan, baik urusan pekerjaan maupun hal yang bersifat pribadi. Termasuk seberapa percaya pimpinan terhadap sekretarisnya.
Jika pimpinan percaya penuh terhadap sekretarisnya, maka banyak hal yang akan menjadi tugas sekretaris seperti saya. Urusan pekerjaan seperti mengecek e-mail pribadi sampai hal-hal yang berurusan dengan keluarga akan dipercayakan kepada sekretaris. Ini termasuk juga kebaikan pimpinan dalam memberikan rasa terima kasihnya. Ada macam-macam, tapi kita bicara yang sudah pernah saya tuliskan di blog saja ya. Selebihnya jadi rahasia saja :)
Dari 2 pimpinan saya diberi jalan-jalan gratis di kota yang berbeda.
Baca juga:
Bali, Dream Comes True
Jogjakarta, Kota Dalam Doa
Ngomongin enaknya, ada gak enaknya dong..
Ada..
Ini pengalaman saya saat baru menjadi sekretaris: UUD: Ujung-ujungnya Duit!
Kebijakan Pimpinan dan Pengaruhnya Terhadap Sekretaris (Gila, udah kayak judul makalah aja.LOL)
Dalam urusan pengambilan keputusan, ada saat dimana pimpinan harus mengambil kebijakan. Entah kebijakan itu akan populer atau tidak populer dimata bawahannya. Kalau populer, aura baik bisa tersebar di kantor, kalau kalian sering menonton drama, bayangkan saja ruangan dan sepanjang koridor yang dipenuhi bunga-bunga yang bermekaran.
Kalau kebijakannya tidak populer? Bayangkan setiap orang yang bersentuhan langsung dengan kebijakan tersebut akan berjalan dengan kepulan asap hitam di punggung dan kepalanya.
Dan entah kenapa..
Saya, bawahan yang kebetulan ruangannya tepat di depan ruangan pimpinan akan menerima limpahan muka masam. Saya tentu ikut bersimpati jika kebijakan yang diterima oleh kawan sekantor itu tidak dianggap bijak olehnya. Tapi saya ini cuma bawahan juga, posisinya sama dengan teman-teman yang lain. Hanya saja, mungkin kebijakan itu tidak bersentuhan langsung dengan saya. Salah saya gitu ya? Huhu..
Selain muka masam, saya juga kerap menerima kalimat seperti;
"Bilang sama Bosmu..."
"Bosmu dimana?"
"Gara-gara bosmu, nih."
Bosmu..bosmu..bosmu..
Oh C'mon.. Rasanya saya langsung diberi batasan oleh teman-teman, padahal gaji kami ditanda tangani orang yang sama. Padahal saya juga masih teman mereka yang ingin kerja dalam suasana kondusif. Kalau kondusif kan bergaulnya enak ke teman-teman dan pimpinan. Hiks..
Pekerjaan (secara fisik) Tidak begitu berat, Tapi Mental Harus Kuat
Seperti juga front desk pada sebuah kantor, yang menjadi pintu utama pengunjung untuk masuk ke dalam kantor. Sangat besar kemungkinan sekretaris adalah orang pertama yang akan ditemui oleh pimpinan saat keluar maupun masuk ruangan. Yang seringkali tidak terbayangkan oleh orang lain adalah sekretaris harus menerima limpahan perasaan pimpinan.
Oke, blak-blakan saja. Mungkin ada hal yang tidak disukai oleh pimpinan, sekretarislah yang harus mendengarkan "ketidaksukaan" itu. Reaksi pertama yang ditunjukkan pimpinan itulah yang harus dicerna oleh sekretaris sebagai "kuping pertama" yang ditemuinya. Dan bisa jadi, kepada orang yang ingin "disemprot" itu, kadar emosinya sudah berkurang karena unek-uneknya sudah sempat keluar atau bahkan karena masalah waktu, saya dapat unek-unek live dan mereka dapatnya unek-unek delay. Wkwk..
Tapi.. (menurut saya) etikanya adalah apa yang sampai dikuping saya itu harus saya cerna sendiri, kalaupun sifatnya harus diberitahukan kepada orang lain, sekretaris harus menyampaikan tanpa menghasut atau memberi kesan negatif terhadap pimpinan yang menjadi atasannya. Dan menetralisir emosi yang akan disampaikan agar tidak berdampak buruk itu tidak gampang.
Nah.. sekarang masuk ke tugas yang paling penting..
Saya tidak punya dasar pendidikan tentang sekretaris, tapi satu nilai penting yang bisa saya janjikan adalah..
Menjaga Rahasia
Sekretaris berasal dari kata secret yang berarti rahasia. Sekretaris pada akhirnya diharapkan menjadi orang yang dapat menyimpan rahasia yang diketahuinya. Dan ini berat, Men! Bukannya saya tidak pandai menyimpan rahasia, tapi seperti rahasia pada umumnya, berarti ada pihak yang tidak seharusnya mengetahui informasi tersebut. Sialnya, orang-orang sering kali bertanya tentang hal yang bersifat rahasia kepada saya.
Menyikapi hal tersebut saya juga tidak ingin berbohong, maka saat mengetahui ada rapat penting, saya melakukan banyak hal agar tidak "terlibat" dengan materi rapat. Beberapa yang saya lakukan antara lain:
1. Mendengarkan musik lewat headset
Cara aman tapi membosankan. Saya harus duduk terus mendengarkan musik sambil bekerja, padahal pekerjaan saya tidak selalu harus duduk di depan komputer. Kalau bosan ya terkadang saya akan membuka blog dan BW untuk mengusir kejenuhan. Atau kadang saya kombinasikan kegiatan nomor 1 ini dengan kegiatan nomor 2.
2. Menjauh dari tempat rapat
Saya biasanya akan ke ruangan lain, kecuali diminta untuk tinggal di ruangan. Sejauh ini sih belum pernah dipertanyakan keberadaan saya di luar ruangan saat rapat. Kalau ditanya ya, saya jawab saja agar saya tidak tahu apa yang mereka bicarakan. :D
3. Menjaga Rahasia
Jika memang saya mengetahui pembicaraan rapat, ataupun rahasia lainnya (misalnya rencana sidak pimpinan) mau tidak mau saya harus bekerja sesuai tugas utama saya. Sekalipun ditanya saya tidak akan mengatakan saya tahu. Karena, jika menjawab "Saya tahu tapi saya tidak boleh bilang." Apa menurut kalian mereka lalu akan menyerah? Jelas makin penasaranlah mereka.
Ah.. dilema..
So, Please teman-teman, cari infonya jangan ke saya. Gak nyaman taukk :(
Tunggu saja sejenak, biasanya berita akan beredar dengan sendirinya. Walaupun jelas sumbernya bukan saya. :p
Itu tadi cerita yang kurang menyenangkannya, sekarang ke cerita konyol ya..
Harus Kepo?
Posisi sekretaris yang dianggap dekat dengan pimpinan membuat teman-teman beranggapan saya mengetahui banyak hal. Knowing Every Particular Object. Padahal tidak seperti itu, saya ini kudet alias kurang update terhadap banyak hal, mungkin karena sehari-hari saya berkantor seorang diri di dalam ruangan. Sesekali ke ruangan lain untuk mengantarkan disposisi surat, melaksanakan perintah pimpinan atau sekedar bersosialisasi dengan teman-teman.
Sesekali saya mendapat info dari hasil pembicaraan pimpinan yang nongkrong di sofa ruangan saya, atau bahkan infonya dari ruangan yang bahkan jauh dari ruangan pimpinan. Sesederhana itu informasi yang saya punyai, mungkin saya yang kurang awas, tapi saya memang tidak punya bakat kepo. :p
Lebih betah duduk mengerjakan yang lain daripada harus jadi Mbah Google.
Tahu banyak hal itu tidak selalu menyenangkan lho. :)
Pelupa
Saya, diakui oleh banyak teman-teman adalah seorang yang pelupa. Untuk tingkat keparahannya memang belum ada ukuran yang baku. Tapi tiap orang akan membandingkan dengan dirinya atau dengan orang lain yang diketahuinya memiliki kekurangan yang sama.
Berdasarkan pengalaman jadi sekretaris 3 pimpinan, ruang pemakluman ketiganyapun berbeda terhadap kekurangan saya yang satu ini. Ada yang memang akan mengingatkan, ada juga yang tidak akan bertanya lagi. Yang terakhir ini mungkin tergantung urgensi perintahnya ya, tapi kadang saya yang tiba-tiba ingat (dengan rentang waktu yang sudah lumayan panjang) jadi bingung sendiri, mau tanya lagi apa gak usah ya.
Contoh nih, saya diminta mencari sebuah buku, sudah saya carikan di toko buku di kota saya tapi tidak ada, opsinya adalah mencari di toko buku online murah bahkan yang mahal sekalipun, tapi karena terkendala suatu hal, urusan itu saya pending. Dan sumpah, saya baru ingat lagi sekarang saat menuliskan blogpost ini. *Meratap di bawah meja T_T
Tampaknya saya ini memang harus banyak-banyak menulis.Hiks..
Sigap, Siap Gelagapan! :D
Keadaan tidak terduga bisa terjadi saat sedang mengantuk, saat masih banyak pekerjaan, saat saya harus ke toilet, saat saya lapar , saat saya sedang makan atau saat saya tidak tahu apa-apa.
Mari saya beri contoh langsung. Suatu hari, Pimpinan harus memakai dasi untuk acara pelantikan, entah ada masalah apa, bos yang bisa memakai dasi tidak biasanya menanyakan "Ir, bisa pasang dasi gak?" Ini artinya pimpinan memerlukan bantuan saya untuk memasangkan dasi. Sampai disini saya perjelas dulu, bukan di leher pimpinan langsung ya.. Kalian terlalu banyak nonton drama! Hahah..
Saya yang terakhir kali memasang dasi zaman SMA buru-buru menelan ludah sebelum menjawab. OMG, kenapa serandom ini tugas pagi ini! Haha.. Buru-buru saya bikin pengakuan kalau saya tidak bisa memasang dasi. Tapi rasanya saya cukup sigap menanyakan masalah dan keinginan bapak, dasinya mau di-gimana-in, lalu melipir mencari bala bantuan di ruangan lain.
Happ.. Dasinya saya bawa dengan bangga.. *Padahal yang bikin bukan saya. :D
***
Segitu dulu deh cerita saya, beberapa memang harus saya saring juga. Saya bersyukur selama ini tidak ada kejadian yang membahayakan, karena cerita dari teman-teman sekretaris di daerah lain malah ada juga yang pada saat-saat tertentu jatuhnya sama sekali tidak kondusif.
Terima kasih sudah membaca tulisan yang beraliran curhat ini, apapun pekerjaan orang di sekitar kita, tidak boleh kita meremehkannya, karena tujuan kita sesungguhnya sama, membahagiakan orang-orang yang kita cintai.