24 May 2017

Pulau Ular, Pulau Tak Berpenghuni yang Cantik Rupawan

Rabu review.. saatnya saya me-review tempat wisata, tempat nongkrong, aplikasi atau review apapun yang bisa di-review..

Kali ini, sudah dapat ditebak dari judulnya, saya akan menceritakan perjalanan saya mengunjungi Pulau Ular. Seram gak sih namanya? Hahah.. Beneran dipenuhi ular atau gimana? Eits.. sabar ya, kita cerita pelan-pelan dulu.. :)

Lebaran tahun 2014, kami yang biasanya berlebaran di Kendari memutuskan untuk berkumpul di Baubau, Buton, tempat kelahiran kakek. Kakek sudah beberapa tahun terakhir kembali pada masa kanak-kanaknya. Mempunyai tubuh orang dewasa, tapi sifatnya sudah kembali seperti anak-anak. Ini yang menjadi alasan kami memutuskan lebaran di Baubau. Tidak disangka Oktober ditahun yang sama kakek meninggal.

Duuhh.. Skip cerita sedihnya ya..


Tujuan sudah ditetapkan, akhirnya diputuskan untuk piknik bersama keluarga ke sebuah pulau dengan nama yang membuat kami cenderung mengernyitkan dahi. Pulau Ular, lah.. kenapa harus ke tempat yang seram siiih?? Saya mengerti sepupu sekali saya yang kebanyakan pria ini suka bertualang, tapi apa perlu seekstrim itu tujuannya? Ini bersama keluarga lho, ada emak-emak dengan segala tikar dan bekalnya, ada kami 3 sepupu cantik jelita wanita yang walaupun tomboy tapi jomblo lemah tak berdaya jika berhadapan dengan ular. :p

Tapi sepupu yang laki-laki kemudian menjelaskan dengan singkat; "Gapapa, bagus kok di sana, gak ada ular, tapi kalau ketemu berarti ada" Lah.. malah ngelawak sepupu saya. Haha..

Dengan kendaraan roda 4 kami kemudian memulai perjalan darat dengan waktu tempuh sekitar 20 menit ke Topa, sebuah dermaga di Kelurahan Sulaa, kecamatan Betoambari.

Sesampainya di Topa, perahu bermesin sudah berjajar rapi di dermaga penyebrangan, menunggu penumpang yang hendak diantar ke tujuannya (bukan hanya ke Pulau Ular saja). Setelah berhasil tawar menawar (saat itu jika tidak salah ingat kami diantar jemput dengan biaya 250 ribu rupiah) kamipun duduk mengambil tempat paling nyaman menurut kami. Setelah semua orang dan barang perbekalan sudah naik, perahupun mulau menjauh dari dermaga.


Oh ya, di daerah kami, perahu bermesin sering kali disebut dengan katinting. Katinting ini bisa bermacam-macam fasilitasnya, kadang hanya badan perahu dengan mesin saja, kadang juga dilengkapi dengan atap. Katinting yang dilengkapi dengan atap tentu lebih mahal, tapi akan terasa nyaman untuk perjalanan yang cukup jauh.

Baca juga : Eksotika Rammang-rammang Maros

Sekitar 30 menit berada di atas laut kami akhirnya tiba di Pulau Ular. Dari jauh sudah terlihat pasir putih yang berkilau tertimpa cahaya matahari.. Eh.. bentar-bentar.. bahasa saya kok jadi bahasa novel gini yak? :D Intinya pasir putihnya menggoda sekali! Pulaunya tidak bisa dibilang tandus karena hampir 80% berisi tanaman. Sayangnya tanaman yang hidup di Pulau Ular ini mostly berupa alang-alang, pandan hutan dan pohon kelapa. Jarang sekali terdapat pohon untuk berteduh.

Beruntung saat mengunjungi Pulau Ular saat itu tidak ada orang yang juga bertujuan sama dengan keluarga kami. Pulau Ular yang tak berpenghuni ini seperti milik kami! Sebuah pohon cukup menjanjikan untuk dipakai berteduh.


Setelah menggelar tikar, menata perbekalan dan said goodbye, kamipun sibuk meng-eksplore pulau itu. Sepupu yang laki-laki sejak tiba sudah buru-buru ganti baju dan menuju ke air dengan berbagai peralatan snorkelnya. Saya memilih menyusuri pasir putih sedikit lebih jauh dari tempat berkumpul, selain penasaran dengan keberadaan ular (untuk gak ketemu), saya juga ingin bebas selfie tanpa ada perasaan malu. LOL


Suhu di Pulau Ular cukup terik, kami yang laparpun buru-buru berkumpul agar bisa makan bersama. Apalagi kami sudah janjian akan ada sesi pemotretan. Perut kenyang, kamera siap, pantai dan pasirnya cantik, tunggu apa lagi.. POSE!! ^^

Menurut sepupu yang bergabung dalam klub fotografi di Baubau, Pulau Ular sering dijadikan lokasi hunting untuk foto-foto yang keren. Tidak heran memang, gradasi warna air lautnya cantik banget! Pasirnya juga berwarna putih, halus dan bersih. Cukup dijaga bersama saja agar pengunjung tidak meninggalkan sampahnya di dalam pulau. Maklum, saat berkunjung Pulau tersebut memang tidak dikelola sebagai tempat wisata, jadi jangan berharap ada toilet atau pedagang es untuk menghilangkan panas di cuaca yang terik.

Entah kenapa modelnya bagusnya kalau membelakangi kameraT_T

Baca juga: Pulau Senja

Pukul 15.30, katinting kami datang tepat waktu, kamipun segera mengumpulkan barang-barang bawaan termasuk sampah kami. Perjalanan pulang ini termasuk berkesan, karena gelombang laut yang tidak terduga membuat kami hening di dalam katinting, ombak tinggi, kami hanya sesekali saling ledek karena beberapa orang sudah terlihat pucat dengan pegangan level tinggi, sering kali juga air menghempas masuk ke dalam katinting, tante saya sampai melarungkan beberapa makanan kami ke laut (kalau sampai ada kegiatan melarungkan seperti itu percayalah ombaknya cukup menghkawatirkan untuk kami yang biasa menaiki transportasi di laut), keadaan laut memang tak bisa diduga, bersyukur kami sampai dengan selamat..

Jika ditanya mau ke Pulau Ular lagi atau tidak? Saya pasti menjawab MAU!! ^^
Teman-teman setelah baca tulisan ini mau ke Pulau Ular tidak??

15 comments:

  1. Nice Share, masih belum bisa membayangkan dimana letaknya, mungkin bisa share google maps kak hehehe.
    Enaknya krn bukan tujuan wisata umum malah jadi kayak punya pulau sendiri yah?
    Mungkin sekarang sudah ramai kak.

    ReplyDelete
  2. Yes, akhirnya tayang juga ini artikelnya. Saya jadi penasaran pengen ke sana deh,ternyata cantik pantainya di?

    ReplyDelete
  3. Yes, akhirnya tayang juga ini artikelnya. Saya jadi penasaran pengen ke sana deh,ternyata cantik pantainya di?

    ReplyDelete
  4. Sama Bokori bagusan mana? Pulau Ular jauh je.

    ReplyDelete
  5. haha pulau ular.
    Pantainya tidak seseram namanya ya teh Irly.
    Coba aja pantainya di kelola pasti bakal jadi tempat wisata yang super hits, aku juga mau deh main kesana.

    Atau gimana kalo teh Irly aja yang mengelola pulau ular.
    nanti Teh Irly bakal jadi founder disana dan di sebut sebgai dewi Ular, eh gimana ?!

    ReplyDelete
  6. kereenn diii, ndak seseram namanya tawwa :D
    btw, itu Kak Yat kah di belakang sana? :)

    ReplyDelete
  7. Pulau ular tak seseram namanya ya justeru indah banget, tampak alami
    hehe asyik dong serasa pulau milik sendiri
    modelnya dari belakang cantik, apalagi yang sedang pose di atas pasir

    ReplyDelete
  8. baru tahu kalo ada namanya pulau ular, semoga pulaunya tidak menyeramkan seperti namanya.

    ReplyDelete
  9. Namanya nyeremin aslinya warbiyasah, ngomongin katinting aku pengen naik mba belum pernah naik kek kapal2 gtu kecuali pas di Ancol itupun sebentar hahaha

    ReplyDelete
  10. pemadangannya indah banget kek di pulau belitung tempat saya tinggal..

    ReplyDelete
  11. Namanya serem tapi pemandangannya juara.

    ReplyDelete
  12. wah eksotis banget pulaunya,, sepertinya angin bertiup dengan sepoi-sepoi...

    ReplyDelete
  13. Klo suatu tempat ga ada manusianya pasti masih asri dan indah.

    ReplyDelete
  14. Wa, asri banget ya pemandangannya. Semoga masiht tetap asi sampai anak cucu bisa merasakannya juga.

    ReplyDelete
  15. Waah... ombaknya bikin banyak-banyak berdoa ya, Mbak, sebuah pengalaman bersama keluarga yang seru tentunya :)

    ReplyDelete

Terima kasih sudah membaca, mohon untuk tidak berkomentar sebagai Unknown atau Anonymous. Komentar dengan link hidup dan broken link akan dihapus, jadi pastikan untuk mengetik alamat blog dengan benar ya.

Untuk teman-teman yang mencari kontak saya tapi membaca melalui HP, silakan klik versi website, bisa dilihat laman kontak, atau menghubungi melalui sosial media yang tertera di sebelah kanan tampilan blog.

Jangan lupa difollow yaa.. ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...