26 Feb 2018

5 Cara Mengelola Keuangan Setelah Menikah ala Dunia Irly

Mengelola keuangan untuk saya berarti, saya tahu pemasukan saya berapa, pengeluaran saya berapa, untuk apa saja uang saya keluar, dan yang paling penting adalah saya tidak berutang.
---

Mengelola keuangan setelah menikah tentu saja dihadapkan pada tantangan yang lebih besar, pemasukan mungkin menjadi lebih besar karena kami sama-sama bekerja, tapi hal yang juga tidak boleh dilupakan adalah kami tidak hidup seorang diri. Keluarga kami semakin besar begitupun rasa tanggung jawab dan mimpi-mimpi yang ikut terajut bersama.

Kami tidak ingin menjadikan uang menjadi salah satu masalah dalam keluarga, masa kini dan masa depan kami. Karenanya, kami sepakat untuk mengelola keuangan dengan baik, dengan berorientasi pada kebutuhan dan sesekali boleh diselingi dengan keinginan tapi tidak dijajah dengan gaya hidup.


Saya ingin berbagi tentang pengalaman saya mengelola keuangan setelah menikah, mungkin bisa sedikit memberi pencerahan untuk pasangan yang akan atau baru saja menikah.

Ada beberapa hal yang perlu saya tegaskan sebelum berbagi:
- Kami tidak saling mengenal dengan begitu baik sebelum menikah, sebatas tahu dia punya 1 adik, saya punya 2 adik dan kedua orang tua masing-masing kami alhamdulillah masih hidup. Jadi masalah keuangan dan kebiasaan keuangan lainnya kurang kami pahami satu sama lain. Kami pacarannya setelah menikah.
- Saya--otomatis keuangan rumah tangga juga begitu, karena saya managernya--tidak suka berutang (apalagi harus berutang untuk orang lain), harus ada special case, tapi semoga tidak lagi muncul bikin rusuh. Hufthh..

Jadi, untuk mengelola keuangan setelah menikah, dibutuhkan hal-hal seperti ini:

1. Terbuka tentang harta dan keadaan keuangan masing-masing
Duh, harta tuh kesannya banyak banget yess.. :D (Aamiin)
Intinya gini, apa yang dipunyai masing-masing pasangan baiknya dikatakan seeee.. jujur-jujurnya. Entah itu kendaraan yang dimiliki, hal yang masih jadi tanggung jawab, utang yang masih harus dibayar, uang yang masih dipinjam orang lain, gaji/pendapatan per bulannya, dan lain-lain.

Keterbukaan ini berguna untuk memetakan keberlangsungan hidup rumah tangga nantinya. Ya kali mau jalan buta-buta. Ibaratnya motorlah yaa.. Harus dicek dulu bahan bakarnya sebelum jalan, diperiksa lagi keadaan mesinnya sebelum dibawa untuk perjalanan jauh. Biar gak kaget kalau kemudian ada masalah diperjalanan. Wong kita udah prepare banget aja masih ada yang ngagetin di perjalanan kan?

Pernah dengar istilah "Pernikahan bukanlah akhir, tapi merupakan awal baru kehidupan." kan ya? It is! termasuk dalam pengelolaan keuangan, jelas berbeda mengelola keuangan saat bujang dan sudah menikah. Pengeluarannya lebih banyak, pertimbangannnya pun lebih banyak.

2. Berbagi tentang riwayat keluarga
Bagaimana seseorang mengelola keuangan di masa sekarang, sesungguhnya dipengaruhi oleh keuangan keluarganya di masa lalu. Begitu yang saya percayai.

Contoh nih ya.. Mungkin dulu keuangan keluarga sang suami sulit, maka saat punya anak nanti dia ingin lebih memenuhi kebutuhan anaknya, agar tidak merasakan kesulitan yang sama dengan dirinya. Sementara sang istri merasakan hal tersebut akan membuat anak manja. Jika suami tidak pernah menceritakan alasannya maka besar kemungkinan hal tersebut akan menjadi bahan bakar pertengkaran, sedangkan jika tahu, mungkin sang istri akan lebih memahami alasan historis suami dan memberikan jalan tengahnya.

Walaupun kami belum mempunyai anak, tapi sedikit banyak kami sudah bercerita tentang riwayat keluarga dalam hal keuangan, masih sebatas itu, itupun sudah sangat membantu untuk mempelajari "habit" pasangan dalam mengeluarkan uang.

3. Komitmen
Seperti juga suatu hubungan, pengelolaan keuangan menurut saya harus didasari sebuah komitmen. Mulai dari komitmen suami untuk memenuhi tanggung jawabnya untuk menafkahi keluarga, komitmen istri untuk membantu keuangan keluarga (ini bukan hanya masalah menghasilkan uang saja yess, mengelola uang  juga butuh komitmen agar sesuai dengan tujuan yang sudah ditentukan).

Sumber: pixabay.com

4. Jujur dan Saling Percaya
Untuk saya ini penting, karena komitmen apapun yang sudah dijalankan oleh pasangan suami istri yang sama-sama memiliki pemasukan tidak akan berjalan jika tidak ada kejujuran dan rasa saling percaya. Mungkin ada yang berprinsip istri tidak perlu tahu semua pendapatan suaminya, yang penting kebutuhannya terpenuhi. Ini tidak salah, selama sudah jadi keputusan bersama.

Saya dan Abang sudah komitmen untuk transparan mengelola keuangan. Saya ingat; dulu pernah ditanyakan oleh suami (waktu masih mantan calon pacar, istilahnya dia untuk masa-masa dimana kami hanya temenan sedangkan dia sudah baper :p):

"Haruskah istri mengetahui semua pendapatan suaminya?"
"Kalau saya, iya" Jawab saya
ditanya lagi "Kenapa?"
"Pertama, saya tidak boros dan kedua saya merasa bisa mengelola keuangan dengan baik." Jawab saya mantap.
"Ohh.." Jawabnya di ujung telepon.

Lain masalah kalau salah satu pasangan boros, mungkin perlu ada pengaturan lain. Tidak ada aturan baku sebenarnya, karena--telah kita ketahui bersama--kondisi keuangan setiap orang apalagi rumah tangga itu berbeda-beda. Pendapatannya boleh lebih besar, tapi bisa jadi banyak pos pengeluaran atau bahkan pengelolaannya yang kurang tepat. Makanan boleh sama, tapi cara mengunyahnya tak pernah kita ketahui.

Maka kami memilih meneruskan kebiasaan mencatat pemasukan dan pengeluaran masing-masing (menjadi 1 akun) dengan jujur dan saling percaya.  Ini tidak mudah, tapi jika dijalani, akan mempermudah pengelolaan keuangan.

Baca juga: Money Manager, Solusi Pencatat Aktivitas Keuangan

5. Hindari Utang dan Kelola Keuangan Jangka Panjang
Saya tidak suka berutang. Sebisa mungkin saya menunggu untuk punya uang daripada harus kredit. Saya punya prinsip:

"Lebih baik kemiskinan saya terpampang nyata, dibanding saya menikmati kekayaan yang semu."

Duh, berat banget ya bahasanya. Hahah..

Intinya gini, lebih baik saya tidak punya daripada harus berutang. Dalam hal, barang yang saya inginkan itu sifatnya tidak mendesak. Contohnya saya butuh motor untuk melaksanakan tugas sebagai pekerja lapangan diawal kerja dulu, penting sih.. tapi saya masih bertahan, 4 tahun saya menabung baru kemudian membeli motor, keluaran terbaru juga Alhamdulillah. Gak harus cekik leher juga kok, adik-adik saya masih bisa menikmati barang--yang menurut kami--mewah saat saya menabung, sesekali saya masih bisa traktir teman-teman juga, aman. Hehe

IMHO, prestasi lho itu. LOL.

Dulu juga sebelum nikah saya pengen beli mobil, gak perlu baru, yang penting dibayar tunai. Qadarullah, terpending, dan uang tersebut bisa saya gunakan untuk membantu biaya pernikahan saya sendiri (FYI, adat suku kami, biaya pernikahan ditanggung bersama), sambil saya beri peringatan keras ke calon suami dan bapak saya, tolong jangan sampai berutang. Alhamdulillah, kami tidak menghasilkan "galian" yang bisa menjatuhkan kami--bahkan keluarga--sendiri nantinya. Insyaallah..

Setelah menikah, tuntutan tentu lebih banyak, saya tidak menutup kemungkinan berutang di kemudian hari. Lagian saya bukannya bebas utang, kalau ke kantor lupa bawa dompet juga ya terpaksa minjem, besoknya segera diganti. Hihi..

Sembari menanti masa depan yang tidak pernah bisa ditebak dengan kondisi adik-adik saya yang belum menikah (suatu saat pasti butuh kami bantu ye kaaan). Maka kamipun mengelola keuangan jangka panjang (investasi), Abanglah yang bertanggung jawab akan hal ini. Saya mah tahunya hanya menabung emas, ngikut kalau teman mau arisan emas, berbelanja sesuai kebutuhan dan menikmati hidup. :)

Pesan Abang yang juga didapatkannya dari ilmu tentang keuangan adalah "Do Not Put Your Egg In One Basket."

Sumber: pixabay.com

***

Itu tadi sedikit gambaran bagaimana saya dan suami mengelola keuangan setelah menikah. Sekali lagi, tidak ada aturan baku dalam mengelola keuangan, karena ada perbedaan kondisi di tiap rumah tangga. Tapi semoga pandangan dan cara saya--bersama suami-- dalam mengelola keuangan bisa bermanfaat bagi pembaca.

Teman-teman juga bisa membaca tulisan Kak Ira yang berjudul Tentang Pengelolaan Keuangan Keluarga sebagai trigger post tulisan bertema di Be Molulo.

#PerempuanBPSMenulis
#MenulisAsyikDanBahagia
#15HariBercerita
#HariKe6

14 comments:

  1. Benar nih... lebih baik belum punya daripada harus berhutang... I do agree. Totally..

    Menabung emasnya... perhiasan atau emas batangan say?

    Jadi pengen juga. Hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Toss.. Hehe..

      Menabung emasnya, uang yang dikonversi dengan--harga--logam mulia saat menabung, satuannya nanti jadi emas. :)

      Cuss saay, investasi tidak terikat. ;)

      Delete
  2. Oh... boleh juga nih... Insyaallah
    Makasih responnya mak...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama, memang mau tulis tentang itu sebenarnya, cuma belum sempat.. hehe

      Delete
  3. Kami juga saling terbuka,ada uang masuk biasanya langsung kasih kabar.
    Makasih Mbk sharingnya^^

    ReplyDelete
  4. kalo sudah berumah tangga memang lebih ribet ya mengatur keuangannya, kalau aku dibuat budget, untuk tabungan berapa, untuk keperluan lain berapa, untuk belanja berapa, masih suka melebihi budget sih hehehe, tapi paling gak ada panduannya supaya gak kebablasan ^^

    ReplyDelete
  5. mantap artikelnya gan,,
    kunjungan dari softkini.blogspot.co.id

    ReplyDelete
  6. jujur dan saling percaya memang jadi qoentji mba plus terbuka itu pointnya :)

    btw suamiku juga bilang gitu loh "Do Not Put Your Egg In One Basket." ilmu akuntansi katanya

    ReplyDelete
  7. Klo ttg pengelolaan keuangan, sa ndak ragukanmi lagi Ibuk yg satu ini. Secara msh single available saja pengelolaannya keuangannya sudah kece, ditambahmi skrg dpt Abang yg orang keuangan, pasti makin kereen! Saluteee ;)

    ReplyDelete
  8. Wahh.. Banyak kesamaan kita spup. kami jg skrg bgitu.. penghasilan ditabung bersama buat bangun rumah.. sambil tetap berusaha membantu keluarga. biarlah masih kontraktor n naik motor.. drpd mnikmati rumah/mobil yg jadi w.o.w harganya kalo kredit.. hehe. Moga bisa istiqomah.. krena godaan kredit rumah n mobil itu luarrr biasa.. hrus kuat2 iman n melihat ke bawah..

    ReplyDelete
  9. kenapa diii,, sa baca kek sa ingin miy juga menikah, #eehhhh

    ReplyDelete
  10. Sama dengan Ririn nah... setelah baca tulisan ini rasanya pengen nikah, hehehe. Saya juga adl calon isteri yang harus tau berapa penghasilan suami. Transparan itu penting.

    ReplyDelete
  11. Berkali-kali mhe sa mampir dan baca ini tulisan tapi bingung mau komen apa 😀

    Intinya saya setuju sama semua hal yang ditulis di atas 👍

    ReplyDelete
  12. Setujuuu tentang bagian investasinya kak, kt hemat2 diawal tp InsyaAllah tabungan untuk beberapa tahun kedepan amaannnn 😍

    ReplyDelete

Terima kasih sudah membaca, mohon untuk tidak berkomentar sebagai Unknown atau Anonymous. Komentar dengan link hidup dan broken link akan dihapus, jadi pastikan untuk mengetik alamat blog dengan benar ya.

Untuk teman-teman yang mencari kontak saya tapi membaca melalui HP, silakan klik versi website, bisa dilihat laman kontak, atau menghubungi melalui sosial media yang tertera di sebelah kanan tampilan blog.

Jangan lupa difollow yaa.. ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...