Bismillahirrahmanirrahim...
Lagi duduk tenang di atas kapal cepat rute Kendari-Muna-Baubau, tiba-tiba pengen bahas tentang kejadian yang baru saja terjadi di depan saya...
Di hari ahad, hari ke 9 (ada juga yang ke 10) puasa 1433 H... Seorang penumpang laki-laki yang mungkin tidak memiliki nomor kursi yang nyaman untuk duduk (non seat red) sedang mencari kursi plastik yang memang disediakan untuk mereka, mungkin karna tidak dapat kursi yang nganggur dia akhirnya dengan sopan meminta ke seorang perempuan berjilbab (entah ibu,entah cewek gaul atau apalah) yang terlihat memegang banyak gadget canggih untuk meminta kursi plastik yang dipakainya untuk mendudukkan tas ranselnya...karna suasana yang lumayan bising, saya kurang begitu jelas mendengar detail percakapan mereka, yang jelas beberapa kali laki-laki itu mencoba menjelaskan kenapa dia butuh kursi itu..tapi hasilnya laki-laki itu harus menelan ludah dan pergi dengan wajah tidak percaya...sementara perempuan itu tetap asik bermain dengan gadget canggihnya..
Miris saya liat kejadian tadi..sekaligus kasihan juga dengan laki-laki yang walaupun boleh dibilang masih muda itu mungkin masih kuat dia berdiri saja, 3,5 jam kalau sampai Kab. Muna dan 5,5 jam kalau sampai Kota Baubau..atau mungkin duduk saja dilantai tangga..Tapi apalah arti ransel dibanding membantu orang lain mendapatkan kenyamanan selama pelayaran yang tidak cepat ini? Mungkin ranselnya masih banyak berisi gadget canggih..laptop mungkin? Hehe..sama saja dengan ransel-ransel lain yang ditaruh di pangkuan atau di hadapan tempat duduk penumpang, walaupun di lantai tapi malah lebih stabil berdiri bahkan lebih aman walaupun tidak dalam pengawasan, karna tertidur misalnya...
Ya..saya mengerti..itu hak..tapi koq rasanya ada norma yang gawat akibat tak terawat, mendahulukan yang tak bernyawa dibandingkan yang bernyawa, semoga ini menjadi pengingat, terutama untuk diri saya sendiri untuk lebih peka lagi pada sesama, kenal maupun tidak kenal, kita sama-sama makhluk Allah, berapapun harga yang tak bernyawa, akan selalu lebih berharga yang bernyawa..dan kalau berbicara masalah hak..jelas laki-laki tadilah yang lebih berhak duduk di kursi..Wallahu'alam..
Kursi..Seandainya kamu bisa ngomong, kamu pilih ransel atau manusia? Hehe.. :D
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Read more
Lagi duduk tenang di atas kapal cepat rute Kendari-Muna-Baubau, tiba-tiba pengen bahas tentang kejadian yang baru saja terjadi di depan saya...
Di hari ahad, hari ke 9 (ada juga yang ke 10) puasa 1433 H... Seorang penumpang laki-laki yang mungkin tidak memiliki nomor kursi yang nyaman untuk duduk (non seat red) sedang mencari kursi plastik yang memang disediakan untuk mereka, mungkin karna tidak dapat kursi yang nganggur dia akhirnya dengan sopan meminta ke seorang perempuan berjilbab (entah ibu,entah cewek gaul atau apalah) yang terlihat memegang banyak gadget canggih untuk meminta kursi plastik yang dipakainya untuk mendudukkan tas ranselnya...karna suasana yang lumayan bising, saya kurang begitu jelas mendengar detail percakapan mereka, yang jelas beberapa kali laki-laki itu mencoba menjelaskan kenapa dia butuh kursi itu..tapi hasilnya laki-laki itu harus menelan ludah dan pergi dengan wajah tidak percaya...sementara perempuan itu tetap asik bermain dengan gadget canggihnya..
Miris saya liat kejadian tadi..sekaligus kasihan juga dengan laki-laki yang walaupun boleh dibilang masih muda itu mungkin masih kuat dia berdiri saja, 3,5 jam kalau sampai Kab. Muna dan 5,5 jam kalau sampai Kota Baubau..atau mungkin duduk saja dilantai tangga..Tapi apalah arti ransel dibanding membantu orang lain mendapatkan kenyamanan selama pelayaran yang tidak cepat ini? Mungkin ranselnya masih banyak berisi gadget canggih..laptop mungkin? Hehe..sama saja dengan ransel-ransel lain yang ditaruh di pangkuan atau di hadapan tempat duduk penumpang, walaupun di lantai tapi malah lebih stabil berdiri bahkan lebih aman walaupun tidak dalam pengawasan, karna tertidur misalnya...
Ya..saya mengerti..itu hak..tapi koq rasanya ada norma yang gawat akibat tak terawat, mendahulukan yang tak bernyawa dibandingkan yang bernyawa, semoga ini menjadi pengingat, terutama untuk diri saya sendiri untuk lebih peka lagi pada sesama, kenal maupun tidak kenal, kita sama-sama makhluk Allah, berapapun harga yang tak bernyawa, akan selalu lebih berharga yang bernyawa..dan kalau berbicara masalah hak..jelas laki-laki tadilah yang lebih berhak duduk di kursi..Wallahu'alam..
Kursi..Seandainya kamu bisa ngomong, kamu pilih ransel atau manusia? Hehe.. :D
Powered by Telkomsel BlackBerry®