Hai.. haii..
Lama banget rasanya gak nulis lagi, BW juga nyicil pakai cicilan teringan. Agustus kemarin bener-bener menyita fokus saya, selain mempersiapkan diri untuk ujian penyesuaian ijazah di kantor, ada pekerjaan yang dijadwalkan akhir bulan malah dimajukan dan dipadatkan jadwalnya. Perfect reason to say I was busy. :D
Okeh.. dengan menyajikan alasan di atas, saya jadi punya alasan lagi untuk membahas yang sudah lewat. Yaitu upacara bendera di pulau Bokori.. itu lho.. yang pernah saya ceritakan sebelumnya..
17 Agustus 2016, wajah Bokori didandani sebegitu rupa untuk menyambut para aparatur sipil negara yang diwajibkan untuk mengikuti upacara di pulau yang sedang naik daun ini. Terlepas dari segala kontroversi hukum wajib tersebut, saya ingin berbagi cerita pengalaman saat mengikuti upacara di bawah langit yang sangat cerah hari itu.
Beberapa pengantar peserta upacara
Baru kali ini kantor kami tidak mengadakan upacara, tapi menghadiri undangan upacara, kami yang tidak terkena hukum wajib untuk menghadiri upacara bisa mengatur jadwal sesuai kesepakatan kami. Tapi tetap mengikuti peraturan yang disyaratkan oleh panitia upacara.
Berburu Kacu
Salah 1 persyaratan upacara adalah berpakaian hitam putih dengan kacu tersemat di leher. Kacu.. itu lho.. perlengkapan pakaian pramuka yang berwarna merah putih.
Kacu seketika menjadi barang yang paling diburu di Kendari, barang yang tadinya hanya tersimpan di lemari sebagai stok toko, jelang 17 Agustus terpajang melambai-lambai di depan toko. Di beberapa toko harganya bahkan dinaikkan.. Tak perlu kuliah 4 SKS kalau soal hukum permintaan penawaran seperti ini. LOL
Ibu-ibu yang tadinya hanya menyiapkan kacu karena anaknya ikut pramuka, saat itu mulai meminta izin kepada anaknya untuk menggunakan kacunya. *Semoga belinya dulu gak ngomel-ngomel jadi gak diomelin balik sma anaknya :p*
Kacu seperti menjadi pemberi rasa percaya diri, minder jika tak berkacu. Apapun pengikatnya, mau rotan, kulit berlambang tunas muda, pengikat untuk anak SD bahkan hanya dari karet gelang, yang penting berkacu. Dengan modal kacu, kamipun berlayar ke pulau Bokori.. eits.. gak dong.. tetap naik kapal, kacu tak se sakti itu! :D
Wajah baru Bokori
Bokori sebelum dan saat 17 Agustus
Terakhir ke Bokori, saya memang mendapat info bahwa pembangunan sedang digenjot untuk menyambut upacara kemerdekaan. Tapi, saya tidak menyangka bahwa dalam waktu singkat Bokori berubah begitu banyak, ibarat wajah gadis yang terkena polesan make up, Bokori itu "manglingi" saya seperti baru saja menginjakkan kali di Bokori. Iya.. gifo lagiiii! LOL
- Land Mark
Bokori sekarang punya landmark kece.. saya suka desainnya, landmark BOKORI dibuat dengan warna kuning cerah dengan huruf K yang dibuat menyerupai pohon kelapa, pantai bangett!
- Pulau 2
Bokori punya 2 pulau yang dihubungkan dengan jembatan kayu panjang, seperti landmark, jembatannya juga baru selesai dibuat. Sederhana, tapi cantik dengan hiasan merah putih di sepanjang jembatan.
Gazebo diantara pohon bakau, hanya di Pulau 2
- Lapangan Upacara
Kalau dulu di Bokori hanya ada lapangan Voli, sekarang ada lapangan upacara, tiang bendera berdiri menjulang di tengahnya. Entah akan dipakai lagi di kegiatan selanjutnya atau tidak, tapi pulau ini punya keistimewaan dibandingkan pulau lain.. Lapangan upacara berpasir putih!
Pelaksanaan Upacara
Nah.. sekarang masuk ke kegiatan inti. Ternyata, kami staf ini hanya "tim hore" dalam upacara 17 Agustus kali ini, tidak seluruh pegawai diharuskan menjadi peserta upacara, selain tempat duduk yang terbatas, lapangan upacara pun tidak mampu menampung seluruh "tim hore".
Menjadi "tim hore" kami tentu enjoy-enjoy saja, mengingat cuaca perfecly terik berkolaborasi dengan hawa laut yang tak perlu lagi dipertanyakan derajat panasnya. Kami berteduh di gazebo yang padat penghuni, tapi tetap memantau jalannya upacara, bendera naik, kamipun ikut melakukan penghormatan.
Saat penaikan bendera, ada sebuah insiden yang terjadi, bendera tidak bisa naik sampai ke atas seiring dengan iringan lagu Indonesia Raya karena tali pengikatnya terlilit. Beberapa yang saya dengar saling menyalahkan, saya menganggap itu hal yang lumrah terjadi, selain angin memang bertiup kencang saat itu, adik-adik paskibraka yang bertugas sudah berlatih dan berusaha dengan keras, mereka pasti tidak ingin hal tersebut terjadi. Setelah adik-adik paskibraka keluar dari barisan, kami memberikan tepuk tangan sebagai bentuk dukungan dan apresiasi. Mereka hebat.. Orang tua mereka pasti bangga, pun juga para pelatihnya.
Piknik Dimulai
Setelah upacara selesai, kami mulai berhamburan mencari spot untuk berfoto, well.. sebenarnya bukan hanya saat selesai upacara sih.. sebelumnya juga kami sudah mengambil beberapa foto. Tapi kali ini kami sudah tidak takut lagi terpisah dari rombongan. Demi banyak sebuah foto!
Kami seketika melupakan hawa panas di pulau, kami bercerita di bawah pohon pinus, menikmati lemparan cerita dan setiap "pause moment" untuk berfoto walau tidak mempunyai posko seperti kebanyakan instansi. Tapi inilah yang bikin happy.. karena kami tidak harus menunggu untuk mengikuti upacara penurunan bendera. Setelah puas mengambil banyak gambar kamipun pulang dengan kapal yang lebih penuh dari sebelumnya. Kami tak mungkin melarang orang yang hendak menumpang. However it was fun!^^