20 Sept 2017

Ketika BNN Menyatakan Kendari Darurat Narkoba

Beberapa hari terakhir ini Kendari heboh dengan berita masuknya para remaja -kemudian diketahui tidak hanya remaja saja- yang masuk ke Rumah Sakit Jiwa karena pengaruh obat-obatan.  Data dari Dinkes Sultra, disebutkan sudah 76 orang yang menjadi korban. dan korban tewas sampai saat ini menjadi 4 orang. (Sumber referensi: detik.com)


Mumbul, begitu umumnya aktivitas nge-fly mereka disebut di masyarakat Kendari (dengan menggunakan obat maupun media apapun). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia V, mumbul adalah kata kerja yang berarti melompat, melanting atau membumbung; melambung. Saya bahkan mengira bahasa ini bukan bahasa baku, hanya merupakan slang languange saja.

Kembali ke permasalahan psikotropika, masyarakat saat ini boleh dibilang menjadi lebih khawatir dengan pergaulan anak-anak. Terlebih lagi, yang dikabarkan meninggal saat itu adalah seorang anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar (ini valid). Yang sampai saat ini saya masih belum mendapat kabar jelas bagaimana anak tersebut bisa ikut mengonsumsi pil yang bernama PCC tersebut. Sungguh, ini menyedihkan.. :(

Tak ada batasan umur yang pantas untuk menggunakan obat-obatan ilegal seperti itu. Bagaimana hati kita tidak miris mendengar kabar seperti ini. Sebenarnya, hal ini mungkin bukan hal yang asing bagi kami yang dewasa. Dari cerita teman-teman, mereka sebenarnya tahu ada aktivitas mumbul yang kerap di lakukan oleh sekumpulan anak, di traffict light misalnya.

Saya sendiri pernah melihat dengan mata kepala sendiri aktivitas anak-anak SMP yang sedang menghirup lem di daerah belakang sekolah, tidak begitu jauh juga dari rumah gurunya. Begitu melihat saya yang kebingungan mencari jalan mereka mulai kabur.

Anak-anak itu mencari apa? Harapannya apa? Motivasinya apa? Banyak pertanyaan yang berkecamuk di pikiran saya. Sekaligus menimbulkan pertanyaan yang saya yakini seragam di dalam pikiran saya dan orang dewasa waras lainnya MAU JADI APA MEREKA NANTI? Maaf, saya menggukan rangkaian kata "orang dewasa waras", karena kita tahu bahwa memang ada yang dengan sadar menenggak obat-obatan tersebut bahkan mencari keuntungan secara ekonomi dengan menjualnya.

Duh.. Sumpah.. saya baper menulis ini, kalau tidak mempertimbangkan mata pembaca akan sakit jika capslock saya jebol, rasanya saya ingin membuat tulisan ini menjadi huruf kapital semua. Saya emosiii..


Penetapan status Kejadian Luar biasa (KLB) dan Darurat Narkoba kemarin itu benar-benar memaksa mata kita sebagai anggota masyarakat terbuka. Ada anak orang lain yang juga perlu kita perhatikan. Terserah mau dibilang rese' atau bagaimana, terlebih jika anak tersebut kita ketahui ada dalam lingkaran pertemanan anak kita. Jauhkan, sambil berusaha diperbaiki dengan memberi tahu orang tuanya, jika tak terjangkau mungkin langsung ke pihak yang berwenang. Demi kenyamanan bersama.

Tapi kejadian ini juga tidak boleh menjadikan kita serta-merta menyalahkan orang tua si pemakai. Saya memang belum punya anak, tapi saya mengerti bahwa orang tua tidak bisa 24 jam menjaga anaknya. Maka disinilah pentingnya "menyaring" dan mengawasi pergaulan anak. Sudah dilakukanpun orang tua masih bisa kecolongan, tapi saya yakin, orang tua pasti akan tetap mengusahakan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Sejak kejadian kemarin, banyak berita yang kemudian membahas masalah obat-obatan jenis ini. Mulai dari update jumlah korban sampai digerebeknya pabrik-pabrik pembuat obat-obatan ilegal ini. Kita semua tentunya berharap, gerakan-gerakan untuk memerangi hadirnya hal-hal tidak bermanfaat seperti pil PCC ini tetap hidup walau tanpa liputan media.

Dan untuk kalian yang dengan sengaja menggunakan obat-obatan jenis apapun dengan sengaja dan bukan untuk tujuan medis, renungkan ini:

Sungguh, apa kalian tahu bagaimana hati-hatinya seorang ibu saat mengandung masing-masing dari kalian? Sakitpun ia rela tidak meminum obat, takut jika terjadi sesuatu kepada kalian SEJAK DI DALAM KANDUNGAN, apatah lagi jika sudah lahir dengan segala doa, pengorbanan dan usaha terbaik orang tua.

Malulah, kasihani orang tuamu. Mengetahui kalian mengonsumsinya saja hati mereka pasti hancur, apatah lagi jika kalian sampai kehilangan nyawa? Sibuklah membayangkan ini, bukan berpikir untuk kembali mengonsumsinya.

***

Tulisan ini dibuat sebagai bagian dari keprihatinan kami bloger Sulawesi Tenggara, sehingga menjadikan tema untuk dibahas dalam Sultra Blogger Talk bulan ini.

Tulisan lain bisa dibaca di:
Blog Kak Ira: Gundah Gulana Terkait narkoba dan Pil PCC yang Beredar di Kendari
Blog Ibu Raya: PCC Pil Halusinasi yang Menggetarkan Kendari

Kita semua prihatin, kita semua berduka. :(

7 comments:

  1. Ikut priharin bangeèt... apalagi yg anak sd 😭

    ReplyDelete
  2. Menakutkan memang narkoba ini, apalagi banyak juga yang dibuat dengan bentuk yang lucu-lucu yang menyerupai permen, huhuhu bikin tambah was-was orang tua yang punya anak balita terutama yang suka jajan permen :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kak, soalnya anak-anak ndak sepenuhnya bisa dalam pengawasan. Yang ngasihnya narkobanya juga pintar :(

      Delete
  3. Jadi ngeri sendiri juga dgn fenomena PCC itu :(

    ReplyDelete

Terima kasih sudah membaca, mohon untuk tidak berkomentar sebagai Unknown atau Anonymous. Komentar dengan link hidup dan broken link akan dihapus, jadi pastikan untuk mengetik alamat blog dengan benar ya.

Untuk teman-teman yang mencari kontak saya tapi membaca melalui HP, silakan klik versi website, bisa dilihat laman kontak, atau menghubungi melalui sosial media yang tertera di sebelah kanan tampilan blog.

Jangan lupa difollow yaa.. ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...