9 Feb 2017

Maafmu Tak Wujud

Minggu ini tema yang diberikan oleh admin 1 Minggu 1 Cerita lagi-lagi memaksa memori untuk bernostalgia. Temanya susah sih.. Jujur, saya sampai absen menulis untuk Senin sosial karena mentok setelah mengetik beberapa ratus kata. Tapi untungnya sebelum subuh Rabu kemarin tiba-tiba ada inspirasi yang muncul, jadi tinggal memasukkan ide ke draf dan melakukan sedikit edit dan menambahkan penjelasan.

Tidak kalah berat urusannya dengan tema sebelumnya yang bertema kampung halamanku juga keren, tema minggu ini sangat potensial mengangkat luka yang pernah tertoreh di hati, entah mungkin dialami di keadaan sekarang atau di masa yang telah silam. Entah itu pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain.

Intronya panjang ya.. jadi temanya apa?

FORGIVENESS.


Forgiveness berarti pengampunan, tapi kok diksinya jadi berat gitu ya kalau bicara pengampunan, jadi mari mengambil arti lain dengan diksi yang familiar dengan kehidupan sehari-hari. Memaafkan.

Berbicara tentang memaafkan, berarti ada hal yang tidak berkenan terjadi kepada kita. Ada ketidaksukaan yang menimbulkan beberapa elemen emosi berupa marah ataupun kecewa membuncah di dalam diri kita, sehingga pada akhirnya kita butuh maaf dan memaafkan. Memberi maaf untuk orang lain dan memberi maaf kepada diri sendiri.

Menuliskan tentang maaf, saya teringat sebuah kisah lama.. maka jadilah puisi ini:

Maafmu Tak Wujud

Maafmu terucap
Tunggal
Tak terselip diantara kalimat
Tapi terdengar pilu diantara tangisan

Maafmu lirih
Diantara isak tangis yang kau cekal
Suaramu berat
Nafasmu tersengguk-sengguk

Itu ketika kau menyesalinya lewat suara
Itu ketika kau mengalirkan maafmu lewat telepon

Lalu kau wujud lagi dalam hariku
Tapi tak kudapati wujud kata itu
Kata yang kau hantar merenggut ibaku
Kata yang kau hantar meluluhkan egoku

Maafmu tak wujud
Tanganmu tak seberat suaramu
Maafmu tak wujud
Tak mengurangi sedikitpun luka di hati dan tubuh ini

Maafmu lagi-lagi tak wujud
Ia hanya terdengar
Sedang kau tahu
Maaf tak hanya diucap

Maafmu tak wujud
Tapi maafku wujud
Aku memaafkanmu
Aku memaafkan diriku sendiri

Maafmu tak wujud
Tapi maafku harus terwujud
Aku pergi
Ini wujud maafku...

Kendari, 8 Februari 2017. 04.30 Pagi

***
Terinspirasi dari kisah lama seorang sahabat, kisah yang mungkin banyak kita temui disekitar kita. Tentang kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang bisa jadi berjalan membaik, tak jarang berujung perpisahan.

Baca juga: Hati yang Lebam

Walau sering kali kita mendengar salah satu dari pasangan mencoba bertahan sekuat tenaga, mencoba meraih "happy ending" yang pasti telah dibayangkannya sebelum menikah.. It just not right.. Tidak jarang juga kita mendengar kisah "bertahan" yang membahagiakan. Keputusan ada di tangan mereka, yang bisa kita lakukan hanya memberi support dan mendoakan segala kemungkinan-kemungkinan terbaik yang izinkan oleh pencipta langit dan bumi.

Beruntung, beberapa kisah yang saya ketahui berjalan membaik. Termasuk puisi ini, memang akhirnya berpisah, tapi rumah tangga yang tumbuh dengan "bumbu" KDRT menurut saya akan lebih membahagiakan saat berpisah. In My Humble Opinion loh ya.. Walaupun saya mengerti alasan "bertahan" itu, kalau baca tulisan "Hati yang Lebam" pasti ngerti.

Lebih jauh, puisi di atas sebetulnya tidak hanya untuk yang mengalami KDRT saja, tapi bisa juga terhubung dengan kejadian-kejadian lain dalam keseharian kita.

Membiarkan orang lain menyakitimu itu tidak mudah, terutama karena kau butuh ruang maaf yang luas, tidak hanya untuk memaafkan orang yang telah menyakiti, tapi juga memaafkan diri sendiri.

Kata maaf bagaimanapun harus terucap, tapi yang tidak kalah penting dari itu adalah bagaimana mewujudkan maaf dalam keseharian. Karena maaf pun seperti cinta, ia butuh pembuktian.


14 comments:

  1. KDRT adalah salah satu alasan yg membuat saya benci orang2 menikah di sekitar saya. Sampai2 saya nggak pwngin menikah krn takut seperti mereka.

    ReplyDelete
  2. Kadang ada beberapa alasan y mba mempertahankan mahligai pernikahan meskipun dia sering di KDRT suaminya salah satunya masa depan anak2. memaafkan akan jauh lbih plong dibdg gerutu mulu. Gampang diucapkan sulit di realisaskan

    ReplyDelete
  3. Ya betul mba maaf pun butuh pembuktian, menyesali dan tidak mengulaginya lagi. Nice posting :)

    ReplyDelete
  4. memaafkan bagi saya adalah hal yang sangat berat, tapi ketika sudah melakukannya maka hati akan langsung terasa damai :)

    ReplyDelete
  5. Saya bukan orang yang bisa memaafkan para mulut comberan yang menikam privacy saya dengan sengaja. Dan saya memilih jujur, saya marah dan menjauh, ketimbang belaga asyik.

    ReplyDelete
  6. saya termasuk orang yang mudah memaafkan orang dimulut tetapi dihati sulitttttt sekali hehehe enggak bagus sih tp terlalu perasa mungkin sayanya :P eh jd inget bulan kemarin enggak setoran ini, minggu kemarin tepar jd gak ikutan setor :(

    ReplyDelete
  7. Ah baca kisah temannya mbak sedih banget..aku juga punya beberapa teman yang korban KDRT. Disini ada shelternya..dan perempuan dilindungi banget..ada sih yang mendiamkan...alasannya takut...

    ReplyDelete
  8. Aduh dalem, Ir. Kalo ngomongin KDRT emang gitu sih, ada yang happy ending setelah bertahan, ada yang justru setelah pergi. Tapi aku setuju sama kamu, kasus KDRT akan lebih baik bagi si korban kalau dia dijauhkan dari pelaku.

    ReplyDelete
  9. Kok aku jadi penasaran ada challenge ginian kk ir, admin satu minggu satu cetita siapa kak

    ReplyDelete
  10. Maaf itu tak hanya sekadar maaf, buktinya wajib ada.

    ReplyDelete
  11. memang terkadang memaafkan sulit tapi jika sudah memaafkan hati terasa lebih enak

    ReplyDelete

Terima kasih sudah membaca, mohon untuk tidak berkomentar sebagai Unknown atau Anonymous. Komentar dengan link hidup dan broken link akan dihapus, jadi pastikan untuk mengetik alamat blog dengan benar ya.

Untuk teman-teman yang mencari kontak saya tapi membaca melalui HP, silakan klik versi website, bisa dilihat laman kontak, atau menghubungi melalui sosial media yang tertera di sebelah kanan tampilan blog.

Jangan lupa difollow yaa.. ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...