Hari pertama di Bulan Maret, kantor heboh dengan mutasi pegawai, hebohnya ada yang senang ada juga yang cemburu, pasalnya yang pindah ini baru sekitar setahun tugas bersama kami di pulau ini, ditambah embel-embel dia itu anak/menantu salah satu pejabat instansi kami.Ya..hawa-hawa kantor jadi gimanaaaa gitu....saya yang 1 Maret ini genap bertugas selama 6 tahun 1 bulan merasa senang sekaligus agak sedih, senang karena harapan teman untuk pindah akhirnya terwujud, terlihat sekali aura kebahagiaannya :) , sedihnya ada dua alasan, yang pertama karena dia salah satu teman yang cukup akrab dengan saya dan yang kedua, saya sedih atau lebih tepatnya kasihan melihat teman yang langsung berwajah masam saat tau teman yang satu itu mau pindah, padahal mereka berdua lebih akrab, saya tahu persis wajah masam itu tidak menandakan kesedihan akan berpisah, tapi karna .... (Apa cobaaa???hehe)
Hadeeehhh...koq jadi bahas mereka ya? Mungkin karna memang perasaan saya banyak terlibat terhadap fenomena "persahabatan" mereka (hanya bisa berdo'a semoga dijauhkan dari fenomena "persahabatan" seperti itu.Aminnn). Menanggapi kehebohan di kantor tadi sehubungan dengan kepentingan saya. Saya..sejujurnya belum menghubung-hubungkan kejadian apapun dengan kepentingan saya, mungkin juga karna saya belum punya kepentingan, jadi legowo-legowo saja. Yaaa... walaupun pasti banyak yang bertanya-tanya, kenapa saya tidak ikut minta dimutasi, hmmm...kenapa ya? Saya bukannya betah jauh dari orang tua, tapi hanya ingin lebih realistis, saya tidak ingin menjadikan 6 tahun 1 bulan itu sebagai alasan, saya tidak ingin "maju konyol", bukannya tidak mempertimbangkan perasaan orang tua (terutama mama), tapi sekali lagi saya ingin lebih realistis, terlebih ada pertimbangan lain yang semoga bulan ini bisa saya diskusikan baik-baik dengan orang tua. Amin..
Inti kehebohan hari ini, apapun posisi kita, dimanapun kita berada, anak atau keluarga siapapun kita, ikhlas itu kunci ketenangan hati. Saya mengakui ikhlas itu susah, tapi bila berat membuka kelapangan di hati, kenapa tidak kita coba sedikit demi sedikit? Marah, senang, sedih, susah...semuanya manusiawi, tinggal bagaimana kita memegang hati kita, akan tenggelam didalamnya atau bereaksi sewajarnya kemudian berdoa semoga di berikan kebahagiaan yang sama (bahkan lebih) atau dijauhkan dari kesedihan yang dipertontonkan di depan mata? Dan saya memilih belajar dari sulitnya menerapkan ikhlas, semoga saya dan kita semua di beri kekuatan untuk itu :)
Ow ya...tak lupa saya berdo'a semoga "persahabatan" mereka tidak lagi menjadi fenomena, semoga semuanya lebih baik, baik yang meninggalkan maupun yang ditinggalkan :)
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah membaca, mohon untuk tidak berkomentar sebagai Unknown atau Anonymous. Komentar dengan link hidup dan broken link akan dihapus, jadi pastikan untuk mengetik alamat blog dengan benar ya.
Untuk teman-teman yang mencari kontak saya tapi membaca melalui HP, silakan klik versi website, bisa dilihat laman kontak, atau menghubungi melalui sosial media yang tertera di sebelah kanan tampilan blog.
Jangan lupa difollow yaa.. ^^