23 Apr 2018

Kartini Badan Pusat Statistik

Kolaborasi dengan anggota baru di Be Molulo sudah memasuki bulan ke-3. Bulan ini trigger post ditulis oleh jenk Rumi dengan judul Kartini Masa Kini. Temanya hangat, karena hanya selang sehari dengan hari Kartini.

Sebenarnya, untuk menulis lagi otak saya dalam kondisi mampet, terlalu fokus dengan kerjaan, sehingga ide yang sering kali muncul secara random menjadi enggan muncul walaupun hanya tema besar tanpa detail lebih lanjut.


Beruntung saat mengunggah foto tentang perjalanan dinas tepat saat hari Kartini kemarin, saya tanpa sengaja mengetik hastag KartiniBPS. Eh, bisa nih dijadikan tulisan tanggapan untuk kolaborasi Be Molulo bulan ini.. Jadilah tulisan ini sambil saya jagain kelas pelatihan. Alhamdulillah..


Apa itu Kartini BPS?
Kartini BPS saya terjemahkan sebagai para pegawai ataupun mitra BPS yang menjalankan perannya sebagai perempuan pejuang, baik di dalam rumah sebagai Istri, Ibu, Kakak, Adik, Anak dan tentunya sebagai penyedia data berkualitas bagi BPS yang kemudian bermuara pada konsumen data.

Jujur saja ide ini muncul karena keadaan saat ini, keadaan dimana pekerjaan tidak bisa dikatakan sambung menyambung tapi lebih kepada tumpang tindih. Keadaan dimana kalimat (IMHO) "Bagilah waktu untuk keluarga dan pekerjaan secara seimbang." Hanya bisa menjadi slogan saja, tidak bisa terealisasi menjadi kenyataan. Ini pengalaman pribadi. Karena saya juga merupakan Kartini BPS.

Kartini BPS dimata Instansi
Para Kartini BPS tentu punya peranan penting pada instansi BPS, baik sebagai Koordinator Statistik Kecamatan, Staf, maupun pengambil keputusan. Komitmen awal sudah dimulai sejak kami mendaftar dengan menandatangani surat bersedia ditempatkan di mana saja. Berikutnya mau tidak mau harus mengorbankan waktunya sesuai kebutuhan organisasi.

Jujur tidak banyak yang bisa saya sampaikan mengenai sudut pandang instansi, kita move on ke keluarga aja yess.. :D

Kartini BPS di mata Keluarga
Di mata keluarga, teman-teman di dunia nyata maupun di dunia maya. Kami dipandang sebagai perempuan yang cukup sibuk, sebentar berada di sini, sebentar berada di sana, sebentar melakukan survei ini, sebentar melakukan survei itu. Diundang makan-makan, acara kumpul-kumpul kebanyakan tidak bisa hadir, kalaupun hadir, hadir dengan pakaian kerja sekaligus dengan dokumen-dokumen survei. Sangat jarang lepas dari pekerjaan. Di luar rumah mencari dan wawancara responden, di rumah masih juga memerikasa dokumen.

Hari-hari kami diisi dengan bekerja, komitmen harus kuat. Tapi semua ini tidak bisa terwujud dengan baik jika tidak dikucuri banyak pengertian dari keluarga.


Banyaknya waktu yang terpakai untuk bekerja bukan berarti tidak mengundang protes dari anggota keluarga. Mereka mungkin mengerti tapi bagaimanapun protes harus dilayangkan karena sudah melihat istri atau anaknya sudah kelelahan atau bahkan sudah jatuh sakit. Sering sih Abang membandingkan kesibukan saya saat masih menjadi Sekretaris dengan kesibukan sekarang. Saya senyumin saja, dia juga mengerti saya ingin belajar lebih banyak (walau sambil nyanyi dan menyilangkan kedua telunjuk "tapi tak beginiiii~" hehe).

Baca juga: Perubahan dari Sekretaris Kepala Kantor Menjadi Staf Bidang

Kisah yang mengundang kesedihan saya adalah tentang anak, sering kali teman-teman bercerita bagaimana anaknya sedih jika ibunya harus keluar rumah untuk bekerja, atau jika sudah bisa membedakan libur dan tidak, anaknya akan sangat girang jika ibunya mengatakan bahwa ia libur.

Ya.. Bagaimanapun hidup itu pilihan, tentu banyak pertimbangan sehingga kami memutuskan menjadi Kartini BPS. Hal ini bukan untuk diperdebatkan apalagi menjadi bahan bakar untuk mom war di luar sana. Terlebih (ini juga harapan kami), tumpang tindihnya pekerjaan seperti ini tidak akan terulang lagi dikemudian hari. Semoga..

Oh ya, tentang anak, saya yang hampir setahun menikah dan belum dikaruniai anak ini juga tidak jarang disuguhi kalimat "Bagaimana mau punya anak kalau kamu sibuk seperti itu?" Saya senyum saja, walau merasa kalimat pesimis seperti itu sebaiknya tidak diperdengarkan walau bermaksud memberikan simpati. Karena kami lebih butuh kalimat motivasi ataupun doa dibalik kesibukan dan kelelahan kami. Sungguh...
***

Tulisan Kartini BPS ini mungkin lebih terbaca sebagai tulisan curhat, berisi uneg-uneg seorang pegawai perempuan yang bekerja di BPS. Tapi cobalah berpikir lebih luas, kami--yang saya ceritakan melalui kisah Kartini BPS--hanyalah sebagian kecil dari prempuan-perempuan yang berjuang dengan caranya masing-masing.

Kami, seperti juga Raden Ajeng Kartini tidak mencari pujian ataupun penghargaan, cukup diperlakukan dengan baik, dihargai kerja kerasnya dengan kalimat yang tidak meremehkan, disayangi dan dilindungi seperti layaknya perempuan yang terlihat lemah di mata laki-laki. Kami kuat karena kita sama-sama ciptaan Tuhan, keadaan adalah tempaan saja.

Setelah karnaval, tetap mengikuti perintah walaupun pekerjaan sedang menumpuk, sedang hujan, badan kurang sehat.

"Setiap perempuan berjuang dengan caranya masing-masing. Semakin modern jalannya kehidupan, semakin modern pula tantangan yang harus kami lalui. Kami Kartini Masa Kini, Kami Kartini BPS."

Gimana teman-teman saya para Kartini ataupun Kartono masa kini? Kita sepakat saling menghargai yess? 😊

5 comments:

  1. Berarti waktu ke Baubau kemarin juga dalam rangka survey say?

    Tetap semangat yaa 😘😘

    *Sa bingung mau komen apa*

    ReplyDelete
  2. Keren juga disambungkan ke BPS di?

    Tetap optimis... Kadang2 jadi tuli lbh baik kl dengar2 yg bikin pesimis...

    Insyaalloh
    Semoga dimudahkan

    ReplyDelete
  3. Berarti sy juga Kartini BPS dong #mitra, hehehe.
    Soal kapan dikaruniai anak mau sibuk ataupun tdk kalau sdh saatnya pasti dikasi. Cuek aja dengan 'kalimat seperti itu' karena Rencana Allah selalu sangat indah. So, selalu sabar dan optimist menanti sang buah hati meski di tengah-tengah kesibukan.

    ReplyDelete
  4. Setujuuu sama comment kak rumi diatas. Ayo terus kita terus semangat kak irly, yang penting selalu doa & usaha biar nanti hasilnya Allah yg atur 😘

    ReplyDelete
  5. Wow mantab jiwa ini para kartini BPS
    Salutlah sama para kartini yang sukses membagi waktu antara keluarga dan pekerjaan
    Lanjuuuuut

    ReplyDelete

Terima kasih sudah membaca, mohon untuk tidak berkomentar sebagai Unknown atau Anonymous. Komentar dengan link hidup dan broken link akan dihapus, jadi pastikan untuk mengetik alamat blog dengan benar ya.

Untuk teman-teman yang mencari kontak saya tapi membaca melalui HP, silakan klik versi website, bisa dilihat laman kontak, atau menghubungi melalui sosial media yang tertera di sebelah kanan tampilan blog.

Jangan lupa difollow yaa.. ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...