"Kamu berangkat naik kapal apa?"
"Kapal Malam"
Jawaban di atas sebenarnya tidak menjawab secara benar pertanyaan yang diajukan, akan tetapi bagi yang sudah mengerti bahwa kapal yang dimaksud adalah kapal yang berangkat pada malam hari takkan protes dengan jawaban tersebut. Jawabannya lebih merujuk pada waktu karena mungkin kapal yang digunakan selalu berubah-ubah, ada KM. Uki Raya, Simba I atau Km. Citra seperti yang saya tumpangi sekarang.
Ini pertama kalinya saya berangkat menggunakan kapal malam, ada selisih sekitar 1,5 jam lebih lama jika menggunakan kapal fiber yang berangkat pagi atau siang, yaitu selama 3,5 jam. Tapi secara kebebasan waktu menurut saya kapal malam memberikan banyak bantuan bagi para penumpang dengan segala kepentingannya, lebih menghemat waktu, karena berangkat pada jam tidur dan dalam 5 jam penumpang sudah akan berada di tempat yang berbeda.
Naik kapal malam ini sudah saya rencanakan sejak jauh-jauh hari, saya ingin menantang diri, keluar dari zona nyaman yang selama ini saya ambil jika bepergian ke pulau Muna, tidak berencana mengambil kamar dan lebih membaur dengan penumpang lain di kapal sepertinya bisa jadi pengalaman menyenangkan, tapi ternyata karena jumlah penumpang yang membludak saya dipaksa keluar dari zona nyaman secara total. Tidak dapat tempat duduk apalagi tempat tidur sama sekali. Hal yang wajar jika ada lonjakan penumpang dan telat membeli tiket.
Kapal ini mulai berangkat pada pukul 22.30, terlambat 30 menit dari jadwal, saat mulai mengetik draf postingan ini waktu sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, saya yang sempat tidur dengan tidak nyenyak diatas motor selama hampir 1 jam tidak lagi bisa tidur setelah hujan turun menjelang pukul 1 tadi. Penumpang yang berada di bagian depan kapal berhamburan masuk ke dalam, saya juga harus bangun karena motor tempat saya tidur itu juga beratapkan langit. Ah.. lagi-lagi saya dapat pengalaman baru. ^^
Ditemani angin keras dan sambil sesekali (maaf) me-lap ingus saya pilih mengetik postingan ini saja, masih diatas motor dengan pantat yang kadang terasa pegal karena sudah duduk berjam-jam, saya memilih tetap di atas motor ini karena sekali meninggalkannya saya yakin tidak akan bisa duduk lagi. Bagaimanapun tempat yang saya duduki sekarang adalah opsi terbaik dibandingkan harus duduk tanpa alas di dalam dek yang panas atau duduk di besi pengikat tali seperti yang dilakukan seorang pria yang tidak jauh dari saya, ia terlihat beberapa kali terbangun dari tidurnya. Tentu saja karena kurang nyaman.
Siapa yang tahan duduk lama di besi ini?
Panas membuatmu haus dan dingin membuatmu ingin p*pis, pilihan yang berat, saya sudah merancang rencana meninggalkan motor yang entah milik siapa ini hanya pada saat urgen saja, mungkin nanti menjelang shalat subuh saja.
Tulisan ini akan saya sambung saat subuh untuk membahas mengenai fasilitas dan mungkin cara shalat yang saya tempuh. Sudah pukul 02.30 dini hari, saya juga sudah mulai mengantuk.See you 2 hours later. ^^
Pukul 02.45. Dini hari. Hujan deras turun, penumpang beratapkan langit seperti kami berhamburan takut basah (lagi). Hahah... Tidak heran sebenarnya, sejak tadi petir jadi hiasan langit..
Pukul 03.25 Pulau Muna mulai terlihat. Kepala mulai sakit, mungkin karena dari tadi tahan p*pis dan mulai masuk angin. Tetap menikmati perjalanan ini, terlebih saat kemudian dapat foto seperti ini.
Pukul 04 akhirnya kapal merapat di pelabuhan, kebanyakan penumpang memilih turun, sisanya memilih menunggu jemputan di dalam kapal. Saya memilih turun karena ternyata tidak ada Mushola.
Perjalanan malam tadi memberi pengalaman baru. Sesekali kita memang perlu keluar dari zona nyaman (baca: leyeh-leyeh sambil ngemil dan nonton drama Korea) ^^