Showing posts with label Nostalgia. Show all posts
Showing posts with label Nostalgia. Show all posts

22 Dec 2017

Mama, Siksaan dan Jasanya Bagi Anak Perempuan Semata Wayangnya

Hari Jumat, gak biasanya ada blogpost di hari Jumat, 2 aja sih kemungkinannya, kalau bukan karena job, karena ada sesuatu. Naahh.. Sesuatu itu adalah 22 Desember, diperingati sebagai hari Ibu, momen yang mengingatkan kita bahwa Ibu punya peran dan jasa yang besar, seperti halnya diperingatinya hari pahlawan, hari sumpah pemuda ataupun hari peringatan lainnya.

Tentu saja kita yang beragama Islam sudah banyak diingatkan bagaimana besarnya pengorbanan orang tua khususnya seorang Ibu. Saya akan mengutip surah dan hadist sekadar mengingatkan kita lagi:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun . Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Qs. Luqman : 14)
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.'” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)
Tak perlu saya jelaskan lebih jauh tentang maksud Surah dan Hadist di atas, kita semua tentu sudah sering mendengarnya.

Selanjutnya, saya akan menggunakan panggilan Mama untuk mengganti kata Ibu, karena ini akan bercerita tentang pengalaman pribadi saya yang sehari-harinya memanggil Mama.


Siksaan Mama
Sejak kecil, Mama saya kenal sebagai orang yang keras, disiplin dalam menjalankan apa yang sudah menjadi tujuannya. Saya, seorang anak yang belum mengerti akan banyak hal merasa Mama menyiksa saya, akan banyak hal. Terutama yang berkaitan dengan waktu bermain.

Saat di rumah, saya merasa tidak begitu leluasa bermain, saya merasa selalu disiksa oleh Mama karena perintahnya untuk tetap berada di dapur; meniup api menggunakan bambu, mengupas bawang, mencuci ikan, menumbuk bumbu yang terasa seperti setahun saat mendengar teman-teman asyik bermain di samping rumah, memetik sayur (kebanyakan menggunakan tangan atau kuku yang akan membuat warna kuku berubah menjadi kecoklatan, jorok!). Huahhh... gelisah pokonya!

Sesekali saya kabur melalui dapur saat Mama lengah, dan tidak jarang saya tertangkap dan digiring untuk kembali ke rumah sambil mendengar kalimat yang sama, berulang-ulang, seperti promosi 3 pasang kaos kaki seharga Rp. 20.000 saja.
"Kamu nanti mau jadi apa kalau tidak bisa memasak?" Seru mama berulang-ulang.

Bosan, annoying banget buat anak Sekolah Dasar seperti saya.

Baca juga: Saat Mama Tidak Berada di Rumah

Sampai memasuki jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang kemudian berganti nama menjadi Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), malam Minggu saya sudah jelas tempatnya, KAMAR MANDI! Ngapain? Nyuci!! T_T

Seingat saya, saya diberi tanggung jawab untuk mencuci pakaian saya sendiri sejak saat itu, jika tidak mencuci, tidak akan ada pakaian sekolah, resiko tanggung sendiri. Padahal ya, kalau mau dibilang, ada kok "anak tinggal" di rumah kami. Tapi saya tidak boleh dibantu, no, no at all!

Sedikit tentang istilah anak tinggal, dulu, karena fasilitas sekolah masih sangat terbatas di daerah perdesaan, maka sejak jenjang SMP dan umumnya Sekolah Menengah Atas (Sekarang SMU), anak-anak yang tidak mempunyai fasilitas sekolah dikirim orang tuanya untuk sekolah di daerah perkotaan, baik itu numpang tinggal bersama keluarga, orang yang baru dikenal tapi dipercaya untuk dititipi anak (biasanya mereka tinggal juga sambil membantu pekerjaan rumah tapi tidak dianggap pembantu), atau dibuatkan gubuk untuk tinggal bersama dengan teman-teman sekampungnya. OMG, i miss them.. :(

Kembali ke topik, saya yang tidak rajin tentu saja sering kena marah oleh Mama. Kadang ada perasaan stress juga mendengar Mama terus-terusan mengomel, terlebih standar kebersihan dan kerapian mama sangat jauh levelnya dengan standar saya. Jelas aja sih bakal kena omel! LOL

Perasaan Bangga Itu Muncul Saat SD
Saya ingat betul, saat SD saya dipertemukan dengan sepupu 2x saya yang bernama Rani. Bertemu dan menjadi sangat akrab secara tidak sengaja hanya karena 1 sekolah, dan saya minta izin untuk bermain di rumahnya sepulang sekolah. Qadarullah, setelah orang tua menelusuri, ternyata Rani sepupu 2 kali saya! Senangnya, saya jadi lebih bebas memanjat dan menguasai pohon jambu di halaman rumahnya!! hahah..

Oke.. Skip, bukan itu yang membuat saya bangga, jadi suatu hari (semoga saya tidak salah ingat), kami berdua saja di rumah, saat kami ingin makan, makanan saat itu hanya ada ikan saja, tidak ada sayur, melihat sayur kangkung yang tumbuh subur di tanah kosong di dekat rumah Rani, sayapun menawarkan diri untuk memasak kangkung tumis. Rani sempat membuat pengakuan bahwa dia tidak bisa memasak, saya dengan berlapang dada (padahal mulai riya :p) mengajaknya memetik kangkung (ini juga hal yang biasa saya lakukan untuk membuat Mama senang karena tak perlu membeli sayur lagi).

Singkat cerita kangkung tumis lahap dimakan oleh Rani dengan pujiannya yang mengatakan rasanya enak. Sumpah ya, bangga banget waktu itu, akhirnya saya punya kelebihan juga dari si pandai Rani. Apalagi dia mengatakannya dengan sangat kagum. Like... dia gak nyangka banget saya bisa masak. Saya bilang "gampang jiii.." sambil tersenyum dan kepala yang masih terlihat kecil namun sebenarnya udah berasa ngembang banget. LOL

Baca juga: 5 Kesamaan Antara Saya dan Mama

Saat Siksaan Berubah Rasa Menjadi Nikmat
Mungkin, jika membaca separuh saja dari tulisan ini, akan terkesan Mama menyiksa saya sedemikian rupa dengan segala perintah dan aturannya. Ketahuilah, saya menggunakan sudut pandang anak SD yang masih gila bermain dan tidak berpikir panjang pada Sub Judul di atas.

Saat ini, jangan tanya bagaimana perasaan disiksa itu berubah menjadi rasa syukur karena (walaupun tidak jarang dengan terpaksa) menjalankan kemauan Mama untuk membantu di dapur.

Sejak tamat SMA, dan saya ditugaskan di kepulauan, saya jadi tidak kagok dengan pekerjaan dapur.

Saat pekerjaan saya berhubungan dengan pengeluaran dapur responden, saya tidak bingung tentang bumbu dapur apa saja yang disebutkan atau kemudian dengan mudah mengidentifikasi pertemanan komoditinya.

Dan hingga saat ini, saat suami memuji masakan saya, saat menyajikan makan dan suami membanggakannya kepada orang lain, perasaan saya tentu bangga dan senang sekali.

Perasaan-perasaan di atas tentu tidak dapat saya rasakan jika bukan karena jasa Mama, yang walau sering kali saya sakiti dengan bantahan dan aksi kabur-kaburan, Mama tetap disiplin menjalankan apa yang menjadi targetnya. Membuat saya setidaknya tahu bekerja di dapur, bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan domestik.

Masih teringat juga kalimat Mama: "Mudah-mudahan nanti kamu dapat suami yang berduit, kalau tidak nanti kamu bagaimana?"

Jangan diartikan Mama saya matre ya, maksud Mama melihat saya yang suka malas-malasan itu, kalau suami saya nanti punya penghasilan pas-pasan, dan saya tidak bisa mengerjakan pekerjaan domestik, bagaimana kami akan membayar pembantu?

Jadi sadar juga, kalimat Mama tuh jadi doa untuk saya, Alhamdulillah saya merasa suami saya berduit Ma.. dan saya juga penuh rasa cukup dan bersyukur. Apalagi saya juga akhirnya bisa melakukan pekerjaan domestik, kantoran dan lapangan. Ini anak hasil doa dan didikan Mama yang suka ngomel (demi kebaikan dan karena sayang). Dan sepertinya, sedikit banyak, saya membayangkan akan jadi Ibu seperti Mama jika sudah dikaruniai anak nanti. Suka ngomel juga. Wkwkwk..


Maaf dan terima kasih Ma, saya masih terlalu kaku untuk bilang itu langsung ke Mama, saya takut menangis seperti saat saya mengetik ini, jika diberi pilihan untuk mengganti sosok Mama, saya tetap ingin Mama yang ini, yang sayang sama saya, yang suka mengomel, yang perfectionist, yang tetap menerima anaknya dengan sedikit kelebihan dan banyak kekurangan ini. Uhibbuki fillah..

Tetap sehat, tetap bahagia, tetap tegur saya jika salah. Karena saya masih anak Mama dan Mama masih orang tua saya. Dan karena saya ingin Mama, Bapak, adik-adik dan keluarga besar kita bahagia, walau belum tentu bisa saya bahagiakan, walau tentu tak bisa menebus sedikitpun pengorbanan tampak dan tak tampak dari Mama...

Teman-teman, punya pengalaman yang sama dengan pemikiran masa kecil yang berpikiran negatif ke orang tua atau hususnya ke Ibu dan baru sadar setelah dewasa seperti saya? Share di kolom komentar ya :)

#MenulisAsyikdanBahagia
Read more

23 Jan 2017

3 Foto Instagram Paling Berkesan

Dizaman kekinian, aktivitas sehari-hari sepertinya tidak bisa lepas dari interaksi di media sosial. Bangun pagi selain melihat jam di HP, lanjutannya pasti gak jauh-jauh dari mengecek pemberitahuan atau update terbaru dari media sosial yang kita punyai.

Berbicara tentang media sosial, Instagram adalah salah 1 media sosial yang juga saya manfaatkan hampir setiap hari, walaupun tidak selalu mengunggah foto, tapi minimal saya buka untuk memberikan like kepada foto teman, maupun aktivitas follow (mengikuti) akun Instagram lainnya.


Satu kesamaan dari seluruh akun media sosial saya adalah saya tidak megikuti akun para artis kecuali ada pesan kebaikan yang disampaikannya, khusus untuk Instagram kebanyakan yang saya ikuti tentu saja para bloger dan akun-akun inspiratif lainnya, baik itu foto yang dibagikan atau keterangan pada foto yang bisa menjadi pengingat atau memotivasi pembacanya. Selebihnya adalah akun keluarga ataupun teman-teman saya. Jadi kalau saya kurang update masalah artis dan dunia pergosipan, itu memang pilihan saya. :)

Saya lupa kapan tepatnya membuat akun Instagram, kalau mau merujuk pada foto pertama, foto yang pertama kali saya unggah adalah pada tanggal 12 Februari tahun 2013. Sampai saat ini saya sudah mengikuti 520 orang, diikuti oleh 600 orang dan baru memposting 112 foto. Sedikit ya untuk kurun waktu 3 tahun? Bukan tanpa alasan sih, sebelumnya saya lama vakum dan membiarkan Instagram saya menganggur, karena malas mengunggah foto diri.

Tapi akhirnya saya kembali ke jalan yang benar aktif di Instagram saat liburan bulan Desember 2014, saya sadar foto Instagram tidak melulu harus foto berisikan wajah saya. Saya bisa menyalurkan hobi fotografi saya melalui aplikasi itu meski hanya bermodalkan HP untuk memotret.  

Keindahan yang diabadikan di dalam foto jelas tidak akan menggambarkan sepenuhnya keindahan yang terlihat, karena kamera terbaik tetaplah sepasang mata yang dianugerahkan Allah untuk kita. 

Tapi, keindahan alam itu harus dibagikan, apalagi jika akun saya bisa bantu mempromosikan keindahan alam Indonesia dan Sulawesi Tenggara sebagai kota kelahiran saya khususnya. Itu misi utama Instagram saya. Tapi tentu saja saya juga senang berbagi momen berkesan yang saya rasakan melalui foto. :)

Seluruh foto tentunya punya cerita dan kesan tersendiri, tapi jika harus memilih 3 saja, saya akan memilih 3 foto di bawah ini untuk mewakili Kisah Foto Instagramku:

1. Foto favorit bersama kakek (29 November 2013)
Foto saat saya sedang bercanda dengan kakek itu adalah foto ketika kakek (Ayahnya Mama) masih tinggal di rumah saya. Kakek saat itu sudah berumur 90-an, ingatan beliau sudah terkikis dan perilakunya sudah kembali seperti anak-anak. Tapi kakek memang berpembawaan ceria, sekalipun pikun, kakek dapat merespon candaan kami dengan baik dengan ikut tertawa lepas bersama kami.

Selalu rindu kakek, terutama karena kakek juga meninggal saat saya harus geladi Wisuda Oktober tahun 2014 lalu. Kakek meninggal di Pulau kelahirannya dan saya tidak bisa hadir sekalipun rela meninggalkan wisuda. Well, it' was a sad graduation actually. :(

2. Foto bersama sahabat dekat (27 November 2016)

Salah satu momen sedih adalah melepas sahabat pergi jauh dari jangkauan mata. Foto diatas adalah momen sehari sebelum salah satu sahabat saya harus pindah tugas, kembali ke kota kelahirannya, Malang. Ikut senang tentu saja, tapi rasa sedih juga tidak bisa disembunyikan. Kami sayang, kami merasa kehilangan dan tetap ingin saling memberi support satu sama lain. Itu yang ingin coba saya sampaikan melalui keterangan foto tersebut.

3. Foto sampah di Telaga Menjer
Banyak foto yang berkesan, apalagi tentang keindahan alam. Tapi foto ini menjadi berkesan dan memang sengaja saya ambil untuk meninggalkan pesan bahwa meninggalkan sampah setelah menikmati keindahan alamnya itu adalah perbuatan tidak tahu terima kasih. Sekalipun ada petugas kebersihan, kewajiban pengunjung tidak serta merta gugur dalam menjaga kebersihan tempat yang didatanginya. Duh, kan.. jadi berapi-api lagi saya. Haha..

Itu dia 3 foto paling berkesan sejak saya mulai mengunakan Instagram. Teman-teman punya kisah apa dibalik foto-foto Instagram yang sudah diunggah?


Read more

31 Oct 2016

5 Cara (Jadul) Murid Sekolah Membunuh Rasa Bosan Saat Jam Pelajaran Berlangsung

Membaca tulisan Ibu Guru Umi di KEB yang berjudul Membunuh Rasa Bosan, mengingatkan saya pada masa-masa sekolah dulu. Pasalnya ibu guru cerita tentang bosannya ia menunggui murid yang sedang ujian. Wajar kan ya? Gak bisa mainan HP, harus merhatiin murid dan itu berlangsung selama berjam-jam. Ibu guru juga bisa bosan ternyata. Hihi..


Sekarang untuk memberikan tanggapan dalam collaborative writing kali ini, saya ingin bercerita dari sudut pandang murid, bagaimana seorang (biasanya sih komplotan) murid mengusir rasa bosannya di sekolah. Tapi karena yang akan saya ceritakan ini rasa bosan saat jam pelajaran berlangsung, maka sebut saja ini kenakalan remaja. Hanya untuk bernostalgila dan jangan ditiru. Ciyuss!

Banyak hal yang biasanya membuat murid bosan saat jam pelajaran:
  • Cara mengajar guru yang membosankan (maaf ya para pengajar)
Saya sadar sekali bahwa mengajar itu tidak mudah, salah satunya adalah bagaimana seorang guru menjadi guru yang "asik" di mata siswa. Ini penting, karena jika cara mengajarnya dapat diterima oleh siswa, pelajaran sulitpun akan gampang dicerna.

Let me say, pelajaran Kimia di SMA kelas 3 dulu menjadi pelajaran favorit karena cara mengajar gurunya yang menyenangkan, mudah dimengerti. (Ini hasil survey guru Bahasa Inggris di Kelas dulu).

  •  Memang Muridnya yang Gak Bisa Tenang
Oke, murid/siswa yang bosanan memang ada, gak bisa tenang sebagus apapun cara gurunya menjelaskan suatu materi. Gak selamanya semua kesalahan guru.

  •  Muridnya Gak Ngerti
Nah, kalau yang ini, memang ada 2 hal sih penyebabnya, memang dari cara mengajar gurunya atau memang yang disampaikan guru itu sudah mental aja, gak bisa masuk ke otak, blas!

  •  Belajar di Jam Rawan
Pada ngerti kan? Siang-siang, gerah, mengantuk, terus belajarnya misalnya Sejarah, Geografi, Fisika, Matematika atau PPKN (Ya ampun, ketahuan angkatannya kalau nyebut mata pelajaran ini mah, apa kabar yang PMP ya? LOL).

Tidak bisa dipungkiri yang saya sebutkan di atas itu termasuk pelajaran yang gurunya harus punya skill tinggi, bukan hanya mampu transfer ilmu tapi juga menarik perhatian siswa. Gak semua pelajaran membosankan lho ya, ini berdasarkan pengalaman saya saja.

Oke, pembelaan saya sudah banyak, sudah saya sampaikan agar kesannya saya masih anak baik-baik *apa sih* Haha..

Jadi, waktu masih jadi murid sekolah dulu, bosan, ngapain?

1. Berbalas pesan lewat kertas
Ini entah ngomongin guru, rencana saat jam istirahat, rencana saat les, PR, apapun! Demi mengusir rasa bosan. Maklum kan jadul nih ceritanya, belum punya HP, kalaupun ada hanya segelintir saja yang punya. Kenapa berbalas pesan lewat kertas? Biar gak kelihatan lagi ngobrol saat jam pelajaran terus kena tegur guru! :D

Jadi kelihatannya cuma nyatet, kemudian memperhatikan (pandangan ke papan tulis) tapi tangan sibuk ngoper ke teman, teman juga sebaliknya gitu. Iya kalau temannya dekat, kalau jauh colek teman lain dulu buat jadi perantara. Hahah

2. Menggambar/Corat-coret.
Ini biasanya sih aktivitasnya murid cowok nih, gambar apa saja yang ada di pikirannya, yang cewek juga sih. Coba saja cari di buku catatan, di halaman belakang, atau tengah itu biasanya ada hasil menggambar atau sekedar coretan abstrak hasil kebosanan. :D

3. Izin Keluar Kelas
Ini kelakuan saya waktu kelas 1 SMA, saat masih "girly-girly-nya". Jadi.. saya izin keluar kelas, jajan di kantin, kalau lagi usil bawa minuman dingin, trus pamerin ke teman-teman di dalam kelas. Saya duduk di taman depan kelas, cari spot yang terlihat oleh teman-teman tapi tidak terlihat oleh guru. Iya, saya provokator. Bikin teman-teman gak konsen belajar. Setelah beberapa menit masuk kelas senyum-senyum, udah fresh lagi, sementara teman-teman udah pengen nampol pakai benda apapun yang ada di depan mereka. *Tutup muka*

4. Usilin Teman
Entah nyembunyiin alat tulis, dorong-dorong kursi atau ngagetin teman. Apa saja yang bisa membuat saya/teman-teman lain tertawa cekikikan. Prinsipnya "Daripada tidur di kelas?!".

5. Main game
Hayoo main game apa? Masih ada gak sih yang bawa tetris ke sekolahan jaman SMA dulu? Kalau saya sih ingatnya 2 permainan saja. Main perang-perangan atau main catur! Girly banget yah mainan saya? Haha..

Jadi kalau main perang-perangan itu mainnya pakai kertas, gambar orang-orangan dan saling bom juga lewat gambar. Cuma modal 1 lembar kertas, pulpen dan jangan ketahuan guru! LOL

Sumber: aliexpress.com

Kalau main catur gimana? Pakai catur mini! Itu lho yang magnetik, kelas 2 saya hobi banget main catur ini di pelajaran FISIKA! Nguantuk puoll kalau ibu guru ngajar, kalau gurunya datang papan caturnya masuk laci meja lagi.

Psstt.. Teman saya main catur dulu sekarang jadi guru, semoga muridnya gak "bandel" seperti kami. :D

~***~

Oke, sudah tergambar betapa girly-nya saya jaman sekolah dulu? Itu hanya mainan kalau lagi jam belajar lho, belum saat jam istirahat. LOL.

Untuk klarifikasi lebih jauh lagi, walaupun kadang saya main pas jam belajar, nilai saya cukup bagus, lumayanlah selalu masuk 10 besar, meningkat 3 besar, karena yang saya gak ngerti saat jam belajar akan saya tanyakan ke teman yang mengerti, tetap ada rasa tanggung jawab, mainnya cuma buat nahan kantuk aja. *Yakali teman saya gak ngantuk juga. :D*

Nah.. itu tadi cara saya mengusir rasa bosan, bahasnya khusus saat sekolah saja, kalau sekarang sih sudah lain. Pengen nostalgila aja.

Kalau teman-teman saat bosan di jam pelajaran dulu ngapain? Jawabnya gak usah jaim ya, biar saya ada temennya.. Hihi..

PS: 
- Yang masih sekolah jangan ditiru, chatting/ber-sosial media saat guru mengajar itu gak baik *Look who is talking! Palm face.
- Kalau yang baca tulisan ini guru, jadikan bahan introspeksi dan memperketat pengawasan, terutama siswa yang duduk di belakang! Kalau ada istilah jam rawan, ada juga posisi rawan. :D
- Jangan dikira saat menulis ini saya gak terheran-heran dengan kelakuan saya dulu, tadinya hanya nulis yang lucu aja, setelah ngetik yang memalukan/agak nakalpun ikut terpanggil juga dalam ingatan.

Read more

9 Jun 2016

Ramadan di Rantau



Ramadan datang
Suka cita hati menyongsong
Aku yang dirantau orang
Tak bisa bersama keluarga tersayang

Ibu bertanya kabar hari ini
Sambil menyebut satu per satu masakannya
Seolah jemawa akan hasil tangannya
Keinginan bersama anak ia sembunyikan dalam hati

Aku menjawab ringan
Sesekali memuji masakannya
Sewaktu-waktu melempar alasan
Tapi semua indraku ingin berada di dekatnya

Hatiku rindu
Tapi tak bisa kuungkapkan pada Ibu
Suasana hatinya akan sendu
Selain itu aku takut tergugu

Aku di rantau orang
Keluarga di kampung halaman
Walau rindu akan kutahan
Demi Idul Fitri bersama mereka yang kusayang

*Terinspirasi kenangan selama merantau
090616 -9.15 PM
Read more

1 Jun 2016

Selamat Jalan Sahabat

Pagi ini awan hitam menggantung di langit, suasana kantor juga mendadak muram, kami yang biasanya saling tertawa melihat tingkah para pembalap mengejar absensi tepat waktu berubah drastis ekspresinya saat mendengar kabar meninggalnya salah seorang teman kami. Mas Zaenal..

Bagi saya, Almarhum bukan teman biasa, dia adalah teman seangkatan saat diterima menjadi PNS tahun 2005 dulu. Seangkatan saja belum tentu akrab kan? Almarhum juga adalah teman seperantauan saya di kabupaten dulu, teman saya dan kawan-kawan mengusir sepi di Kabupaten Muna.

Saya ingat sekali bagaimana akhir minggu kami di sana, berkat Almarhum yang sudah pandai mengemudikan mobil, kami jadi rajin ke pantai, tidak peduli sedang mencucipun saya "dipaksa" ikut ke pantai. Almarhum santai saja kalau sudah ke kontrakan saya, maklum Almarhum akrab dengan penghuni kontrakan lain yang semuanya perantau dari Jawa.

"Sudah..nyucinya nanti aja, ke pantai dululah."
Katanya cuek.

Saya bingung, bengong, tapi buru-buru ganti baju. Hehe

Hampir setiap akhir minggu kami ke pantai, sore sepulang kantor kami nongkrong makan gorengan di bay pass. Kami yang dulu merantau berjamaah banyak menghabiskan waktu bersama di kabupaten yang sepi itu. Untuk mendaftar kuliahpun kami masuk berjamaah satu angkatan, berhenti kuliah 1 angkatan, daftar UT, ujian.. bareng-bareng lagi.

Danau Napabale tahun 2007

Kami sangat solid sebagai sesama perantau, kadang para laki-laki belanja ke pasar dan kami yang memasak, apalagi kalau ada yang sakit, kost-annya kami invasi untuk memasak bubur. Kami sudah seperti keluarga.

Saya ingat saat PPLS dulu rusuh karena BLT, kami harus turun ke lapangan dan kebetulan saya 1 tim dengan Almarhum, dengan emosi warga yang sudah memuncak, kami keluar dari rumah kepala Desa. Saat naik di boncengan tidak biasanya Almarhum memberi tahu: "Kalau ada apa-apa, pegangan saja." Saking gentingnya keadaan waktu itu, saya membayangkan ada busur yang tertancap di punggung saya. Kami menyusuri jalanan dengan motor butut (kecepatannya kalah dengan kecepatan orang berlari) di daerah yang asing bagi kami, kiri-kanan masih berupa hutan.

Beberapa tahun kemudian satu persatu teman-teman seangkatan saya pindah ke Kendari, termasuk Almarhum. Sekalipun begitu, saat saya datang, selalu kami sempatkan untuk membuat acara. Salah satu acara yang berkesan adalah acara "Mosonggi" atau acara makan sinonggi (kalau di Papua namanya Pappeda) yang saya buat, tapi acara itu disabotase oleh salah seorang teman seangkatan juga. Dia yang saya minta memanggil teman-teman malah memberi tahu bahwa akan ada acara lamaran. Kamipun tertawa-terpingkal-pingkal saat beberapa teman datang dengan pakaian rapi. Almarhum bersama istripun begitu, istrinya sampai nyalon dan membatalkan ke undangan nikahan karena mementingkan undangan (yang dipalsukan) dari saya. "Kamu kan sudah keluarga juga, jadi kami batalkan ke undangan." Begitu kata istrinya yang menceritakan hasil percakapannya bersama Almarhum waktu itu.

Acara lamaran palsu

Seiring waktu teman yang dulu akrab mulai menjauh, ada yang karena jarak, ada pula yang seketika menjadi kagok. Saya dan Almarhum yang akhirnya 1 kantor (setelah saya pindah) pun tidak begitu sering kumpul-kumpul lagi, tapi kami masih akrab, saling ledek atau bertukar kabar tentang anaknya dan teman-teman yang masih ada di Kabupaten (termasuk teman kontrakan saya dulu).

Sampai akhirnya Almarhum sakit, seingat saya awal tahun 2015, sampai sekarang saya kurang jelas sakitnya apa, tapi secara fisik dan semangat saya lihat memang perubahannya drastis, Almarhum tidak segesit dulu lagi, wajahnya juga layu, termasuk semangatnya untuk "ngerecokin" temannya, sudah berkurang.. Tapi semangatnya untuk berobat masih tinggi. Terbukti dari izin yang diambilnya untuk berobat beberapa bulan terakhir sampai pagi tadi meninggal di RS. Sarjito - Jogja.

Saya kaget (tapi jatuhnya tidak percaya) mendengar kabar itu, segera saya konfirmasi ke teman, mulai mengabarkan ke teman-teman di kabupaten, saling bertukar rasa kaget dan banyak menghela nafas panjang.. Lalu rasanya ada yang salah, saya putuskan menulis, dan air matapun jebol di paragraf ke-2. I know I need to cry for you. Even after that I can't controlled my teary eyes. It's okay...

Selamat jalan Mas.. Semoga sakitmu menjadi penggugur dosa, saya hanya bisa bantu mendoakan. Innalillahi wa innailaihi roji'un.. Allahummaghfirlahu warhamhu wa‘afihi wa’fu ‘anhu...

Tanyakan kabar karib kerabat Anda hari ini, pastikan mereka tahu Anda peduli...

Read more

10 Aug 2015

Apa Kabar Kolam Renang Koni?

Seperti nostalgia, kolam renangnya kosong, tapi saya melihat teman-teman SMP saya bermain di tengah dan pinggir kolam... Kolam renang legendaris koni..

Beberapa hari yang lalu, saya berkesempatan memasuki (lagi) arena kolam renang koni di kota saya, Kendari. Selain sebagai tempat latihan atlet renang, tempat ini juga sangat sering digunakan sebagai tempat praktek olahraga renang berbagai sekolah, untuk saya sendiri sampai kelas 3 SMP, kurang lebih 14 tahun lalu *bakar KTP*, sejak kelas 1 guru olahraga rajin menjadwalkan praktek renang kami ke kolam renang ini. Sayangnya sampai sekarang saya tidak pandai berenang. :D

Pinggir kolam, tempat favorit :D

Sudahlah, jangan tanya kenapa saya tidak pintar-pintar berenang juga, mari mulai bernostalgia saja ^^

Jam Bermain yang Terenggut
Kalau guru olahraga sudah mengumumkan jadwal praktek renang, kami pasti mengeluarkan kata-kata keluhan. Bukannya apa-apa, selain harus minta uang tambahan ke orang tua untuk membayar karcis masuk kolam renang Rp. 1.500 dan ongkos angkot (lupa bayar berapa, yang jelas jaman dulu nilainya lumayan), jam bermain kami juga terenggut karena harus praktek renang, prakteknya diluar jam sekolah...itu artinya jam belajar bertambah dan jam bermain berkurang, suatu kerugian besar untuk kami yang waktu itu sampai sekarang juga masih gila main. Hihi...

Celana Pendek yang Wajib Dibawa
Praktek renang di kolam renang ini diwajibkan memakai pakaian renang, kami anak perempuan langsung "Hiiii" geli membayangkan harus berpakaian renang, tapi bagaimana lagi, ini memang sudah ketentuan dari pihak pengelola, padahal kalau dipikir-pikir baju renang sekarang kan makin mini, kurang bahan dan ahhh..sudahlah..yang penting saya tidak harus pakai pakaian renang lagi kalau mau main air...

Saya ingat sekali, pakaian renang paling sopan itu yang berlengan *Thanks to Mama, saya dibelikan sesuai permintaan*, tapi sangat jarang yang bawahannya berupa celana sampai di lutut. Yaa.. maklum saja.. dulu, sedikit saja paha kelihatan itu adalah momen yang sangat memalukan, bahkan bisa jadi bahan ledekan teman-teman, jaman sekarang jangan ditanya lagi, pakaian-pakaian syar'i makin banyak, tapi orang sudah tidak malu lagi jika pahanya kelihatan, malah jadi trend. Astaghfirullah.. Dulu itu rasa malu tinggi sekali kadarnya walaupun belum dihubungkan dengan ketentuan agama.. Jangan tanya yang sekarang..

Back to topic, untuk melengkapi pakaian renang agar kami tidak merasa terlalu risih, pakaian renangpun kami dobel dengan celana pendek selutut, jadi kalau ada yang lupa, dapat dipastikan seketika dia akan mengalami gegana..gelisah galau merana..ya iyalah malu bangeeett.. jadi celana pendek untuk kami saat itu hukumnya fardhu ain untuk dibawa. :)

Pisang Goreng Makyusss
Salah 1 hiburan saat sudah berada di area kolam renang adalah pisang goreng. Pisang goreng dan Daeng adalah trade mark tersendiri untuk kolam renang koni. Entah kenapa pisang gorengnya rasanya enak sekali, mungkin karena setelah berenang suhu badan kami menjadi dingin dan perut jadi keroncongan. Pisang gorengnya pun disajikan saat masih panas, ngepul from wajan!! Hahah... Tidak perlu merasa lapar, aroma pisang goreng yang sedang digoreng dari kantin Daeng itu sudah sangat memprovokasi perut. Aihh...saya ngeces sendiri ingat momen itu :D

Ada Daeng tuh, do you guys miss him? :D

Ada satu lagi memori yang melekat jika mengingat tempat ini, tapi disimpan saja dulu supaya mood kangen-kangenannya gak rusak :p
===

Bangunan kolam renang yang semakin tua :(

Melihat bangunan ini lebih dekat, tidak banyak perubahan pada fasilitasnya, masih tampak sama seperti terakhir memasuki area kolam renang ini, ada tambahan beberapa bangku di sebelah kanan kolam hanya saja bangunannya yang dulu putih sekarang sudah tampak usang karena tidak terawat, masih saya temui Daeng saat masuk, hanya saja pisang gorengnya sudah tidak ada lagi, mungkin sudah tergantikan oleh kulkas berisi es krim, minuman instan dan kue-kue dari pabrik dengan berbagi merk. Kalau Pisang gorengnya masih ada, OCD pun bakal saya jebolll.Hihi...

Oh ya, saya sempat bertanya kepada seorang ibu yang menjaga kantin, katanya guru-guru olahraga masih sering membawa murid-muridnya untuk praktek renang di tempat ini. Sekarang biayanya Rp. 3.000 untuk anak-anak dan Rp. 5.000 untuk dewasa, kalau ingin menyewa pakaian renang biayanya Rp. 5.000

Ahh.. duduk menonton anak-anak sekolah praktek renang dari tribun kolam renang sambil bernostalgia makan pisang goreng es krim sepertinya enak ^^
Read more
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...