12 Jan 2021

Drama Melahirkan Anak Pertama Dengan Proses Induksi

Sebelum membaca Drama Melahirkan Anak Pertama Dengan Proses Induksi, ini cerita yang saya tulis sebelumnya:


"Seminggu berlalu, saya masih belum merasakan sakit apapun, sampai pada tanggal 3 Januari 2019 jelang Magrib saya mulai merasakan sakit, semakin lama makin sakit, orang tua bilangnya belum, pembukaannya masih kecil, apalagi anak pertama gitu, masih "cari jalan" untuk melahirkan istilahnya.

Sampai tengah malam saya tetap tidak bisa tidur, meringis kesakitan terus, orang rumah siaga, sekitar pukul 1 tengah malam, kami akhirnya memutuskan ke rumah sakit dengan bekal surat rujukan dari faskes tingkat I yang sudah kami persiapkan. Sesampainya di rumah sakit, ternyata surat rujukan dari faskes tingkat I yang sudah kami siapkan salah!"

Cerita lengkap sebelumnya di : Drama Penentuan Hari Perkiraan Lahir (HPL)

Beberapa Drama Melahirkan Anak Pertama yang Saya Rasakan

Saya titik beratkan pada anak pertama karena walaupun sudah mencoba mencari info dan menanyakan pengalaman dari teman-teman tetap saja ini pengalaman melahirkan pertama kalinya untuk saya. Semoga kedepannya berbeda bahkan kalau bisa minim drama. Aamiin..

So, langsung aja yuk saya ceritain.

Drama Surat Pengantar

Sudah beberapa jam saya merasakan sakit, yakin ini bukan kontraksi palsu dan saya juga tidak bisa tidur karena kesakitan, kamipun segera menuju ke rumah sakit.

Surat pengantar dari BPJS sudah kami persiapkan, untuk jaga-jaga agar tidak disuruh pulang kalau sampai ke rumah sakit dan pembukaan masih dibawah pembukaan 5. Benar saja, saat dicek, baru pembukaan 1. Dengan percaya diri kami menyerahkan surat rujukan. Sayangnya perawat di ruangan bersalin bilang bahwa surat rujukan kami salah, kalau memang akan dipakai untuk bersalin, harusnya ditujukan ke ruangan bersalin, bukan ke pemeriksaan dokter praktek. What the..?*$+"/?/

Berat hati kami kembali ke dalam mobil, sesuai petunjuk, kami diarahkan ke faskes terdekat, puskesmas yg memiliki fasilitas rawat inap.

Drama Puskesmas Rawat Inap

Sesampainya di sana, kami lalu pulang kembali ke rumah, capek manggil-manggil, gak ada satupun orang di puskesmas. Another annoying moment...

Malam itu sayapun mencoba tidur dengan rasa sakit yang datang-datangan, tidak saya sangka saya bisa juga tidur walaupun sering sekali terbangun, mungkin karena kelelahan.

Drama Kontraksi Selama di Rumah

Pagi hari sakitnya masih terasa, berita saya mulai merasa kesakitan sampai juga di telinga tetangga yang kebetulan seorang tenaga kesehatan. Pada jam istirahat beliau berjanji untuk menengok di rumah, saya hanya setuju dilakukan pengukuran tekanan darah saja dan menolak dilakukan periksa dalam alias VT, SAKIT JENDRAL!! *Sorry.. emang ga bisa santuy saya kalau ingat VT itu. Wkwk

Dan sejak pagi juga kami di rumah sepakat untuk menunggu sampai besok, tapiiii... tapi suami sudah sangat tidak tenang. Pagi-pagi suami sudah pergi protes ke faskes TK I, eh, nggak ding, ke rumah dokternya, minta tolong dibenerin, istri udah teriak-teriak di rumah. *Lebay! Haha.. Nggakk.. nggak gitu.. minta tolong baik-baik dong, untung langsung oke aja, gak salah emang suami mindahin faskesku ke tempat praktek dokter itu. Da best!

Oh iya, kesepakatan awalnya menunggu perkembangan (rasa sakit) lagi, tapi suami sudah tidak tenang. Hari itu, 4 Januari setelah salat Jumat, suami yang biasanya ngikut aja saya maunya apa sudah tidak bisa ditawar lagi keinginannya. Harus ke rumah sakit sekarang juga! *Kasih backsound menegangkan.


Singkat cerita melaporlah kami dengan surat rujukan yang baru (walaupun sekarang baru merhatiin, tahunnya masih juga salah.. hihi). Alhamdulillah sudah bisa dicarikan kamar, sambil menunggu saya hanya bisa perbanyak jalan dan berdiri sambil terus melakukan gerakan duduk jongkok dan berdiri. *Tolong ini diperhatikan ya, saya gak malas-malasan! 😝

Sesampainya di kamar, saya diperiksa dalam LAGI! Hasilnya? 13 jam sejak pemeriksaan sebelumnya tidak ada kemajuan sama sekali. Kalau ditambah saat pertama kali merasakan sakit, total sudah 18 jam saya kesakitan. Daebak!

Baca juga: My Pregnancy My Adventure

Drama Induksi

Induksi ini sejak awal memang saya hindari, sejak awal ingin melahirkan alami saja, tanpa ada campur tangan obat-obatan. Tapi jika sudah menyerahkan diri ke rumah sakit, maka sebisa mungkin saya mengikuti prosedur yang disarankan, apalagi disaat-saat seperti itu keselamatan Ibu dan bayilah yang diutamakan.

Induksi Pertama

Beberapa jam menunggu, keluargapun mulai berdatangan, ba'da maghrib seperti yang dijanjikan sebelumnya saya diberikan induksi melalui jalan lahir. Entah berapa lama kemudian saya sudah mulai merasakan level rasa sakit yang meningkat dan semakin sering. Malam saya lewati dengan mondar-mandir di dalam kamar.

Sekira pukul 11 malam saya diminta ke ruang bersalin untuk dilakukan VT *Sumpah nulis ini kebayang lagi sakitnya 😭* sudah 6 jam, perkiraan kalau misalnya 2 jam nambah 1 bukaan, minimal saya sudah di pembukaan 3 saat ini.

Hasilnya?

Hanya nambah 1 bukaan sodara-sodara, setelah diinduksi selama kurang lebih 8 jam, total kalau hitungan pukul 12 malam sudah kesakitan 29 jam saya masih pembukaan 2.

Saya ditanya, apakah masih mau lanjut induksi ataukah mau caesar. Saya tanya ke suami, suami bilang terserah, dia katanya gak tega lihat saya kesakitan tapi tidak memberi keputusan.

Saya memutar otak, mulai hitung-hitungan, kalau sekarang pembukaan 2 artinya dalam 8 jam saya harus maraton mengejar pembukaan lengkap. Bukankah akan sangat ngos-ngosan? *Pengalaman maraton sebelum nikah bikin kebayang ngos-ngosan lari 21 Km, ya tapi tak sesakit induksi ini emang. Ya emaaaang 🙈

Keputusan saya ambil, saya akhirnya memilih lanjut induksi kedua. Saat itu induksinya lewat botol infus. Saya mulai bisa tertidur semenit-dua menit sampai akhirnya negara api menyerang.

 

Gelang identitas pasien, penasaran deh arti 75nya itu apa yak?😁

Induksi Kedua

Induksi kedua dimasukkan melalui infus, kalau sebelumnya tindakan dilakukan di ruangan tempat rawat inap, induksi kedua dilakukan di dalam ruangan bersalin, di ruangan dingin, hanya saya dan suami. Saya tidak bisa tidur, perlahan rasa sakitnya memang mengalami eskalasi jauh diatas yang pernah saya bayangkan dan memang sulit untuk saya gambarkan dalam tulisan ini. That's why.. saya hanya bisa menceritakan drama-dramanya saja, tapi percayalah, walau suami bebas dari bekas cakaran atau biru karena lebam, tapi beneran sakit sumpah!!

Semakin sakit, saya diminta berpindah ranjang, masih di ruangan yang sama tapi sepertinya ranjangnya memang sudah persiapan lahiran, sudah tidak tersembunyi seperti tempat saya dilakukan tindakan induksi kedua.

Subuh 5 Januari, entah pukul berapa, kalau tidak salah ingat sebelum azan, kalau jam 4 subuh berarti air ketuban saya pecah setelah 33 jam kesakitan, saya yang sedang melakukan kegiatan duduk-berdiri secara berulang sambil menahan rasa sakit di samping ranjang lalu diminta berbaring saja agar tidak kehabisan stok air ketuban.

Ya sudah, setelah itu saya melalui waktu dengan kesakitan, balik badan kiri kanan, makan dan minum apapun yang disodorkan, disambi mendengarkan erangan para ibu-ibu yang silih berganti melahirkan sambil terus beristighfar, mengatur nafas menahan sakit. Subhanallah..

Piye perasaanmu Mak? Kamu dari tadi udah start tapi gak finish-finish..Sampai hafal saya kalau bidannya sudah minta diambilkan pakaian bayi, berarti dalam rentang waktu 10 - 30 menit, akan bertambah lagi angka bayi lahir hidup. Eh..Sempat aja mikirin data..wkwk..

Sampai setelah azan Dzuhur, setelah bolak balik saya dilakukan tes VT terk*t*k itu! Sudahlah sakit, diulang terus, diulang terus. Saya tahu itu prosedur, tapi izinkan saya menumpahkan sedikit perasaan saya karna bagaimanapun merasa berhasil tidak mengutuk secara live bahkan menendang bidan seperti beberapa cerita teman-teman, bagaimanapun itu sebuah pencapaian untuk saya. 🙈

Lanjut.. Wkwk.. Maap kebawa emosi. Beberapa menit setelah azan kurang lebih pukul 12, pembukaan saya sudah lengkap, seperti yang saya hafalkan, bidan juga meminta pakaian bayi. Betapa senang suara Mama terdengar saat berbicara dengan bidan. Begitupun saya, Bismillah.. garis finish sudah terlihat..

Menuju Melahirkan Alami

Sudah pukul 1 saya belum juga lahiran Mak.. Ya Allah.. bersyukur tak ada bisikan goib yang datang untuk melakukan caesar, kurang 6 jam lagi sudah 2x24 jam saya menahan sakit. Segala doa sudah saya panjatkan, keyakinan, optimisme sudah saya pertebal, saya sudah meminta maaf ke suami, orang tua terutama Mama tapi belum juga ada tanda melahirkan lebih cepat. Untuk menganalogikan perjuangan saya, sambil bercanda ke teman yang datang menjenguk bayi saya di rumah waktu itu, saya bilang, saya hanya gak pindah agama aja sumpah (yes, i need to be lebay to describe the pain 🙈).

Dan waw.. 45 menit kemudian bayi itu menangis dengan lantang mengalahkan semua suara bayi yang saya dengarkan kelahirannya!!

Tapi mundur dulu yuuuk.. selama 45 menit itu saya berjuang melahirkan normal diumur kepala 3, anak pertama, dan bayi yang sudah terlampau besar, sudah saya kerahkan segala kekuatan yang saya bisa untuk mendorong bayi 3,7 Kg itu, Mama sampai meminta kakaknya untuk menemani saya karena tidak tega. Dan (mungkin karena sudah terlihat lemas) saya diberikan oksigen, dan setelah selang oksigen terpasang naiklah seorang perawat keatas perut saya untuk membantu proses melahirkan. Dan bretttt (sorry i can't find another sound effect to describe it 😝), lahirlah bayi hulk bersuara lantang itu.

Bukan tanpa alasan ibu dokter Indra menyebutnya begitu, soalnya ketuban saya sudah hijau dan he's big and strong indeed. 😂

Bentuk kepala khas bayi yang lama di tertahan di jalan lahir, kek ada lekukannya gitu pas sejajar alis. Beruntung masih bisa berubah ya, Alhamdulillah sekarang anaknya sudah 2 tahun, kepalanya sudah bulat.🙈

Rombongan pengantar haji (seriusan banyak banget orang, entah karena mereka yang niat datang rame atau karena lama jadinya penjenguk pada numpuk. Masyaallah.. semoga sehat semua walaupun saya tidak melihat langsung ya 🥰) di luar ruangan persalinan pun berseru mengucap Alhamdulillah. Tak lama kemudian terdengarlah suami saya mengazankan anak kami, ditengah azannya ia terisak saking harunya. Begitupun saya yang ikut menangis (masih dengan selang oksigen di hidung) dan sempat menoleh kepada dokter dan perawat yang saling bertukar pandang mendengar keharuan ayah baru di belakang mereka sambil terus menjahit jalan lahir bayi hulk tadi.

Drama Jahitan Pasca Melahirkan

Berbicara tentang jahitan, saat diminta memulihkan kondisi, di ruangan dan ranjang yang sama, saya sempat bertanya pada perawat yang turut menyaksikan proses menjahit tadi secara live. 

🧕: "Berapa jahitan Mba?" Tanya saya

👩‍⚕️: Terlihat bingung, "banyak" jawabnya

🧕: "Oh.." Sambil merasakan wajah saya menghangat. Hancur sudah, batin saya. 🙈

Segala teori agar tidak ada jahitan, jangan angkat pantat, senam ina inu, ambyar semua gaess.. saya sih gak yakin juga digunting apa nggak (iyes, makemak taulah tindakan ini, kecuali mungkin yang masih gadis, jangan shock yess). Yang saya rasakan pasti itu adalah dijahit langsung setelah melahirkan, maksudnya ga ada anastesi, bisa terasa dengan jelas tu jarum yang kek kail pancing wara-wiri di organ kewanitaanmu. Betapa semua pengalaman pertama kali yang ngumpul jadi satu itu begitu amazing terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Masyaallah..

Sakit gak?

Gak, gak ada perih atau apapun, mungkin jatah rasa sakit saya sudah saya pakai habis dalam 42 jam itu. Sayangnya ga habis-habis amat, masih ada derita lain menanti pasca melahirkan... Saya tersiksa.. 😭

Oh ya, yang bikin pengen misuh-misuh adalah, setelah dijahit, barulah dilakukan pemeriksaan dalam lagi, buat ngecek plasentanya sudah dibersihkan dengan baik atau belum. Sebelum lahiran dengar teman cerita gini, dan saya akhirnya mengalami. Komentar saya masih sama, kenapa periksanya setelah dijahittt Markonaaah? 😭 Psstt..Momen ini malah lebih ada rasa sakitnya. 🙈

***

Segitu dulu deh cerita dramanya, dibalik terasa "sulitnya" saya melahirkan alami, saya bersyukur masih diberikan dukungan oleh suami, orang tua dan keluarga lain. Dan saya yakin masih banyak orang yang mengalami hal lebih berat dari saya termasuk yang melahirkan caesar.

Hmm.. cerita ini bikin nostalgia pengalaman lahiran pertama kali gak sih?

Sharing di kolom komentar yuk.. apalagi kalau punya tips agar lahiran lebih mudah atau melahirkan tanpa rasa sakit? Kemarin sih sempat ngintip akunnya bidan Novel, itu loh bidan yang lagi viral, lahiran yang tiup-tiup "aja". Saya bahagia sekaligus iriiiii. Wkwk

Note: Saya gak nakut-nakutin yang baru mau lahiran yes, cuma berbagi pengalaman. Saya berdoa dan percaya proses melahirkan kalian para ibu yang sedang menanti proses itu akan jauh lebih mudah daripada saya. Tetap positif thinking para ibu hebat! ❤️

13 comments:

  1. MasyaAllah kak, sy juga masih kuingat sekali bgmn itu rasanya "gelombang cinta" pas muncul per berapa menit, bawaannya mau jambak2 siapapun yg ada di dekatta ����
    klo sy dramanya ada dijahitan juga apalagi sudah pake istilah "diobras" krn saking banyaknya padahal BB bayi 2.6kg. Abis brojol, si bidan masih ngubek2 "dalam" buat bersihkan plasenta krn katanya banyak yg "melengket" begitu ��
    Next drama, harus tunggu sekitar 3-4 jam baru dijahit karena katanya dokternya lagi sibuk operasi..ini perjuangan sekali ndk bisa banyak gerak. katanya sop nya bukan bidan yg jahit harus dokter��
    Dramanya belum berakhir ternyata, 2 jam setelah dijahit (sekitar jam 12 malam), pergi kontrol ke ruang dokter buat USG liat rahim, dan ternyata kata dokternya masih ada sisa plasenta yg menempel dan itu beresiko pendarahan, jadilah besok paginya harus di"kuret". Malamnya sebelum kuret harus puasa dulu, padahal kan abis lahiran butuh banyak asupan ����
    And it has been a year, semua masih jelas diingatan ����

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillaah..akhirnya selesai juga cerita ini..la aqif sdh 2 tahun baru tamat..tapi tetap saja dapat "cerita langsung" itu ekspresinya lebih dapet..hahahah..sampe anak ketiga pun masih banyak drama..tp ttp saja namanya emak2, sakit tapi ttp mau hamil..#akukudupiye

    ReplyDelete
  3. Semangat syng....Insya Allah jd jihad buat kita...memang klo induksi sakitx lebih sakit lg dr normal...soalx kan sakitx di buat2...Salut perjuanganx yg agak lama prosesx...pengalaman anak pertama sy di tlng oleh dr Juminten yg dokterx lemah lembut bahkan ingat kaki sy d suruh bertumpu d paha dokter...Dan tu hr dokter gunting sdiri sebelum robek tak beraturan....klo air ketubanx dah hijau berarti bayinya agak lama di dalam perut lewat dr tgl kelahiran normal dan makin lama bayi di dalam perut ibunya maka makin besarlah si baby...Alhamdulillah sdh terlewati perjuanganx....semangat ut jihad selanjutnya...sy dah 4x lahiran normal....Alhamdulillah tanpa induksi dan d mudahx...pengalaman sering2 minum air putih yg dr suami sdh baca Al fatihah dan ayat kursi bagusx setiap hari jika sdh masuk bulanx

    ReplyDelete
  4. wah saya juga pas melahirkan, dokternya belum datang, jadinya sama suster di ganjel pake jari di jalan melahirkan :( rasanya ngilu aahahaa pas lahir untungnya nggak kenapa2 kepalanya

    ReplyDelete
  5. HAhaaa... waktu 42jam bukan waktu yang sbentar ya, rasanya sudah lelah kek abis melawan perang. Apapun dramanya membuat kita belajar dan mengambil hikmahnya dan terbayar ketika melihat bayik.
    Pas lahiran aku aman2 aja alhamdulillah, ga ada drama2 yang heboh, karena udah mempersiapkan mental, ga seru seperti orang2 pada umumnya.
    Eh, palingan drama abis lahiran, dijahit dua kali sama bu Bidan, ada yang lupa , hadudu..

    ReplyDelete
  6. Duh, sama banget, kak..
    Aku juga abis 2 botolan drip infus buat induksi. Alhamdulillah, anaknya keluar.

    Ini bersyukur banget, kak...bidan dan dokternya sabar menanti.

    Kalau di RS ku dulu pake semacam diancem gitu..
    Pokoknya kalau gak sempurna-sempurna bukaannya setelah di drip, bakalan caesar loo..

    Astaghfirulloh..

    Istighfar dan doa terus...semoga dimudahkan, dilancarkan...
    Alhamdulillah,
    Anak-anak kini sudah masuk usia SD.

    Aaah...sungguh indah untuk dikenang.

    ReplyDelete
  7. Duh masya Allah perjuangan dengan induksi ini memang luar biasa ya... Alhamdulillah aku ga sempat ngalamin.. tp ini berbanding dengan pahala yg didapat nih... :D

    ReplyDelete
  8. Hua Maak, saya jadi flash back persalinan pertama itu induksi karena sudah masuk pekan ke 42 belum lahir juga dan sudah janjian sama dokter kandungannya, datang ke RS kalo belum ada tanda2 langsung induksi. Minum pil waktu itu, tahun 2001.

    Jadi ingat lagi deh ... pengalaman berkesan ya Mbak. Alhamdulillah akhirnya terlewati. Semoga sehat seterusnya.

    ReplyDelete
  9. jadi ingeet deh anak pertamaku aku induksi trus gagal, jadi sesar deeh wkwk total banget daah perjuangannyaa.. alhamdulillah jadi cerita yang berkesan

    ReplyDelete
  10. Ya Allah mba, aku bacanya aja ngilu. semoga nanti aku ga mengalami drama2 seperti ini. Mba dan debaynya sehat selalu ya.

    ReplyDelete
  11. Selamat atas kelahiran baby-nya ya Mbak. Ada banyak drama yang dialami ya, Mbak, semoga menambah kesabaran kita sebagai seorang ibu. Dramanya sama nih seperti saat aku melahirkan anak pertama. Penantisn berujung operasi tapi kalau aku. Entahlah, mungkin pada saat itu, bidan sudah angkat tangan dan menyerahkan ke pihak RS bersalin dan sampai dua hari induksi tidak juga mengantarkanku ke persalinan normal.

    ReplyDelete
  12. Masha Allah barakallah ya mbak lucunya Dede bayi. Anyar takut dan bahagia saat persalinan menggunakan induksi. Sehat sehat ya mbak dan dedek bayinya.

    ReplyDelete
  13. Mbaaa perjuangan yang mulia sekali, dan perjuangan yang bikin ngeri. Mba Irly semoga hepi selalu dan keluarga kecilnya ya. Aku juga belum melahirkan nih mba, jadi kebayang nanti kalau hamil. Sering sharing beginian ya mba.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah membaca, mohon untuk tidak berkomentar sebagai Unknown atau Anonymous. Komentar dengan link hidup dan broken link akan dihapus, jadi pastikan untuk mengetik alamat blog dengan benar ya.

Untuk teman-teman yang mencari kontak saya tapi membaca melalui HP, silakan klik versi website, bisa dilihat laman kontak, atau menghubungi melalui sosial media yang tertera di sebelah kanan tampilan blog.

Jangan lupa difollow yaa.. ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...