Hellooo.. Ibu baru ini kembali menyapa sambil bersih-bersih sarang laba-laba di blog. Hihi..
Harap maklum, kesempatan menulis kegencet urusan domestik dan usaha untuk menjadi wanita k
uarier yang gak nyusahin teman sesama staf.. (
yeah.. I think i have to tjurhat in this blog about my guilty feeling.. Soon, maybe? 😝).
Oke, kita fokus pada drama penentuan HPL dulu yess.. Seperti yang teman saya bilang di kolom komentar postingan berjudul
Kehamilan Trisemester Ketiga, si bayik sudah mau MPASI dan cerita drama melahirkan
yang ditunggu-tunggu itu belum juga terkuak itu belum juga saya ceritakan. I have to write it, ASAP!
Kenapa temen saya melit (kepo) banget? Entahlah, dia dan banyak orang mungkin tidak menyangka bahwa harus melalui 2 kali induksi. Jangankan mereka, saya saja terkejoet terheran-heran.. Wkwk.. Tapi apapun itu, skenario dari Allah tidak bisa diprediksi, all we have to do are.. Berdoa, berusaha dan BROJOL sesuai keyakinan masing-masing! 😅
Iya kan? Bahkan pada suatu titik yang telah kita usahakan, kalau keadaan tidak memungkinkan, mau tidak mau kita harus menyerah pada keadaan, seperti yang saya rasakan, NYARIS!!!
Yuks mulai..
Drama Penentuan HPL
Sebagai seorang bumil (pada waktu itu), saya tentu saja banyak mencari referensi melalui internet, terlebih lagi pengalaman dari teman-teman yang sudah melahirkan, baik yang berada pada satu satuan kerja dengan saya, ataupun yang berada di pulau lain. Pengalaman dari dokter ini, inu, dan itu.
-Dokter S-
Dokter S adalah dokter yang selama hamil rutin saya kunjungi, sejak usia kandungan 8 bulan, beliau memberikan tanggal 1 Januari 2019 sebagai HPL saat saya meminta surat keterangan untuk kelengkapan pengajuan cuti di kantor.
Wah.. Tanggal cantik banget, tapi juga mengkhawatirkan karena pada saat itu adalah hari libur, takut nakes dan orang-orang yang terlibat malah sedang susah dihubungi atau apalah..
-Dokter A-
Karena saya berencana melahirkan di rumah sakit lain di Kota Kendari, saya kemudian mencoba memeriksakan diri pada dokter kandungan yang diketahui bekerja sama dengan rumah sakit tersebut.
Tempat prakteknya juga di RS tersebut. Pengalaman pertama di bagian registrasi sudah kurang mengenakkan, tapi namanya kita lagi butuh ye kan? Jadi disabar-sabarin.. Fiuhh..
Tiba saatnya saya diperiksa, dokter langsung menyatakan bahwa HPL saya sudah tinggal menunggu waktu, rentangnya 1 - 15 Desember 2018. Sontak saya dan suami langsung beradu pandang *yaelah, kek sinetron yak?! 😆* pikiran saya kemudian melayang memikirkan pekerjaan saya yang masih banyak di waiting list. 😅
Next.. Saya tentu saja jadi galau dan mencari
third opinion..
-Dokter I-
Nah, di tengah kegalauan hati tentang
second opinion yang tak beririsan bagai diagram venn itu, saya tidak sengaja dapat info bahwa dokter I juga bekerja sama dengan RS yang ingin saya gunakan untuk melahirkan.
Oke fix, dapat waktu yang cocok untuk periksa, sayapun merasa cocok dengan dokter I. HPL dari dokter I adalah tanggal 25 Desember 2018. Alamak nakk.. Kamu suka sekali hari libur yak? Hihi..
Sejak usia kandungan 9 bulan, setiap minggu saya memang memeriksakan kandungan. Mungkin kunjungan ketiga atau keempat saya mulai kabur lagi dari dokter I. Kenapa? Karena menurut hasil pemeriksaan dokter I, ketuban saya mulai keruh, paling lambat tanggal 26 Desember saya sudah harus "menyerahkan diri" dengan atau tanpa rasa sakit. Pilihannya adalah induksi.
Duhh.. Sudah sering deh dengar cerita sakitnya induksi, saya gak mau, lebih-lebih orang tua saya yang menginginkan saya melahirkan dengan cara alami, gak pake diinduksi aka dirangsang terlebih dahulu.
Maka kembalilah saya ke dokter S..
Dokter S bilang, kalau keruh sih nggak ya.. Dalam rentang waktu 1 sampai 3 hari dari waktu pemeriksaan kondisi bayi dan ketuban masih aman, saya tidak lupa untuk menanyakan kemungkinan melahirkan secara normal, dan dokter memberi sinyal operasi karena kondisi bayi yang besar. OMG!
Saya kabur lagi dong.. Induksi aja tak rela apalagi harus Sesar..Wkwk 😅
Tidak menunggu lama, keesokan harinya saya langsung ke dokter L
-Dokter L-
Sudah banyak yang bilang bahwa dokter L bagus, tapi karena rumah sakit tempat beliau kerja bukan tujuan saya, jadi tidak saya lirik sama sekali. Baru kemudian saat mencari (udah berapa nih? 😅)
third opinion yak? Saya akhirnya mengantri untuk diperiksa.
Kesan pertama enak banget, dokternya lembut dan menjelaskannya sabar, gak buru-buru, dan yang paling penting, sangat menenangkan sekali.
Hasil pemeriksaan beliau bilangnya ketuban memang keruh, tapi bisa jadi karena kulit bayi atau hal lainnya. Ahayyyy... Dari sini niat untuk menunggu rasa sakit alami yang datang itu makin mantap! Kami sekeluarga lega karena dokter S bilang masih bisa menunggu sampai tanggal 10 Januari.😊
Seminggu berlalu, saya masih belum merasakan sakit apapun, sampai pada tanggal 3 Januari jelang Magrib saya mulai merasakan sakit, semakin lama makin sakit, orang tua bilangnya belum, pembukaannya masih kecil, apalagi anak pertama gitu, masih "cari jalan" istilahnya.
Sampai tengah malam saya tetap tidak bisa tidur, meringis kesakitan terus, orang rumah siaga, sekitar pukul 1 tengah malam, kami akhirnya memutuskan ke rumah sakit dengan bekal surat rujukan dari faskes tingkat I yang sudah kami persiapkan. Sesampainya di rumah sakit, ternyata surat rujukan dari faskes tingkat I yang sudah kami siapkan salah!
What The ...¥£€¢¤π©®!!
Bersambung
Note:
Berdasarkan pengalaman dan hasil nanya-nanya ke teman-teman, HPL (seperti juga namanya perkiraan) memang hanyalah perkiraan dari dokter saja, hanya rentang waktu, bisa jadi lahirannya lebih cepat, bisa jadi lahirannya lebih lama dari HPL, bahkan ada yang bisa tepat. Tinggal gimana tanda-tanda alam itu muncul aja sih.. Semua kembali pada ketetapan Allah, dokter hanya menganalisa melalui keilmuan yang dimiliki.
Makanya, kalau kebetulan kamu yang baca ini juga sekota dengan saya, jangan menganggap saya menjelekkan dokter ini atau itu.. Semuanya punya keunggulan masing-masing, bukankan dokter itu seperti penjahit? Cocok-cocokan seyyy.. Kamu cocok di dokter ini, belum tentu saya cocok di dokter yang sama. Begitupun sebaliknya. 😊
Daan.. Kalau kamu yang membaca juga galau seperti saya (menentukan HPL), tetap berpikir positif dan pilih deh yang mana yang kamu yakini, ini kalau mau nunggu tanda-tanda alami ya.. kalau mau sesar mah bebas, tinggal cari tanggal cantik berikut persiapan yang sudah oke juga. 😆
Kalau kamu kepo sama cerita kehamilan saya, nih saya kasih linknya :D :
Kehamilan Trisemester Pertama
Kehamilan trisemester kedua
Link semester ketiga ada di awal tulisan yess..
Buibuk ada yang punya pengalaman serupa dalam menentukan HPL?
Share di kolom komentar ya..