Dalang dari semua ini adalah gratisan! Dengan iming-iming jalan-jalan gratis, sayapun menggadaikan waktu berlebaran bersama keluarga *maafkan anakmu Mama 🙏*. Dengan persetujuan orang tua dan motivasi kalimat "Kapan lagi?!" sayapun ikut keluarga Bos untuk berlebaran di Wonosobo, kampung halaman orang, yang
Baca juga: Jogjakarta, Kota dalam Doa
Lebaran kali ini tidak seheboh biasanya, tidak ada aktivitas begadang melampaui batas bersama Mama, tidak mendengar mama memberikan instruksi bersih-bersih ke adik-adik, tidak ada khawatir akan terlambat shalat Idul Adha karena masih ngurusin masakan yang sebenarnya tidak akan lari kemana -mana itu, tidak ada rutinitas lebaran yang jika saya berumur lebih panjang dari Mama pasti akan saya rindukan. Dan untuk saat itu saya menikmati malam Idul Adha yang damai, khusyu mendengar takbir bersahut-sahutan lalu kemudian tertidur tanpa rasa lelah.
Kami berencana shalat IdulAdha di Alun-alun Wonosobo, tempat yang sudah rutin dijadikan tempat pelaksanaan shalat yang bersifat Fardhu Kifayah untuk umat muslim. Pagi-pagi sekali kami sudah mandi dengan tentu saja
Kami tiba dengan keadaan rumput lapangan yang masih basah oleh embun, jamaah shalat juga masih belum banyak yang datang, sekitar 35 menit kemudian shaf sudah rapat, saya menawarkan diri jadi baby sitter untuk cucu Bos karena sedang berhalangan. Berharap ibunya bisa shalat dengan khusyu dan saya kecipratan sedikit pahala *itung-itungan banget sih!*.
Oh ya, karena ini lebaran pertama saya di luar Kendari, saya jadi punya tambahan pengetahuan. Bukan sesuatu yang sangat spesial tapi saya melihat cara menjalankan celengan dengan cara yang sangat efisien, ketimbang harus menyuruh anak-anak kecil untuk berkeliling membawa sajadah sebagai tempat meletakkan uang. Cara yang mungkin malah bisa membawa najis karena terinjak oleh anak-anak tersebut. Cara yang selama ini dipakai di lingkungan kami melaksanakan shalat hari raya.
Sepulang dari shalat Idul Adha saya kembali menambah pengalaman, for the first time in my life, kami langsung singgah di angkringan! Sesuatu yang nggak banget untuk keluarga kami. Kami singgah (masih bersama Mbah dan kursi rodanya) minum minuman hangat seperti kopi, susu, teh, kopi susu dan melahap roti bakar yang terasa nikmat sekali. Entah karena dibakar menggunakan arang atau memang saya excited saja merasakan hal baru sambil cheating sarapan yang jarang saya lakukan.
Setelah kegiatan makan sayapun berkebun. LOL.. Oke.. ralat, memetik buah jambu kristal di halaman belakang rumah Bos, kemudian duduk-duduk santai sambil mengunyah dan menelepon keluarga di gazebo tengah kolam, duh.. nyamannaaa.. nyaman banget!
Saking nyamannya saya kemudian ke kamar untuk shalat dan tidur siang (biasanya ngantuk level berapapun jarang bisa tidur siang), eh.. beberapa jam kemudian tiba-tiba ada panggilan, entah akan kemana, saya ikut saja tapi power bank dan tongsis siaga di dalam tas saya. Kemana? Ke tempat wisata! Disambung nanti yah! :D
Punya cerita lebaran paling santai juga? Santainya gimana? Share yuk! ^^
Huaah, aku belum pernah lebaran di luar kota. Kalau mudik jelang lebaran udah pernah ngerasain. Tapi lebaran di luar kota tanpa ortu belum pernah, kayaknya seru ya, yang penting bukan Idul Fitri. Kalau Idul Fitri jauh dari ortu mah, saya bisa galau berkepanjangan..
ReplyDeleteSama, kalau IdulFitri juga saya belum pernah :D
DeleteSaya sudah lama lebaran tidak di kampung halaman; dan rata-rata langsung sibuk, hehe... Bila setelah Idul Fitri langsung sibuk silaturahmi ke tetangga setelah itu persiapan pulang kampung. Bila Idul Adha langsung sibuk dengan proses pelaksanaan penyembelihan hewan qurban di masjid, hehehe
ReplyDeleteNah.. kalau Ustad seperti bapak malah sibuknya setelah IdulAdha biasanya :)
Deletedi aku celengannya pakai ember mbak, terus yang ngider ibu-ibu, eh itu ada jambu kristal juga ya di sana
ReplyDeletePakai ember ya? Hihi..
DeleteIya, jambu kristalnya ranum banget pula.
Kalau Idul Adha, saya sih selalu santai. Bantuin ibu masak udah pagi H-1. Sore H-1 ke rmh mertua, ga bantuin masak krn masaknya udah selesai. Abis sholat Ied, sarapan di rmh ibu. Terus leha2. Siangnya mkn bekal dr rmh mertua, hohoho...
ReplyDeleteSuami saya sih yg biasanya sibuk, soalnya jd panitia kurban.
Nah, kalau masaknya dari pagi enak Mbak, di rumah pagi masih sesi bersih-bersih..
DeleteWah serunya lebaran di luar kota, kalo beda suasana gitu lebarannya berasa syahdu ya maaak.. Hihihii. Ditunggu cerita di tempat wisatanya ya Maaaak :D
ReplyDeleteYuhu.. tunggu di Rabu Review yaaa ^^
Delete