Gambar diambil dari solorayaonline.com |
Setelah menutup telfon saya pun 'diinterogasi' oleh teman-teman, setelah saya ceritakan percakapan di atas..eh..belom selesai deh...mereka udah langsung bilang "Hati-hati ya, jangan kasih nomer kontak sembarangan, itu ujung-ujungnya cari nomer HP bendahara minta ditransferin duit, sekitar setahun yang lalu juga gitu waktu pergantian kepala kantor..."
Jeeeenggg.... dan suara gitarpun mengalun...ehhh...salah fokus...jantung saya berdegup cukup kencang, saya langsung shock.. ga nyangka bahwa modus-modus penipuan tuh sudah secanggih ini, ga hanya pebisnis yang pandai memanfaatkan momen, tapi juga penipu...lama saya bengong di lobby dengerin teman-teman bahas modus nyamar jadi kepala kantor ini... Teman-teman juga tidak menyalahkan saya, mereka mengerti saya kelamaan tugas di daerah dan belum lama ini jadi sekretaris.
Sebelumnya sebenarnya saya cukup sering menjadi bulan-bulanan penelfon dengan berbagai macam modus, sering kali mereka meminta nomor kantor kabupaten atau CP untuk daerah yang belum ada telpon kantornya, biasanya mengaku-ngaku sebagai pejabat negara; KomPol, anggota DPR atau kepala kantor instansi tertentu dengan modus ingin menjalin silturahim, ingin berkoordinasi, atau apalah...tapi UUD alias Ujung-Ujungnya Duit.
Untungnya saya cepat bertanya dan teman yang sebelumnya menjadi sekretaris sudah mewanti-wanti bahwa telepon seperti itu tidak perlu dilayani. Kadang saya bosan ditelfon oleh orang-orang yang berniat jahat itu, saya sampai hafal backsound di tempat si penelfon, riuh suara orang lain yang sedang nelfon juga lumayan menjadi ciri khas mereka, kalau gak dapet seminggu kedepan telfon lagi, kadang dengan orang yang sama atau bisa ganti orang juga, bagaimanapun mereka mencari celah kelalaian kami.
Disisi lain saya juga harus ramah menyapa penelfon, bahkan sekali waktu saat si penelfon mengaku sebagai Kompol dan menyebutkan nama, saya sampai dibentak-bentak karna ga ngasih nomor kantor kabupaten, padahal saya sudah jawab dengan cara yang halus, mempersilahkan si penelfon datang ke kantor jika memang benar-benar ingin berkoordinasi tapi tetap saja saya disemprot. Buseeettt..udah salah masih juga ngotot, mood saya sukses memburuk waktu itu.
Kenapa saya yakin bahwa penelfon ini pasti UUD? Karna saat saya share ke grup Sekretaris di BBM teman-teman dari provinsi lain juga mengaku sering mendapat telfon yang sama dan kedua... kalau memang ingin berkoordinasi kenapa tidak pernah ada tindak lanjut dari instansi yang namanya dipakai untuk meminta nomer telfon itu untuk datang ke kantor atau kalaupun saya yang dianggap tidak bisa bekerja sama melalui telfon dilaporkan ke atasan saya?
Segala hal yang bisa kami bantu pada dasarnya akan kami usahakan selama tidak ada kemungkinan penyelewengan informasi. Dan saya rasa inilah salah satu tantangan saya yang dulu sering kali berhadapan dengan berbagai orang dilapangan yang sekarang harus duduk menjadi sekretaris, menyediakan keramahan walau hati kadang teriris oleh tajamnya lidah...hahaha...serius banget rangkaian katanya...ketahuan abis nonton telenovela.. :))
Intinya, hati-hati :)
wahh, pengalaman unik nih Mbak. koq bisa ngerti situasi kantor ya, saat ada pergantian kepala kantor baru. ngeri juga ya, kalo tau-tau udah ngasih nomor rekening, lalu sang bendahara kasih transferan. ndrawasi juga tuh.
ReplyDeleteOK deh, yang penting udah terantisipasi, menjadi peringatan Mbak Irly, juga kita semua, untuk jangan mudah percaya sama orang. bisa sangat berbahaya. makasih Mbak, ini mengingatkan sekali kita-kita, di manapun.
Nah, itulah yang bikin bengong... Update sekali modusnya..
DeleteSama-sama pak..semoga bermanfaat :)
yang penting kita kudu hati-hati ya Mbak, segala modus sudah dikuasai mereka
DeleteModus kejahatan itu. Lebih seram dari modus mama minta pulsa -_-
ReplyDeleteiya, targetnya jelas lebih besar...
Deletelebih seram daripada gendruwo
Deleteckckckkk, klo memang dirimu sudah tandai ciri2nya, mending langsung tutupkan telpon saja klo ada lagi yg nelpon kek gitu, akting ndk dengar suaranya kek atau jaringan apaalaahh :D
ReplyDeleteMasalahnya ala-ala ektingnya itu mi yang meragukan, telfon kantor pas di depan ruangannya bos, caraku bereaksi bisa disalah tafsirkan :D
Deleteiya sih, perlu waspada dan diskusi aja yang penting sesaat setelah menerima telfonnya
Delete